Puisi-puisiku dimuat di rubrik Oase (Puisiku) www.kompas.com.
Tepatnya di edisi :Rabu, 22 Juli 2009
Link : http://oase.kompas.com/read/xml/2009/07/22/0011264/puisi-puisi.dewi.retno.siregar
Hampir sebagian besar puisi, kecuali "Kamu", belum pernah kuposting sebelumnya di blog pribadiku.
***
Taman Milik Kita
Mari jadikan cerita kita taman bermain
Tanam pohon cemara di tanah seluas hasta
Kita gemburkan tanah kita
Sirami air mata dan semai derai tawa ketika kita berangkul pilu
Mari saksikan pohon cemara saksi cinta kita
Saat matamu bertumbuk dengan degup jantungku
Ketika aku tak mampu menipu merah pipiku
Saat kau sodorkan kembang gula merah jambu
Mari kita bakar kembang api dalam taman cinta
Lontarkan cahaya dalam langit berbintang binar
Jilati pelangi menyapu mendung pergi
Jakarta, 16 April 2009
***
Bayang
Hanya menggenggam wajahmu di otakku
Kubayangkan tanganku menelusuri lekukmu
Di suatu pagi yang lusuh tersapu mendung
Kupintal bayangmu di jelajah pikiran
Di mendung kelabu hatiku pun sendu
Jakarta, awal Juni 2009
***
Kamu
: Birthday Guy
Kamu dan Saya pernah berbagi nikotin dan kafein
Saling cerita di taman kota suatu hari
Kamu dan Saya pernah menikmati masa berderai hujan
Kamu adalah hujan mencium bumi
Menguarkan bau tanah mengajakku berdansa
Sampai musim semi tiba mengajak Saya dan Kamu bersarang
Kamu mengeja huruf, kata dan bait dalam senandung
Saya menyusun gambar membentuk bayang
Kamu marah ya?
Kamu ngambek ya?
Kamu menghapus saya dari pikiran dan hati?
Saya tak sadar, tak mengerti
Kamu lebih dari perhatian kamu
Saya tak sensitif membuka kunci hati
Jakarta, 28 Juni 2009
***
Ketika Senja Kuganti Pagi
Mengapa cinta berkait senja?
Aku bosan menulis kalimat ”Dan kau temani aku hingga senja”
Aku jenuh mencumbu melankoli romantis
Mungkin aku terlambat bangun pagi dan tergopoh memulai hari
Terlalu singkat untuk menikmati gradasi mentari
Dan senja identik matahari berlabuh
Menuju malam lalu kita ikut terlarut bersama kelam
Menikmati istirahat setelah lelah mencari jarum diantara jerami
Ya! Kadang kamu beruntung meraih cinta
Seringkali keringat membulir dalam menangkapnya
Bagaimana jika aku ganti cinta adalah pagi?
Menikmati detik kelam berganti fajar
Lamat-lamat menikmati azan subuh
Mengetuk ingatan senandung yang sama menemanimu pada awal membuka mata
Ketika kita terlahir buta dan tak berdaya
Cinta pula yang menuntun kita menatap dunia
Bagaimana jika kau kusambut bagai mentari pagi?
Pagi ini kecup embun dan menyesap kopi
Ada riuh mengalir ke pembuluh nadi
***
Kopi Tubruk
Kamu cintaku dalam kopi tubruk
Langsung nempel di hati
Nancap di lidah
Ingin kucecap sampai ke ampas
Jakarta, 4 Juli 2008
No comments:
Post a Comment