Seandainya saya seorang Jumper. Konsentrasi, memejamkan mata, dan voila! pindahlah saya ke lokasi yang kumau.
Berjemur sambil makan siang di atas Sphinx, menyesap draught beer di salah satu bar di sudut London sambil flirting memandangi pria Inggris berwajah bak Colin Farrel, atau menonton pertandingan basket Knicks di deret depan.
Sayangnya, saya bukan Jumper. Perangkat teleporting pun masih antara isu, baru dikembangkan, atau malah belum dibuat dalam dunia iptek. Saya jadi berkhayal akibat menghayati pekerjaan dengan materi menyenangkan.
Materi berupa Hotel Tugu Lombok lengkap bersama foto-foto ciamik, menampilkan pantai, layout hotel dan pemandangan alam. Rilisnya saja sudah membuat saya membayangkan diri menjejak kaki di areal yang luasnya 6 hektare, samar-samar saya bisa mendengar debur ombak memecah pantai.
Seandainya, saya berlibur di sana, pagi harinya duduk di atas pasir pantai, dan sabar menyaksikan detik, menit, mentari mulai unjuk muka. Menghirup bau laut sudah jadi cara memabukkan yang nikmat.
Atau bisa jadi, saya bakal merenung sembari menatap Gunung Rinjani, salah satu gunung tertinggi di Indonesia. Lihat saja foto ”Sunrise from Mt. Rinjani” ini.
Haha.. ini gara-gara foto indah yang mereka punyai. Salut kepada fotografer yang jeli menangkap tone warna alam (langit, pantai, kehijauan tanaman).
Di luar hal itu, memang suatu keberuntungan bisa memotret daerah seperti Aceh, Lombok atau Bali yang udaranya masih jauh dari polutan industri. Tingginya jumlah kendaraan bermotor juga turut memburamkan biru langit, akibat asap knalpot yang dibuang.
Tenang, Eno, tenang... kamu sudah merencanakan destinasi liburan :-)
(Gambar : courtesy of Hotel Tugu Lombok / cek www.tuguhotels.com)
No comments:
Post a Comment