Tidak seperti Eno yang biasanya perlu keteraturan dan perjalanan terencana, kali ini kepergian ke luar kota pada Jum’at (12/12) semua kuputuskan dalam hitungan hari.
Baru beberapa hari menjelang hari-H saya konfirmasi ikut datang ke sebuah acara keluarga, buka website maskapai penerbangan, booking dan ambil tiket, lalu Jumat pagi saya sudah di Terminal 1B Bandara Soekarno-Hatta.
Sampai di kota Semarang, tujuan pertama adalah hotel tempat orangtua saya menginap. Namun, ini yang kedua kalinya saya menjejak hotel Patra Semarang. Dengan tipikal resort yang tenang, cukuplah orangtua saya saja yang beristirahat di sana.
Saya pun membuka buku telepon, dan mereservasi menginap di Hotel Ciputra yang berada tepat di depan simpang lima. Kawasan yang lebih menunjukkan keramaian pusat kota, strategis bagiku untuk walk hunting alias menyusur kota berjalan kaki. (Ini juga bukan Eno yang biasa, karena biasanya saya berangkat ke kota tujuan dengan tempat penginapan yang sudah ter-reservasi).
Ternyata, sekali-sekali kita memang perlu keluar dari kebiasaan diri. Apalagi jika otak sedang butek. Bertandang ke suatu tempat, menyaksikan pemandangan yang berbeda, bisa menyegarkan pikiran, merancang langkah baru.
Ohya, malam sebelumnya pun jadi cerita sendiri. Meskipun semua main dadakan, untuk urusan packing barang, saya –ternyata- tetap Eno Yang Biasa. Eno yang klata-kliti dan banyak pernik bawaan.
Rasanya pengalaman masa sekolah dan kuliah untuk berkemah, naik turun gunung atau keluar masuk hutan untuk pemetaan, membuat saya ogah untuk menjadi backpacker lagi. Saya sudah menyatakan tutup buku untuk wisata beransel punggung, menggelandang seenaknya dan membawa barang sesederhana mungkin.
Oke. Untuk tempat penyimpanan barang, saya memilih kopor hitam gres yang berukuran lebih kecil ketimbang kopor Antler-ku. Biasanya memang kopor berwarna abu-abu itu menjadi andalanku bepergian karena bentuknya yang besar. Namun, karena hanya 2 malam, sepertinya kopor hitam baruku memang paling pas. Sekaligus momen ujicoba barang baru, bukan?!
Kemudian, saya pun mendekatkan semua ’Barang Harus dibawa’ ke satu tempat : sudah pasti benda pertama yang tak bakal kutinggalkan adalah susu pembersih muka merek L’Oreal yang sudah seperti ’narkoba muka' saya. Saya terbiasa membersihkan muka minimal 2xsehari –pagi dan malam-dan produk ini pun susah-susah gampang pula dibeli. Tidak mudah untuk mendapatkan toko yang menjual produk itu, sehingga saya lebih baik bawa.
Saya lalu mengambil satu set make-up, topi pet pelindung dari panas, baju renang dan perlengkapannya, kamera digital, iPod, dan laptop.
Ohya, rasanya saat yang pas juga untuk memakai perdana kacamata hitam baru bergaya Jackie O dari Evita Peroni, jadi itu juga menjadi must have item. Aneka tisu (tisu kering, tisu basah, tisu penyerap minyak di wajah), body lotion, dan kapas muka. Sepatu cantik dan sepatu casual. Mylanta sebagai pereda maag, suplemen vitamin C, dan aneka obat-obatan termasuk plester Hansaplast.
Buku bacaan di jalan, notes dan bolpen (itu artinya membawa satu set tempat pensil berisi peralatan tulis)...ohya, mukena terbagus dan terbaruku karena terbuat dari bahan ringan (hush...maklumlah baru belakangan ini rajin sholat, jadi baru sekarang ini ingat untuk bawa-bawa itu pula).
Akhirnya, setelah semua didekatkan ke satu tempat, saya pun garuk-garuk kepala. Apa yang bisa dikurangi ya?? Untuk urusan barang bawaan, saya tetap berprinsip ”Kalau saya tidak membawa ini-itu, saya sendiri yang tidak merasa nyaman di perjalanan.”
Namun, tips yang kuperoleh dari pengalaman keluar kota : Sesuaikan pula barang bawaan dengan kondisi daerah. Jika menginap di kota metropolitan, dimana hotel berbintang 3 ke-atas tersedia, tentu berbeda dengan ke pelosok kota kecil. Misalkan kalau pergi ke kota metropolitan, pernak-pernik bisa diperoleh di hotel. Kondisi sebaliknya jika kamu nginap di kota kecil (kabupaten dsb). Bakal berguna jika membawa perlengkapan mandi termasuk handuk sendiri, termasuk pengering rambut (hair dryer).
Ohya, untuk perempuan tentu jangan lupa membawa perangkat pribadi bulanan wanita (kadang stres juga memicu ’periode’ yang dalam hitungan kalendar kamu belum waktunya). Baby lotion berfungsi ganda sebagai pembersih muka sekaligus pelembab badan. Lotion anti nyamuk dan minyak kayu putih, pashmina yang selain mempercantik penampilan bisa berfungsi ganda jadi selimut dan penghangat tubuh, aksesoris (kalung, anting dsb) untuk menvariasikan penampilan dengan baju yang itu itu saja.
Perangkat lain berupa colokan listrik banyak dan berkabel panjang (untuk mencharge batere kamera, handphone, dan laptop pada saat bersamaan). Pengalamanku pergi Aceh 2 kali, membuatku berpikir bawa senter cukup berguna karena disana sering terjadi pemadaman listrik. Ini tidak hanya jika ke Aceh, karena Indonesia secara umum masih mengalami kendala dalam penyediaan pasokan listrik, khususnya di daerah-daerah terpencil dan luar Jawa.
Oke! Yang jelas saya sukses mempacking barang seringkas mungkin, dan sukses pula pulang lagi ke Jakarta.
No comments:
Post a Comment