(Sebuah Puisi Balasan)
~tentang RI, banjir Jakarta, dan impian urban~
Aku termangu di bawah langit Jakarta yang muram
Mencoba melukis awan dan mentari benderang
Walau sebenarnya kota ini semakin suram
Tapak kecipak kecipuk di air tergenang
Buyung bawa bola menendang badai
Berbaur derai tawa Bunga terngiang-ngiang
Hanya alunan semu memagut
Dari balik bingkai lensa mata, ada gadis menggenggam bintang
Memainkan pendar saat letih menoreh mimpi urban
Duduk manis di kereta besi bercerita tentang memelihara hidup bertaut
Bibir kuncup mengatup berkisah tentang ada surat undangan pesta ulang tahun tak sampai dari gadis cilik penyuka lengkung pelangi
Gadis cilik yang tiada mungkin "suka sama suka" menambatkan maut
Di kota ini mimpi tentang membangun istana pasir melarut dalam gelombang tak surut
Namun mimpi ini Katulampa di Januari
ternyata Neptunus perlu mampir ke Jakarta, mengajak kita berdansa sambil berkisah
"terlalu banyak cerita ibukota untuk dicuci dalam lumpur"
Aku termangu di bawah langit Jakarta yang muram
Mencoba melukis awan dan mentari benderang
Walau sebenarnya kota ini semakin suram
Tapak kecipak kecipuk di air tergenang
Buyung bawa bola menendang badai
Berbaur derai tawa Bunga terngiang-ngiang
Hanya alunan semu memagut
Dari balik bingkai lensa mata, ada gadis menggenggam bintang
Memainkan pendar saat letih menoreh mimpi urban
Duduk manis di kereta besi bercerita tentang memelihara hidup bertaut
Bibir kuncup mengatup berkisah tentang ada surat undangan pesta ulang tahun tak sampai dari gadis cilik penyuka lengkung pelangi
Gadis cilik yang tiada mungkin "suka sama suka" menambatkan maut
Di kota ini mimpi tentang membangun istana pasir melarut dalam gelombang tak surut
Namun mimpi ini Katulampa di Januari
ternyata Neptunus perlu mampir ke Jakarta, mengajak kita berdansa sambil berkisah
"terlalu banyak cerita ibukota untuk dicuci dalam lumpur"
*17 Januari 2013 – Jakarta-Bogor*
No comments:
Post a Comment