Blog pribadi menurut saya adalah online diary, yang terserah pemilik mau diisi dengan hal apa saja. Tapi tentu saja tak semua layak dibagi kepada para pembaca, misalkan menjelek-jelekkan orang lain, menyinggung perasaan orang lain atau menyangkut isu sensitif seperti unsur SARA. Hanya saja, komentar hasil postingan tulisan, membuat diri ini gatal mengklarifikasi.
Ternyata blog ini menimbulkan penasaran siapa saya, atau wanita seperti apa pemilik blog bernama cantik Aura-Azzura.
Sahabatku yang juga memiliki blog pribadi, Merry dan Ajeng, pernah curhat dan kesal mengalami komentar dari ’makhluk ajaib’. Kini giliran blog saya!
'Makhluk ajaib’ biasanya mereka menggunakan nama samaran, tidak terdeteksi asal atau profil, hanya sekadar mampir, dan berkomentar yang menjelek-jelekkan pemilik blog. Dunia maya ternyata memberi ranah baru bagi para pengecut.
Tapi para ’makhluk ajaib’ itu pastilah punya banyak waktu luang sehingga mampu menyia-nyiakan bandwidth untuk menghakimi seseorang hanya dari blog yang mereka buat.
Tentu teman-teman saya lebih tahu diri saya. Misalkan Ajeng sudah mewakili kekesalanku dalam tulisan di blog-nya berjudul : Small Brain in the Ass....
Tapi mari kita simak pernyataan si makhluk menyebutkan dirinya Dodol. (Nama adalah doa, dan sepertinya memang dia sudah berdoa bahwa dirinya berotak lemot, gampang jamuran dan berbau seperti dodol) di 2 dari 3 postingan blog saya :
Me-Time
dodol said...
tuh kan bener, sesuai dengan tebakan gw di blog elo sebelomnya. udah matre, hobi belanja, pemalas lagi. siapa coba cowok yang mau ngelamar elo? mending loe nabung deh dari sekarang buat masa tua elo, sebab lo ga akan punya suami n anak yg akan ngerawat elo. tapi kalo ortu lu kaya raya sih ya tunggu aja warisannya dan lo silakan hura2 n males2an terus.
***
Belanja Itu Ritual Sakral Wanita
dodol said...
Dari blog2 elu, tercermin bahwa elu adalah cewek matre, gila belanja, boros, sok fashion, tapi ngga cakep2 amat.
Tarohan, lu masih jomblo kan? Denger ya, kami para cowok males banget buat jadi pacar atau bahkan suami cewek sejenis elo. Kalopun ada yang mau paling ada "maksud2" laen.
Jadi loe cari aja sana deh cowok kaya hidung belang yg mau biayain gaya hiudp loe yg gila2an.
***
Saya jadi kembali mempertanyakan apakah stigma di masyarakat menyatakan wanita lajang –tapi karena 'lajang' bisa diplesetkan menjadi 'jalang'- maka selanjutnya saya tulis sebagai ’single’, serta bekerja secara halal sehingga ada uang untuk belanja ini itu, adalah aneh/salah?
Revolusi Industri dan Perang Dunia (PD) II memberi pergeseran wanita yang semula bekerja domestik kemudian terjun bekerja di pabrik dsb, bertujuan mencari nafkah dan menopang kehidupan keluarga. Saat PD II, kaum pria banyak yang pergi ke medan perang maka pada saat bersamaan wanita menggantikan posisi kerja pria menjadi buruh di pabrik. Tapi, seiring perkembangan zaman, jumlah wanita bekerja meningkat dan tujuan bukan lagi mencari duit semata. Eksistensi diri karena peningkatan strata pendidikan, dan kesempatan mengembangkan keahlian. Dalam kehidupan sehari-hari, saya mengenal teman-teman wanita yang sukses menyeimbangkan karir dan kehidupan keluarganya.
Saya sendiri kadang ditanya, ”Kapan kirim undangan?”, ”Kapan menikah?” dan saya hanya membalas sambil tersenyum manis saja. Karena (pengalaman nih) kalau saya bilang ”Belum ada”, maka saya justru di-hakimi lagi dengan pernyataan, ”Kamu kebanyakan milih...” hihi.. saya kan juga bukan selebritas yang perlu mengkonfirmasi bahwa saat ini sedang dekat dengan pria berinisial A, kencan bersama B, atau pergi nonton dengan si Z.
Kadang klarifikasi detil tak dibutuhkan. Bukankah ketika kamu menjalin relasi kasih sayang harus berpegang pada prinsip kenang yang baik-baik saja dari suatu hubungan dan don't share it to anyone? Ketika putus, tentu kamu sebal mendapati mantan yang menjelek-jelekkan kamu, atau jika mantan sudah menikah lebih dulu ketimbang saya, maka teman-teman saya (walau tanpa komentar langsung) tentu menyadari bahwa mantan saya yang selingkuh duluan ketimbang saya.
