Monday, January 31, 2011

Harga Kerja per Jam Milik Kita


Pernah mengalami belanja impulsif?

Pasti umumnya perempuan, termasuk saya, pernah mengalaminya. Godaan belanja Buy 1 Get 1, diskon atau tambahan diskon jika menggunakan metode pembayaran tertentu, biasanya menjadi sumber bocornya anggaran keuangan pribadi.

Mengutip nasehat perencana keuangan Prita G. Ghozie, jurus terhindar dari bahaya keuangan ini adalah tahu berapa Harga Kerja per jam milik kita.

Anggaplah kerja 8 jam per hari. Senin-Jumat. Artinya sekitar 160 jam sebulan bekerja, mengorbankan waktu bersama pacar, teman, atau keluarga. Coba bagi gaji setiap bulan dengan total jam kerja Anda.

Misalnya gaji kita Rp 5 juta per bulan. Maka, Harga Kerja per jam Anda adalah Rp 31.250,- Jadi, ingat angka itu baik-baik setiap kali kita mau melakukan pembelanjaan yang sifatnya impulsif.

Lalu saya memandang hasil ‘berburu’ di mal dalam suatu akhir pekan. Tiga pasang sepatu (yap! Benar! 3 pasang sepatu), sebuah tas jinjing, dan gesper. Plus majalah edisi asing dan dompet kartu. Entahlah, apakah ini hasil belanja bergaya (agak) impulsif, tapi kurasa memang semua adalah kebutuhan yang berhasil diperoleh setelah menabung sekian hasil kerja per jam. Itu berarti saya harus kembali menabung harga-harga kerja per jam.


Thursday, January 20, 2011

Tentang Blog yang Hilang dan Timbul


“Ayo, rajin mengupdate blog yuk!”

“Tulisan tentang apa?”

“Apa saja! Dari opini kamu tentang berita di media, coretan curhat, atau amati saja sekitar kamu. Bisa saja kamu ceritakan tentang suasana rumah yang berisik karena pengerjaan renovasi rumah, pilekmu yang ga sembuh-sembuh, kucing gendut kamu, atau apapun.”

“Boleh saat sedang bad mood?”

“Aghh… jangan ah, ntar emosi tinggi kamu jadi milik publik, trus nanti tulisan kamu ‘kering’ tak menarik dibaca.”

Angguk-angguk kepala. “Oh ya, kalau gitu memang saya sering bad mood yaa…”
*melipir pergi*



P.S. : inspirasi dari curchat (curhat via chatting) dengan teman tadi siang ;-)