Monday, April 28, 2008

How Manipulate U Are? Terinspirasi dari Street Kings


Beberapa waktu lalu, saya menonton “Street Kings”. Film yang cukup bagus diantara berbagai pilihan tayangan di 21 yang seputar film Indonesia yang semakin hari semakin banyak jumlahnya, tapi semakin ga menarik ditonton.

Selain itu, alasan lainnya, saya bisa memandangi lagi wajah Keanu Reeves yang masih seganteng seperti 10 tahun lalu ketika bermain dalam film "Speed" (ups, jangan-jangan dia suntik Botox hehehe....).

Alur cerita film bergenre action ini memang standar. Menyorot hitam putih dan polisi kotor. Keanu Reeves berperan sebagai Tom Ludlow, detektif LAPD yang mencari penyebab kematian mantan partnernya Terrance Washington (Terry Crews).

Namun tunggu dulu! Ludlow sendiri bukan jenis penegak hukum yang bersih. Selain tukang mabuk, Ludlow sering melanggar prosedur. Dan kinerjanya yang bagus di lapangan –meski banyak pelanggaran- selalu ditutupi sang bos, Kapten Jack Wander.

Dari awal kita bisa menebak bahwa kapten dan rekan-rekan berada di belakang aksi pembunuhan dan kejahatan yang diselidiki Ludlow. Tapi, ternyata ada kejutan-kejutan lain di belakangnya. Film ini memotret polisi kotor, ketika menggunakan ‘aib’ orang sebagai alat pemerasan, atau menyalah gunakan jabatan dan kuasa demi mewujudkan ambisi pribadi. Hmm.. suatu gambaran yang bisa terjadi di negara mana saja, di berbagai jenis pekerjaan dan strata sosial, bukan?

Saya jadi membayangkan kalau diri ini menjadi manusia yang manipulatif. Melihat celah, menjadikan ‘rahasia’ orang untuk mesin cetak duit, atau menerapkan asas manfaat yang teramat sangat. Hmm, betapa cepat kayanya gw ya.. Auch! Tapi menyeramkan agh. Ketika kamu memilih jalan itu, maka ada kenikmatan sekaligus konsekuensi tersendiri.

Sudahlah Eno.. sing lurus-lurus saja... Allah juga ‘mendengar dan menjawab’ doa hambaNya yang bersyukur dan mengolah rezeki secara halal....

Ohya, berarti saya juga mau mengucapkan terima kasih untuk teman saya yang bersedia ‘menarik-narik’ saya ke bioskop. Gara-gara dia ingin melunturkan ke-bete-an saya, kata dia saya perlu refreshing nonton. Walah bener tuh! Udah beberapa bulan ini saya tidak nonton di bioskop. Thanks ya bro...

Btw, si Keanu Reeves dalam film ini tampak kalah ganteng dengan detektif muda yang diperankan Chris Evans. Haha.. namanya juga yang baru itu lebih segar!

Saturday, April 26, 2008

ke Dokter Gigi

Kemarin pergi ke dokter gigi. Yah, ada lubang kecil di gigi atas. Namun, sepertinya ini juga memicu migren di kepala. Apalagi, jika dari cuaca panas, trus masuk ke ruangan ber-AC. Wuii.... jangan2 ini yang bikin gw belakangan ini galak hehe..

Untung saya sudah menemukan dokter gigi yang cocok. Seorang ibu yang sabar menangani pasiennya. Nah, ini pesan dokter gigiku itu : segera ke dokter jika gigi ada masalah. Lubang kecil pada gigi, dan tertangani secara cepat, maka proses penanganannya juga tidak seribet kalau sudah parah bukan?! Selain itu, periksakan kesehatan gigi dan mulut secara rutin ke dokter gigi 1x setahun.

Wednesday, April 23, 2008

Yang Hilang Muncul Kembali (Masih Soal si blog)

Setelah melewati berjam-jam nongkrong di warnet memandangi layar monitor pada Sabtu pekan lalu (19/4), lihat hasilnya : Blog saya mulai kembali semarak !!

Memang sih masih proses perbaikan, tapi sudah much better ketimbang seminggu sebelumnya. Muah … muah… thanks ya Ajeng untuk bantu diriku yang memang suka teledor ini membetulkan template yang terhapus. Memang benar deh! Kehandalan kamu terbukti sebagai hasil kuliah di jurusan komputer dan berkutat dengan IT bertahun-tahun :)

Yap! Gara-gara bosan dengan tampilan lama, saya mengganti tampilan muka blog dengan ’wajah’ baru. Akan tetapi, saya lupa menyimpan template lama sehingga beberapa bagian jadi hilang. Bagian tersebut antara lain : si shoutbox, link menuju website orang lain, dan statistik. Yah! Ada perasaan sesuatu yang dirawat sekian lama, telah hilang. (haha! Padahal ada juga periode ’mati suri’ terhadap blog ini).