Inti dari relasi kasih sayang adalah ’Komunikasi dan Saling Percaya’. Lalu, apakah saya perlu melanjutkan ke jenjang pernikahan suatu relasi yang salah satu pasangan tidak percaya sama kesetiaan saya? Ketika dia mulai membuka handphone saya melihat isi sms di dalamnya serta nama-nama kontak di dalamnya : jelas tidak nyaman! Mungkin orang lain ada yang oke-oke saja dengan kelakuan itu, tapi yang jelas bukan saya! Ketika pasangan sudah mulai menyuruh saya harus mengikuti maunya, sudah mencoba melayangkan tangan ke muka saya yang ngga cakep-cakep banget (tapi waktu awal bertemu bagi dia tentu cukup manis sehingga dia mau mengejar saya), yang saya bayangkan adalah pernikahan yang berakhir ke Kalyanamitra, rumah sakit atau lembaga apapun yang berurusan dengan KDRT.
Yap! wanita single juga pernah digoda dengan ”cowok hidung belang” yang mengiming-imingi tinggal di apartemen, disantuni lahir-batin dan menjanjikan menyandang gelar ’istri’ meski entah yang keberapa. Tapi, maaf, saya lebih memilih bangun pagi, bekerja dari Senin sampai Jumat, tegang urat leher dan otak 40 jam seminggu, dapat uang dari jerih payah sendiri, sehingga saya membutuhkan istirahat yang disebut ”Me-Time”.
Tapi saya juga bertanya mana derajat yang lebih rendah : ’cowok hidung belang’ atau cowok bejat mengobral kata ’sayang’ atau ’aku cinta padamu’ berbuntut ajakan check-in di hotel? Hasil terlalu dini membaca kisah Oh Mama Oh Papa dari Majalah Kartini, saya mencuri baca sewaktu di Sekolah Dasar, telah menyadarkan saya bahwa perempuan rentan pada kasus-kasus semacam ini. Sehingga, buat apa kamu (para wanita) melakukan perbuatan yang ”I lost it last night” dilanjutkan penyesalan, ketakutan hamil tak diinginkan, atau terkena penyakit seksual menular?!
Wanita single pekerja melek finansial sehingga sadar perlunya memiliki tabungan pensiun/persiapan masa tua. Namun pembahasan tentang perencanaan keuangan bukan menjadi topik pilihan kami di blog karena sudah ada pakar yang lebih berkompeten berbicara.
Saya tidak tertarik mengupas di blog bahwa saya punya sejumlah keponakan lucu-lucu dari teman dan saudara. Saya bersyukur menjadi bagian dari pengamat tumbuh kembang mereka ibarat ibu menyaksikan pertumbuhan anaknya. Pernah sedih saat mereka sakit dan menemani mereka saat di rumah sakit, atau bahagia bermain bersama. Saya juga secara berkala berkunjung ke panti asuhan, hanya saja karya saya tidak seberapa dibandingkan perusahaan yang perlu melaporkan kinerja CSR-nya.
Mengutip kalimat dari buku When God Winks, ”kita ibarat memegang 1 ujung benang transparan, dia memegang ujung yang lain. Tapi benang itu belum kita dan dia gulung sampai bisa saling ketemu". ...Saya tetap percaya dengan konsep berpasangan. Saya anggap ada The One dalam kehidupan saya dalam relasi kasih sayang: mungkin dia pernah hadir, mungkin sekarang sudah ada, atau suatu waktu bakal hadir. Tapi yang jelas, Tuhan punya rahasia skenario yang saya jalani dan nikmati sekarang. Jadi, kesimpulannya, sampai saat ini memang saya single, pekerja kantoran yang bahagia dengan gaji dan fasilitas yang saya peroleh, dan saya bersyukur atas kehidupan saya.
Justru orang-orang berpikiran dodol seperti komentar orang bernama Dodol yang perlu dikasihani. Setiap orang punya skenario hidup untuk dijalani. Dan daripada gatal mengomentari tetangga, lebih baik mari kita bertanya pada diri sendiri : Apakah Saya sudah bahagia, bersyukur, dan menjalankan skenario kehidupan milik sendiri dengan sebaik-baiknya???
2 comments:
lagi ngerasain jadi eno nih, kesel pastinya ya... dibikin repot sama komen ngawur.
sebenarnya semua yg kamu lakukan manusiawi, sangat normal, dan sah-sah aja krn pake hasil jerih payah sendiri. tapi yaa... jeroannya orang emang beda2 sih ya, jadi nanggepinnya ya beda2 juga.
kupikir kamu kenal orang itu, No. Semula nebaknya dia orang yg pernah kamu tolak, trus sakit hati, jadinya berulah demikian :D
yaa, kita patut kasian :|
idem sama epi. aku juga curiganya orang itu memang kenal sama eno. salah satu cowok kampungan yang pernah ditolak eno :p
poor coward...
Post a Comment