Senin, 15 Sept’08 :
“Mbak, bisa tukar uang?”
”Sudah habis, Mbak. Stok kami terbatas. Besok saja datang lagi,” kata mbak di petugas Service Counter (SC) BCA.
Tentu dia mengerti di musim jelang Lebaran seperti sekarang, yang dimaksud dengan ’tukar uang’ adalah menukarkan sejumlah duit menjadi pecahan kecil seperti Rp 1000, Rp 5000 dst dalam lembaran mulus.
”Mungkin harus lebih pagi ya, Mbak?” tanyaku. Memang waktu itu jam sudah menunjukkan pukul 11.00 lewat.
”Besok saja datang jam 10-an.”(
Dalam hati agak ragu, namun saya pikir mungkin persediaan uang dari pusat baru datang jam segitu, dan si mbak yang bernama sama dengan nama saya tersebut tentu lebih tahu kondisi internal bank).
Selasa, 16 Sept’08 :
(Tepat jam 10-an)
“Mbak, mau tukar pecahan Rp 1000, ada?” tanyaku sambil menyunggingkan senyum ramah meski cukup lama mengantri. (Namanya juga bulan puasa, musti belajar bersabar hehe.. Apalagi buat yang model ”sumbu kompor pendek” alias meledak-ledak dan bukan penyabar).
”Wah kalau yang Rp 1000 sudah habis. Cepat, Mbak. Besok saja coba datang lagi,” kata si Service Counter (SC). Orang yang bertugas kebetulan berbeda dengan yang kemarin.
(Gimana sih? Kemarin dengan gaya meyakinkan suruh saya datang jam 10-an saja. Tapi... benar kan dugaanku.. harusnya datang lebih pagi!)
”Oh, ya sudah! Kalau tukaran Rp 5000-an ada kan?”
Mbak itu mengangguk. Lalu, setelah ia kembali ke depan meja counter sembari membawa permintaanku, kami berbasa-basi sebentar.
”Cepat ya mbak habisnya yang 1000-an. Habis sudah mau Lebaran sih,” kataku
”Iya nih, Mbak. Padahal Lebaran masih 2 minggu lagi. (Bank) ini dekat pasar sih, jadi uang pecahan seribuan selalu habis,” kata si Mbak SC.
Saya tersenyum seraya mengangguk. Penjelasannya masuk akal. Bank ini memang berada di Pasar Mayestik.
Kemudian, saya berjalan menuju BNI yang letaknya berdekatan. Jawabannya juga sama. Pecahan Rp 1000-an sudah habis.
Rabu, 17 Sept’08 :
Bakal mencoba lagi. Bangun dan nongol di Bank, harus lebih pagi... :))
Baru tahun ini saya harus ’berburu’ recehan 1000 ke bank. Selama ini, untuk kebutuhan pecahan ’salam tempel’ di hari Lebaran, saya dan ortu biasanya titip kepada kakak yang menukarkan bareng dengan kebutuhan kantornya.
Nah! Berhubung kakak saya sekarang sudah resign dan total jadi ibu rumah tangga, saya yang kini menggantikan tugas itu.
Duh! Saya jadi teringat kalau di luar Hari Raya, punya tumpukan Rp 1000-an di dompet tanda SOS. Sudah sekarat. Tapi kalau bulan Ramadan –menjelang Lebaran- uang itu berharga. Bahkan, menjadi obyek buruan saya 2 hari ini :))
Yah! Kalau sudah mentok, saya tukar nantinya ke ibu-ibu yang biasa menawarkan jasa tukar duit di terminal Lebak Bulus.
2 comments:
ditunggu laporan hari ini, Rabu (17/9)! :))
hai Mba Enooo, here I am comiiing. Sediain recehan yang buanyak ya.... Selamat lebaran!
Post a Comment