Tuesday, February 07, 2017

Hidup untuk Hari Ini & Lupakan Masa Lalu


Setiba di kantor pada Senin pagi ini, pencarianku tertuju pada secarik kertas kecil di atas meja kantor. Entah kenapa sepanjang akhir pekan pikiranku melayang pada lembaran kertas yang tak lebih dari 1 x 5 sentimeter itu.

Sebuah lembaran dari fortune cookies, sebuah kue yang selayaknya tipis dan renyah, dengan isian sepotong kertas berisi kata-kata yang berisi petuah atau ramalan. Kata-kata itu lebih kurang seperti ini, "Live for today. Learn from yesterday and hope for tomorrow".

Kalimat bijak yang bisa dikutip dari 101 Quotes lalu dicetak untuk pesanan massal meriuhkan New Year. Lalu gunakan probabilitas ketika tangan dimasukkan ke dalam kantung plastik besar, cap, cip, cup sambil membatin, "Semoga ramalan fortune cookies ini tak memperkeruh awan mendung yang selalu bergelayut dalam paruh tahun."

Lalu... Damn! Saat pertama kali membaca lembaran kertas sambil mengunyah kue yang sudah setengah masuk angin itu tidak ada yang istimewa.

Skeptis? Cendrung sinis? Yes, that's me!

Tapi entah kenapa silly though senantiasa membawa saya kembali ke tulisan itu. Entah cerita film tentang relativitas ramalan lembar fortune cookies dengan kejadian yang dialami, ada hal pelecut diri menampar muka sendiri, hingga berpuluh minggu  telah dilalui untuk pada satu hari di tengah duduk termenung sendiri di rumah, diantara tumpukan memorabilia bagian dari masa lalu, meneriakkan pengakuan, "Ada yang salah dengan diri ini!"

Hidup tidak selalu indah, tapi selalu percaya kalau awan mendung pun punya garis perak, bahkan senyum lengkung pelangi akan menanti setelah hujan badai.  Kita mampu membalikkan cerita jadi kisah semanis gulali. Setiap orang punya rahasia. Tapi bak buku terbuka ketika setiap orang yang menatap kita bakal mendesah, "Ada yang tidak beres nih!"

Jika setiap manusia punya lembar Laporan Kinerja periodik, maka rapor Semester II-2016 tidak indah. Kinerja tercapai tapi dengan tertatih. Nilai tinggi hanya di angka, tapi silakan mematut diri, meskipun akan menghabiskan energi karena cermin pun entah dimana (karena entah berapa lama cermin disingkirkan).

Saya tertawa tapi saya bohong. 
Saya ada diantara keramaian, tapi jiwa ada di ruang sunyi.  
Saya tidak semangat. Bahkan make up bukan sahabat penutup luka.  

Masa lalu kadang hanya jadi cerita dulu. Saya atau manusia manapun  tidak bisa mengubah suratan Tuhan.

Takdir adalah teman pengalaman.

Seperti lembaran fortune cookie di meja saya yang sudah dibuang petugas Cleaning Service kantor, lembaran itu itu seperti masa lalu yang perlu dibuang, karena dia tak lebih secarik kertas yang sudah berminggu-minggu di meja kerja.

Hanya kalimat bijak yang sedang kurapal menjadi mantra: 
Hidup untuk Hari Ini. Lupakan Masa Lalu. Kumpulkan cerita di saat ini menjadi helai benang untuk memintal masa depan. 

Dan sebaris puisi kukutip menutup renungan malam:

“Death and Light are everywhere, always, and they begin, end, strive, attend, into and upon the Dream of the Nameless that is the world, burning words within Samsara, perhaps to create a thing of beauty.” - Roger Zelazny 

Oh ya, kadang lagu lama adalah  #moodbooster , karena syair yang melantun adalah teman menyusun puing-puing diri: