Berdasarkan pengalaman pribadi, Penulis mengalami problem susah menulis pasca cuti.
Otak tumpul. (Pengaruh tidak mikir selama seminggu)
Selama berlibur, kegiatan mengetukkan jemari di papan keyboard digantikan dengan tangan cekatan menggerakkan tetikus bermain game.
Selama seminggu kemarin bagai ular tanpa tulang. Ketemu sofa, karpet atau kasur bawaannya ingin rebahan dan tidur. Kini harus terbiasa kembali duduk tegak di meja kantor sembari memandangi layar monitor.
Selama cuti tetap menyalakan fasilitas YM untuk online. Chit-chat sana sini, ujung-ujungnya saya pasti mengatakan sedang cuti. Ada di rumah. Seperti ada kenikmatan tersendiri ketika teman chat lebih kurang balas mengatakan, ”Duh enaknya...” karena mereka ngantor...hahaha..... Duh maaf daku kejam ya, bersenang-senang di atas penderitaan orang lain yang bekerja.
Dan tiba-tiba datanglah ”Hari Pembalasan”. Ketika saya kembali masuk bekerja.
Ini pengalamanku selama 3 hari kembali bekerja :
Merasa asing dengan rute perlintasan kantor – tempat tinggal.
Praktis hanya mampu menyelesaikan 4 alinea tulisan dalam satu hari kerja. Berada di kantor yang lebih kurang 8 jam –belum dipotong acara makan siang di depan meja komputer dan cek e-mail yang meluap selama ditinggal- ini sangat...sangat.. tidak..produktif.
Ini mengingatkan saya pada posisi tukang jahit di Pasar Baru yang mengklaim dalam hitungan jam bisa menyelesaikan order, tapi nyatanya 3 jam berubah menjadi 3 hari!
(Gambar dikutip dari : www.incentivedirect.com)
1 comment:
ada artikel ttg bekerja pasca liburan. baca deh di sini:
http://www.mediaindonesia.com/mediaperempuan/index.php/read/2009/07/13/1858/13/Tetap-Semangat-Usai-Berlibur
Post a Comment