Sebentar lagi bulan Ramadhan, saatnya menjalankan ibadah puasa. Aktivitas biasanya mengalami perubahan : mulai dari ritme tidur, acara makan digeser menjadi buka puasa bersama, hingga waktu makan yang hilang seharusnya bisa dipakai untuk menelaah kegiatan kerja.
Logikanya sih karena kita bekerja, maka kondisi puasa tak berasa. Tiba-tiba sudah waktu berbuka, meskipun kenyataannya badan biasanya sudah lemas dan tidak konsentrasi lagi di sore hari.
Puasa juga sering diisi dengan kegiatan memperdalam agama.
Saya pribadi, sejak tahun lalu menetapkan untuk mengisi waktu menunggu bedug magrib, dengan membaca buku-buku yang belum sempat kujamah.
Selain membaca, bisa pula bermain game PC. Eng ing eng....saya (sebenarnya) maniak game komputer ;))
Sering tangan ini gatal untuk meng-klik permainan yang ku-save di dalam laptop, sementara di waktu yang sama logika saya mengingatkan diri untuk menyelesaikan pekerjaan inti untuk menulis advertorial.
Ohya, favoritku seputar mini games genre hiding object atau time management yang membutuhkan ketangkasan tangan.
Sebagai contoh Natalie Brooks – Secrets of Treasure House kuselesaikan dalam 5 jam. Seri hiding object seperti Agatha Christie – Peril at the End House dan Cate West – The Vanishing Files membutuhkan waktu berhari-hari karena jeda menulis pekerjaan inti serta menyelesaikan urusan kantor.
Tapi memang buku adalah favoritku tersendiri. Apalagi di tempat saya bekerja kadang ada penjualan buku-buku dalam harga diskon. Buat penggila buku –ingat, ada beda antara penggemar baca dengan pengkoleksi buku- seperti saya sering ikutan pesan buku berharga miring. ”Kesempatan tak datang dua kali, urusan membaca nantilah,” kilahku.
Akhirnya repetisi terjadi. Buku menumpuk lalu saya berjanji tidak membeli buku sebelum menghabiskan yang sudah kubeli. Tahun lalu saya sudah merealisasikan janji dengan membaca buku dongeng “Disney’s Family Story Collection”. Ketika membeli buku hard cover warna ungu itu sebagai romantisme masa kecil ingin membaca kisah-kisah klasik dari Walt Disney.
Gara-gara hilang, saya kembali membeli Tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer. Sampai saat ini : Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca, terbungkus plastik.
Karya Pram yang lain, ”Panggil Aku Kartini Saja” sudah saya baca habis.
Tahun ini realisasi janji bisa dimulai dari membaca Un Lun Dun. Saya membeli buku ini awal Mei lalu dan baru kubuka di permulaan Agustus. Hingga hari ke-5 belum kelar pula kubaca.
Ohya, dalam membaca saya bukan pelahap buku novel dalam hitungan jam. Bisa berhari-hari bahkan ada pula yang kutinggalkan setengah kelar kemudian kulanjutkan membaca beberapa bulan berikutnya.
Jadi bukan karena buku setebal 534 halaman tak menarik, justru saya tercerahkan kembali dengan buku fiksi yang melambungkan daya khayal.
Mungkin ini sensasi yang dirasakan pembaca Harry Potter (saya sampai sekarang belum membaca Harpot....karena saya berprinsip kalau sudah ada filmnya, mending nonton deh daripada membaca bukunya yang tebal-tebal itu).
Salut buat China MiƩville yang bisa mengisahkan topik masa kini, soal sampah dan polusi lingkungan, menjadi kisah UnLondon atau London dalam bentuk lain.
Nanti cek resensi bukunya di Ruang-Resensi.blogspot.com yaaa.....
Buku apa lagi yang sudah kupunya? Buku Fiqih Wanita dan The Great Women yang kubeli di pameran buku Islam beberapa bulan lalu tentu bacaan cocok di bulan puasa.
Balthasar’s Odyssey yang setiap kali ke toko buku selalu kutimang-timang akan tetapi baru bisa kubeli ketika harganya didiskon. Ternyata setelah memiliki buku karya Amin Maalouf belum juga kubaca.
Versi Indonesia dari Breakfast at Tiffany’s, Bahasa! Kumpulan Tulisan di Majalah Tempo, versi Inggris karya Shusaku Endo, ......, ...... Hadoh! Saya perlu puasa beli buku dan menghabiskan baca buku-buku yang sudah terlanjur kubeli nih ;))
No comments:
Post a Comment