Thursday, April 17, 2008

Ada yang Hilang

Agh!
Cuma itu yang saya bisa teriakkan.

Berawal dari rasa bosan melihat tampilan blog-ku yang sudah lawas. Tak berubah sejak pertama kali muncul pada 2005.

Setelah memposting satu tulisan pada Jumat pekan lalu (12/4), saya pun mengarahkan cursor ke ’Change Template’... klik, klik, klik.. dan voila! Berubahlah tampilan blog saya.

Tapi.. tapi...lho, kok ada hilang?
”Lho, kan baru Preview (maksudnya baru mau melihat tampilan baru seperti apa)?” kataku membatin.

Dalam tampilan baru tidak ada boks Shoutbox, alamat-alamat link website rekan-rekan, jumlah trafik pengunjung sejak September 2007...Dan apesnya, saya lupa menyimpan template lama. hiks.. hiks..

Berulang kali saya bertanya kepada Ajeng, Merry, dan teman-teman lainnya soal tampilan baru. ”Gimana tampilan blog eno yang baru? Lebih oke nggak?”

Yah, kalau mereka mengatakan lebih bagus ketimbang yang lama, paling tidak ada pelipur lara gara-gara template yang hilang itu.

Hari ini, sudah hampir seminggu sejak kesalahan fatal itu terjadi. Dan, hingga kini saya belum menemukan cara mengembalikan arsip-2 yang ada. Terima kasih kepada teman2 yang pernah mampir di shoutbox-ku. Saya masih berusaha mengembalikan ’jejak para sahabat’ di ruang ini. Sabar ya..

Aku membuang Dirinya


Aku membuang Dirinya
seperti langkah 'delete' dan 'empty recycle bin'
bagai tisu penuh ingus, segera bakar
supaya virus tidak menyebar, dan merusak otakku.

Semalam Aku menangisi Dirinya
Semenit mengenyahkan memori
sejam membungkus kenangan bersama
sehari menghibur diri.

Aku bisa membuang Dirinya
Meski butuh berulang kali
mendengar lagu sedih
dan membuat ipod-ku hang.


(puisi lama yg sudah pernah kuposting di milis BuMa, 24 Juli'07... agak kuedit sedikit)
(gambar dikutip dari : http://www.agnesw.com/wp-content/uploads/2007/04/cry.jpg)

Friday, April 11, 2008

Bekerja Pintar, Jujur dan Ingat Dia





Ada janji wawancara dengan seorang tokoh di dunia bisnis. Belum pernah bertemu, dan mengetahui wajahnya hanya dari foto kecil hasil browse di media. Saya membayangkan bakal bertemu pria jangkung, kurus, dan beruban. Tua deh...

Nah, akhirnya janji wawancara di gedung kantornya terealisasi di suatu malam. Masuk ke sebuah ruangan, saya agak tergagap disambut ramah seorang pria yang terlihat muda (yang pasti memang awal usia 40-an), tampil humble dalam seragam perusahaan. Dengan senyum yang lebar, dia menyambut kami dengan uluran tangan hangat. ”Gile asisten pribadinya ramah benar,” batinku. Lalu saya celingukan, mana sekat yang biasa membatasi ruangan bos dan sekretaris/asisten?

Barulah sedetik kemudian saya tersadar, ”Lho! Ini kan bapak yang kamu mau wawancara!”

(Dasar Eno dodol! Jelas-jelas tadi sore kamu kontak-kontakan dengan sekretarisnya –berarti asisten pribadinya- yang perempuan. Akan tetapi, karena kemacetan dan kemalaman, si sekretaris sudah mengabarkan bahwa dia pulang tanpa menunggu saya dan rekan).

Foto memang menipu. Lalu, saya pun sudah terlebih dahulu melakukan kesalahan awam. “Judge the book by it cover”. Ketika penelusuran diri dia di google (sebelum wawancara) membentuk opini saya bahwa dirinya sosok Midas -si pengubah perusahaan kolaps menjadi pencetak laba, si "think tank " di belakang inovasi bisnis- dan tentulah saya bakal bertemu sosok ‘keras’, ‘kaku’, yang bakal perlu penggalian atau ‘colekan menuju topik yang ia sukai’ untuk membuatnya berbicara.

Namun, ternyata pembicaraan mengalir dengan gaya bicaranya yang cenderung filosofis. Sesekali juga ketawa. Diantara berbagai hal yang dilontarkan bapak 3 anak itu, ada satu hal yang mengetuk hati saya malam ini. Yaitu pendapat dirinya tentang faktor-faktor penting kemajuan seorang karyawan di perusahaan. Pesannya, sebagai pekerja ada tiga hal yang harus dipegang : Bekerja pintar; Bekerja jujur; dan, Bertaqwalah dengan yang Diatas.

Bekerja keras, lembur, belum tentu menghasilkan output bagus. Yang penting soal 'pintar mengatur waktu' dan...tentu menghargai waktu yang tidak bakal kembali.

Jujur.. yah! dimana-mana menjadi manusia harus punya modal kepercayaan. Jika sekali tidak dipercaya oleh orang lain, maka sulit untuk menumbuhkan rasa percaya kembali (lebih parah lagi jika itu berbuntut soal nama baik kita).

Dan ingat, semuanya tentu atas restu Yang Maha Kuasa di atas. Kembali lagi pada persoalan mencari ketenangan, bersyukur, dan bekerja pintar dan 'lurus' juga merupakan bentuk menghargai karunia dari Dia.

Malam itu, seperti titik akhir rangkaian panjang setelah seharian saya tenggelam dalam diskusi bersama rekan-rekan yang berbeda dengan topik soal ’bekerja’ ; ’pindah kuadran’ ; ’masa depan’.

(Gambar dikutip dari www.savagechickens.com/images/chickenwork.jpg)

Tuesday, April 08, 2008

Dangkal…Dangkal….

Habis membaca tulisan seorang freelancer. “Pusing bacanya! Ide yang bagus, akan tetapi pengerjaan yang dangkal, isi tulisan kurang tergali. Dangkal. ” ujarku mengomentari dalam hati. Tentu komentar tadi tidak kulontarkan ke freelancer tersebut. Aku memuji idenya yang mengajak pembaca merasakan denyut perubahan suatu daerah sebagai hasil pembangunan dari tahun ke tahun.

”Pertahankan gaya itu! Tapi... (nah, ini pernyataan biasa sebelum masuk ke hal inti) sebagai pembaca diriku sulit menemukan data atau angka-angka sebagaimana yang dibutuhkan ketika kita membaca suatu laporan,” ujarku.

Ia tak membalas kata-kataku.

Kemudian, diriku kembali ke pekerjaanku. Memandangi layar widescreen 14,3 inci dan menemukan diri masih tak ada ide untuk melanjutkan tulisan kejar deadline sebagai bagian pekerjaan kantor.

Agh! Saya jadi memaki diri sendiri. “Dangkal! Dangkal!” Aku merasa tulisanku tidak ada ’aura’ nya untuk dihadirkan kepada pembaca. Diri ini rasanya tak terbawa dalam baris kata-kata yang mengalir dan menjiwai isi tulisan.

Hehe..ironis ya? Bisa mengomentari pekerjaan orang lain, akan tetapi pusing untuk pekerjaan sendiri. Huh! Inilah resiko menulis ”Made by Order”, sementara jiwa dan perasaan belum tune-in dengan materi yang perlu dipaparkan. Mungkin itu pula perasaan si freelancer itu ketika mengerjakan tugas yang saya komentari barusan.

Ini yang istilahnya problem menulis tanpa ada jiwa yang menyatu dengan materi yang mau dipaparkan. Salut kepada para penulis, yang telah menuliskan karyanya dan berhasil menulis buah pikiran secara bebas. Berarti mereka itu kaum yang telah : ”Menulis Dengan Merdeka.”

Wednesday, April 02, 2008

( Lagi-lagi) Tentang Bekerja dan Semangat

Seorang teman menanggapi saya yang berkomentar soal mobilitas dirinya yang tidak ada cape-capenya. Dia hanya komentar, "Kerja itu ibadah. Jadi bukan hanya untuk kita, tapi juga buat Allah.."

Haha.. Saya tidak tahu pasti juga apakah dia memang sekadar menanggapi, memang begitulah dia menanggapi hidup dan pekerjaannya, atau memang dia workaholic.

Tapi, pernyataan dia paling tidak mengetuk salah satu pintu kesadaranku : Benar juga! Kita harus mempertanggung jawabkan cara kita mengisi hidup di dunia. Dan tentu Sang Pencipta tak ingin ciptaannya hanya bermalas-malasan dan menggerutu pada pekerjaan. Setiap pekerjaan ada hikmah dan rezeki. Dan di setiap 'sandungan' ada pembelajaran di berikutnya.

Renungan ini terjadi ketika saya mengeluh betapa semakin padatnya pekerjaanku. Dan semakin bervariasinya macam tugasnya.