Menulis membutuhkan data. Namun ada problem lain muncul saat kita menyimpan data tertentu terlalu lama. Apakah itu?
Salah satu unsur dalam tulisan adalah data. Meskipun kita menulis fiksi, tetap saja ada hal-hal yang tidak bisa ngibul dan musti fakta. Misalkan saja jika membuat cerita berlatar belakang sejarah.
Akan tetapi, kesibukan mencari data penunjang, bisa saja membuat kita justru lupa untuk mulai menulis ide kita.
Belum lama ini saya membaca buku "Berani Berekspresi" karya Susan Shaughnessy, yang diterbitkan oleh Penerbit MLC (2004). Buku berisi berbagai renungan penulis yang selesai dalam satu halaman, sehingga setiap halaman berisi kutipan berbeda, yang diperkirakan dapat memotivasi niat menulis dari pembacanya.
Satu hal yang mengena ada pada halaman 107. Kata-katanya saya kutip lebih kurang seperti ini : … Riset adalah sebuah godaan. Hanya sedikit yang bisa ditulis tanpa riset; akan tetapi, riset bisa menghambat tulisan. Ia bisa menyerap habis waktu menulis hari ini. .. Kita harus menerapkan batas, dan mulai menulis dengan data yang ada.
"Aku akan mengakui bahwa waktu untuk menulis sudah tiba. Aku akan menerima keterbatasan risetku, dan menulis apa yang kubisa dengan bahan-bahan yang sudah kumiliki."
Pada intinya, Ibu Susan menyentil saya bahwa, "Jangan tenggelam dalam pengumpulan data".
Kadang kita merasa data yang kita kumpulkan belum cukup, dan menjadi merasa bersalah karena "tidak cukup tahu". Kadang kita sudah memiliki ide dalam membuat tulisan. Namun, sering pula kita beralasan artikel yang rencananya kita buat masih memerlukan informasi lagi. Masih perlu browsing internet, bongkar-bongkar buku yang di simpan entah dimana (alias lupa taruh) atau alasan lainnya.
Namun 1 hari hanya terdiri dari 24 jam yang terbagi lagi ke dalam waktu untuk bekerja, urusan keluarga, sosialisasi, makan, dan tidur. Jam yang kita luangkan untuk menulis dalam sehari, terbatas.
Gara-gara kita merasa data yang sudah dikumpulkan belum memadai, kita biarkan data tersebut menjadi kumpulan coretan di dalam notes. Tidak diolah. Dan, notes kemudian menjadi tumpukan pemenuh laci meja. Pada akhirnya, kita lupa. Kalaupun ingat, kita sudah malas untuk menulis ide yang dahulu terbersit di dalam kepala.
Kerangka
Dalam berbagai buku-buku komunikasi tentang panduan menulis, kita sering diingatkan untuk membuat kerangka tulisan (outline), yaitu garis-garis besar untuk membuat struktur tulisan. Kerangka tulisan memberi gambaran tulisan kita agar fokus, singkat, jelas dan padat. Berdasarkan outline yang kita buat tersebut, akan menuntun kita membuat satu bentuk tulisan.
Baik, silahkan buat outline terlebih dahulu berdasarkan data yang ada. Setelah itu? Ibarat puzzle, cari data yang kurang untuk melengkapi tulisan. Jangan lupa tentukan deadline. Yaitu, tenggat waktu tulisan tersebut harus selesai. Dengan demikian, kita telah mampu merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan suatu proyek tulisan.
Jika dalam pencarian data yang kurang, kita menemukan hal-hal lain yang sepertinya belum sesuai fokus outline kita, silahkan simpan juga. Siapa tahu data tersebut dapat dikembangkan di kemudian hari. Dalam bentuk tulisan dengan angle berbeda, atau dengan informasi lebih baru.
(Tulisan ini pernah diposting di www.netsains.com dengan judul "Kiat Menulis: Jangan Terlalu Tenggelam dalam Data" by Dewi Retno in Category : Communication on 2007-08-30 atau klik judul diatas).
1 comment:
dari blogs km, saya dapat belajar bagaimana cara menulis yang baik.
terimakasih ya :)
Post a Comment