Bagi Belanda, Guus Hiddink adalah 'pengkhianat'.
Ia orang Belanda, dan menjadi pelatih tim Rusia.
Tim Rusia ini yang menekuk Belanda 3-1 pada laga perempat final Euro'08.
Ditinjau dari sudut nasionalisme, mungkin benar Meneer Hiddink yg berusia 61 tahun tersebut, berperan dalam kekalahan tim negaranya.
Tapi coba lihat dari sisi lain. Yaitu profesionalisme kerja.
Rusia sudah membayar mahal bagi Hiddink, berbagai fasilitas-fasilitas, untuk melatih tim nasional negara pecahan Uni Soviet itu. Dan Hiddink sudah memberikan hasil terbaiknya. Alias bahasa kasarnya, "Gw sudah menggaji lu. Maka, lu kasih otak, pikiran, tenaga lu"
Profesionalisme menuntut komitmen, tanggung jawab untuk memberikan hasil terbaik, termasuk perjuangan panjang menghasilkan tim yang solid. Yap! sepak bola kan kerja tim. Dan bola itu bundar :) Yang menang kadang bisa ketebak, kadang juga mengejutkan.....
Dalam pekerjaan, entah kasus yang saya alami sendiri, atau teman, kita juga temukan persoalan bayaran jadi 'pembatas' kita unjuk kemampuan. Saya pernah minta tolong dalam suatu urusan kerja, dari awal saya sudah sebutkan kondisi bahwa bayaran tidak bakal besar dan kondisi lain yg bakal terjadi, sebelum memulai kerjasama. Nah, dalam proses terjadi kesulitan berhubungan dgn orang tsbt, minta materi dikoreksi tanggapannya dingin, dan saya pun menangkap kesan bahwa dalam hati ia mengatakan proyek limpahan gw lebih kurang,"Gile lu..Bayar cuma segitu kok banyak tuntutan!"
Sebagai orang yang bekerja dalam bidang jasa, saya pribadi paham memuaskan klien adalah hal sulit. Lebih dari paham, karena saya mengalami. Karena yang baik menurut kita belum tentu bagus buat dia). Misalkan konsep tulisan, foto, layout, yang dari sisi klien tidak oke. Padahal -menurut kita- atau dari berbagai tolok ukur (sudut pandang teknik komunikasi, desain,angle foto dsb) produk yg kita buat sudah oke. Belum lagi perjuangan 'jungkir balik' dalam proses pembuatannya...hehe... Bahkan, saya pernah sakit hati gara-gara advertorial yang saya buat diubah total sama klien! Dalam hati saya membatin,"Kalau gitu, kenapa ga dari awal kamu saja sendiri yang membuat??".
Saya pribadi juga pernah membatin untuk kasus lain,"Duh, permintaan kamu banyak banget ya!"
Seorang teman pernah mengeluh betapa susahnya membetulkan tampilan websitenya gara-gara programmer-nya tidak berada dalam satu kota, dan berstatus kontrak. Setiap dikabarkan masalah yang terjadi, sepertinya tidak ada antisipasi atau perbaikan dari sana. Dan, lagi-lagi, kita menemukan orang yang seolah tidak Total Football dalam komitmen kerjanya. Entah berapapun bayaran yang kamu dapat, asalkan sudah ada perjanjian antara kedua belah pihak, maka harus ada komitmen. Ada Hak dan Kewajiban yang musti dipenuhi.
Motivator Parlindungan Marpaung dalam suatu pelatihan pengembangan diri mengatakan pekerjaan bisa disebut sebagai karir jika memberi peluang untuk maju. ”Peluang Untuk Maju” bertolok ukur jika Anda:
- memperoleh tanggung jawab lebih besar,
- bertemu dengan hal-hal baru,
- karir lebih baik dan berjenjang,
- dan tantangan lebih besar
”Untuk maju, jadilah profesional. Yaitu orang yang memiliki keahlian atau spesialisasi. Dan jalankan pekerjaan dengan memegang semangat profesionalisme,” kata pelatih (trainer) bersertifikasi dari John C. Maxwell, Amerika Serikat.
Profesionalisme ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu :
- sikap (50 %)
- hubungan sosial kita bersama orang lain (25%)
- kemampuan teknis (15%)
- pengetahuan (10%).
Bentuk profesionalisme lain adalah memegang komitmen, dengan kata lain menjalankan apa yang dikatakan, dan bersikap konsisten. Selain berpikir luas, kita juga mau open minded,terbuka untuk saran dan pendapat orang lain.
(Eno lagi senang bahas soal kerja nih ;) tulisan sebagian juga saya posting di MP, silahkan klik judul di atas untuk membuka pranala terkait).
No comments:
Post a Comment