Saturday, July 25, 2009

Duka

Genggam tanganku
Kuajak kau ke danau hening
Menepi hingga berkubang diri
Basuh lara hati di tepian bening


Usap jelaga di matamu
Mari kutuntun kau ke rumahNya
Rapatkan tangan susun jemari
Ia tak lelah menelusuri kisahmu

Friday, July 24, 2009

Puisiku-Oase Kompas

Puisi-puisiku dimuat di rubrik Oase (Puisiku) www.kompas.com.
Tepatnya di edisi :Rabu, 22 Juli 2009

Link : http://oase.kompas.com/read/xml/2009/07/22/0011264/puisi-puisi.dewi.retno.siregar

Hampir sebagian besar puisi, kecuali "Kamu", belum pernah kuposting sebelumnya di blog pribadiku.

***

Taman Milik Kita

Mari jadikan cerita kita taman bermain
Tanam pohon cemara di tanah seluas hasta
Kita gemburkan tanah kita
Sirami air mata dan semai derai tawa ketika kita berangkul pilu


Mari saksikan pohon cemara saksi cinta kita
Saat matamu bertumbuk dengan degup jantungku
Ketika aku tak mampu menipu merah pipiku
Saat kau sodorkan kembang gula merah jambu


Mari kita bakar kembang api dalam taman cinta
Lontarkan cahaya dalam langit berbintang binar
Jilati pelangi menyapu mendung pergi


Jakarta, 16 April 2009

***

Bayang

Hanya menggenggam wajahmu di otakku
Kubayangkan tanganku menelusuri lekukmu
Di suatu pagi yang lusuh tersapu mendung

Kupintal bayangmu di jelajah pikiran
Di mendung kelabu hatiku pun sendu


Jakarta, awal Juni 2009

***

Kamu
: Birthday Guy


Kamu dan Saya pernah berbagi nikotin dan kafein
Saling cerita di taman kota suatu hari
Kamu dan Saya pernah menikmati masa berderai hujan

Kamu adalah hujan mencium bumi
Menguarkan bau tanah mengajakku berdansa
Sampai musim semi tiba mengajak Saya dan Kamu bersarang
Kamu mengeja huruf, kata dan bait dalam senandung
Saya menyusun gambar membentuk bayang

Kamu marah ya?
Kamu ngambek ya?
Kamu menghapus saya dari pikiran dan hati?

Saya tak sadar, tak mengerti
Kamu lebih dari perhatian kamu
Saya tak sensitif membuka kunci hati


Jakarta, 28 Juni 2009

***

Ketika Senja Kuganti Pagi

Mengapa cinta berkait senja?
Aku bosan menulis kalimat ”Dan kau temani aku hingga senja”
Aku jenuh mencumbu melankoli romantis
Mungkin aku terlambat bangun pagi dan tergopoh memulai hari
Terlalu singkat untuk menikmati gradasi mentari

Dan senja identik matahari berlabuh
Menuju malam lalu kita ikut terlarut bersama kelam
Menikmati istirahat setelah lelah mencari jarum diantara jerami
Ya! Kadang kamu beruntung meraih cinta
Seringkali keringat membulir dalam menangkapnya

Bagaimana jika aku ganti cinta adalah pagi?
Menikmati detik kelam berganti fajar
Lamat-lamat menikmati azan subuh
Mengetuk ingatan senandung yang sama menemanimu pada awal membuka mata
Ketika kita terlahir buta dan tak berdaya
Cinta pula yang menuntun kita menatap dunia

Bagaimana jika kau kusambut bagai mentari pagi?
Pagi ini kecup embun dan menyesap kopi
Ada riuh mengalir ke pembuluh nadi


***

Kopi Tubruk

Kamu cintaku dalam kopi tubruk
Langsung nempel di hati
Nancap di lidah
Ingin kucecap sampai ke ampas


Jakarta, 4 Juli 2008

Wednesday, July 15, 2009

Sindrom Pasca Cuti

Berdasarkan pengalaman pribadi, Penulis mengalami problem susah menulis pasca cuti.

