Setelah tugas di Pati selesai, saya sempatkan melanglang ke Jepara. Kebetulan jam berangkat Kereta Api (KA) jam 21.00 WIB dari Semarang. Maka jam 14.00 WIB mobil pun melaju dari Pati, menuju Jepara, menempuh perjalanan sekitar 1,5 jam perjalanan akhirnya sekitar jam 15.30 WIB kami sampai di pintu masuk Jepara.
Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, identik dengan kerajinan ukir kayu. Dan ternyata, selama 4 jam belanja-belanja di wilayah berjuluk ”Jepara Bumi Kartini” (karena tempat kelahiran RA. Kartini), kesimpulan saya : daerah yang cukup resik dengan jalan raya beraspal yang rapi, memiliki andalan desa-desa yang menjadi sentra kerajinan rakyat seperti : Sentra Konveksi Kalinyamatan, Sentra Tenun Ikat Troso, dan Sentra Meubel Ukir Tahunan. Semua sentra itu kelihatan jelas dari pinggir jalan raya karena adanya plang besar di depan pintu masuk desa sentra.
Tempat pertama kami singgahi Desa Troso sebagai kawasan Sentra Tenun Ikat. Patokan mencapai daerah itu adalah dekat Pasar Pecangaan. Khas kain adalah bahan dasar yang berasal dari kain rayon/katun yang ditenun dan diikat. Pelayan di salah satu toko yang kami sambangi mengatakan, untuk menghasilkan kain 2,25 x 1,16 meter (m) bisa mencapai 10 potong per hari. Kebetulan tempat memproduksi berada di belakang toko.
Ciri lain adalah potongan kain yang tidak rata (tidak seperti umumnya kain pabrikan). Mereka menjual kain panjang untuk taplak meja, jenis kain bercorak lukis, katun panjang untuk ikat leher, dan jumputan.
Setelah mabok pilih-pilih –maklum, saya memang penggemar kerajinan kain tradisional- akhirnya saya memilih kain syal panjang yang bisa membalut leher yang sedang didera radang tenggorokan dan sepotong kain lebar 2,25 x 1,16 meter yang bisa digunakan sebagai selimut di KA. (foto : kain lebar yang kusuka).
Ohya, saya juga membeli Palang Panjang dari kayu berfungsi sebagai penyangga kain tradisional yang hendak dipajang di dinding. Maksudnya sih, buat oleh-oleh untuk nyokap yang punya berbagai kain songket. (hehe.. ketauan kan hobi berburu kain ini turunan dari siapa?).
Setelah agak lama berburu kain, kami melanjutkan perjalanan ke Sentra Meubel Ukir Tahunan, yang memang berseberangan tempat dengan Pasar Tahunan. Yah kalau di tempat ini barang-barang juga menarik mata. Akan tetapi, sebagai orang yang belum punya rumah (alias masih tinggal bersama orangtua), maka saya tidak terlalu semangat dengan produk yang ditawarkan : kursi Thailand (istilah untuk kursi bale-bale), kursi berbentuk gendang yang cukup unik, hingga set kaca rias bersama mejanya.
Adapula ”benda-benda kecil” seperti tempat meletakkan Al Qu’ran, kotak tisu, congklak, rak penyimpan koran, dan kotak perhiasan.
Kelebihan dari produk, mereka cukup mengikuti tren desain furnitur/interior masa kini dipadu dengan permainan warna yang menarik mata. Maklum saja, kerajinan ukir Jepara sudah tersohor hingga diekspor. Dan akhirnya, saya juga membeli beberapa item dari tempat ini.
(jika ingin melihat foto-foto lebih banyak, silahkan berkunjung ke Multiply saya. Atau klik judul di atas).
No comments:
Post a Comment