Otak tumpul. (Pengaruh tidak mikir selama seminggu)

Selama berlibur, kegiatan mengetukkan jemari di papan keyboard digantikan dengan tangan cekatan menggerakkan tetikus bermain game.

Selama seminggu kemarin bagai ular tanpa tulang. Ketemu sofa, karpet atau kasur bawaannya ingin rebahan dan tidur. Kini harus terbiasa kembali duduk tegak di meja kantor sembari memandangi layar monitor.

Selama cuti tetap menyalakan fasilitas YM untuk online. Chit-chat sana sini, ujung-ujungnya saya pasti mengatakan sedang cuti. Ada di rumah. Seperti ada kenikmatan tersendiri ketika teman chat lebih kurang balas mengatakan, ”Duh enaknya...” karena mereka ngantor...hahaha..... Duh maaf daku kejam ya, bersenang-senang di atas penderitaan orang lain yang bekerja.

Dan tiba-tiba datanglah ”Hari Pembalasan”. Ketika saya kembali masuk bekerja.


Ini pengalamanku selama 3 hari kembali bekerja :
Merasa asing dengan rute perlintasan kantor – tempat tinggal.

Praktis hanya mampu menyelesaikan 4 alinea tulisan dalam satu hari kerja. Berada di kantor yang lebih kurang 8 jam –belum dipotong acara makan siang di depan meja komputer dan cek e-mail yang meluap selama ditinggal- ini sangat...sangat.. tidak..produktif.

Ini mengingatkan saya pada posisi tukang jahit di Pasar Baru yang mengklaim dalam hitungan jam bisa menyelesaikan order, tapi nyatanya 3 jam berubah menjadi 3 hari!

(Gambar dikutip dari : www.incentivedirect.com)

Tuesday, July 14, 2009

Kamu

: Birthday Guy


Kamu dan Saya pernah berbagi nikotin dan kafein
Saling cerita di taman kota suatu hari
Kamu dan Saya pernah menikmati masa berderai hujan

Kamu adalah hujan mencium bumi
Menguarkan bau tanah mengajakku berdansa
Sampai musim semi tiba mengajak Saya dan Kamu bersarang
Kamu mengeja huruf, kata dan bait dalam senandung
Saya menyusun gambar membentuk bayang

Kamu marah ya?
Kamu ngambek ya?
Kamu menghapus saya dari pikiran dan hati?

Saya tak sadar, tak mengerti
Kamu lebih dari perhatian kamu
Maaf.... Saya tak sensitif membuka kunci hati



Jakarta, 28 Juni 2009

Mampir ke RumahMu

Aku manusia tak sempurna
Mudah ucap janji pada sesama
Kadang lupa menyambung relasi linear

Komunikasi vertikal pun tak lancar
Saat bahagia alpa mengucap kabar
Saat sedih pun tak ingat berpaling

Dear God,
Aku sadar hubungan kita putus sambung
Hari ini aku mau mampir
Sudi terima diri di rumah suciMu



Jakarta, 14 Juli 2009

Bapak Reparasi Sepatu


Sepatu gladiator shoes saya lepas di bagian belakang, tepatnya di bagian penahan tali yang melingkari pergelangan kaki. Masih bisa dijahit, sementara secara keseluruhan tampilan sepatu masih layak pakai.

Mungkin sebagian orang sudah tahu kalau di Jakarta ada Stop 'n Go untuk mereparasi sepatu/tas atau Laba-Laba untuk membetulkan tas/kopor.

Tapi kedua nama tersebut untuk kelas atas, sehingga kurasa barang-barang tas atau sepatu yang kubeli terlalu mewah untuk dibetulkan ke sana.

Kebetulan tak jauh dari pasar Taman Puring, tepatnya di depan ruko terletak dekat belokan menuju Jalan Gandaria Tengah, berseberangan dengan RSIA Muhammadiyah Taman Puring, sering mangkal tukang reparasi sepatu.

Akhirnya di suatu Jumat pagi awal Juli lalu, saya bawa sepatu tersebut ke tukang tersebut. Kebetulan hari kerja di penghujung pekan memang tidak sepadat hari-hari sebelumnya, jadi saya bisa mampir ke sana sembari ke kantor.

Tanpa negosiasi lagi, kuterima permintaan dia untuk bayaran sebesar Rp 5 ribu untuk menjahit kain di belakang sepatu.

Sembari duduk di atas kotak kayu, saya pandangi tukang itu bekerja. Dia seorang bapak tua yang kutaksir berumur 50 tahun lebih. Kulitnya legam tanda terpanggang matahari. Lalu, yang menjadi perhatianku ketika lengan berotot, tanda sepertinya banyak menggunakan tangan untuk bekerja dengan tenaga fisik, sibuk menjahit. Sepuluh jemarinya tak henti gemetar seperti tremor.

Namun, jari-jari itu tak meleset dalam menusukkan jarum ke sepatu. Mulut saya jadi gatal bertanya, “Sudah berapa lama mangkal di sini, Pak?”

“Sudah lama. Sampai ga menghitung,” kata bapak itu nyengir sementara jari-jari (yang tak henti gemetar) terus menusuk kain lalu menarik benang. Mata tetap fokus ke sepatu yang sedang diperbaiki.

“Biasa mangkal sampai jam berapa Pak?”

“Biasa sampai jam 3 atau 4 sore,” katanya sembari diam sejenak. Lanjut berkata, ”Kalau jam 3-an sudah mulai beres-beres,” katanya.

Tak terlihat di lengannya ada arloji melilit. Mungkin dia menanyakan waktu pada bapak sekuriti di ruko yang tepat berdiri di belakang tempat dia mangkal. Bisa jadi ditandai setelah sholat Ashar segera berkemas bergegas pulang. Atau seperti layaknya orang-orang zaman dulu yang masih sempat menjadi masyarakat agraris, waktu ditunjukkan oleh tanda-tanda alam seperti jatuhnya bayangan tubuh ditimpa sinar matahari. Entahlah.

Saya diam, masih menyaksikan jari-jari yang gemetar itu menyelesaikan jahitannya.

Hanya saja jadi terlintas satu pikiran di dalam diri. Bapak setua ini, dengan kondisi fisik tak prima, masih tegar mencari uang. Kondisi fisik dengan jari-jari gemetar tak menyurutkan diri untuk berhenti dari pekerjaan yang intinya menggunakan ketrampilan jari tersebut.

Apakah Saya mampu bekerja setegar itu? Mau punya masa tua seperti apa?

Wednesday, July 01, 2009

Namaku Apa Ya?

Mau mengajukan permohonan cuti, langkah pertama membuka Portal korporat.

Perusahaan tempat saya bekerja punya 3 gedung berbeda, sehingga antar departemen bisa terpecah-pecah lokasi. Sistem administrasi kami sudah memanfaatkan sistem online. Termasuk meminimalkan kebutuhan kertas (paperless).

Lalu saya mengarahkan kursor meng-klik Log-in.. muncul dua kolom yang harus diisi, User ID dan Password.

Ups!

”Saya memakai nama apa ya? Password-ku apa ya?” kata saya dalam hati.

Hidup di zaman internet, kita pasti punya berbagai account e-mail di situs berbeda.

Lebih efisien dan gampang jika Nama dan Password sama untuk di semua alamat e-mail. Akan tetapi, dengan berbagai pertimbangan, cara ini tidak bisa mutlak dilakukan.

Kehadiran berbagai situs internet dengan berbagai macam dan tujuan, menghasilkan fungsi berbeda sekaligus password belum tentu sama.

Pertama, alamat e-mail kita di perusahaan, untuk komunikasi resmi antar rekan sekantor termasuk pula ketika kita berurusan dengan ’dunia luar’ dengan membawa institusi. Tentu saja, nama yang terlampir di e-mail adalah nama formal seperti tercantum di KTP/kartu nama. Tinggal modifikasi sedikit dari nama lengkap saya yang terdiri dari 4 kata.

Ketika bekerja di hari pertama, saya harus menetapkan nama dan password e-mail perusahaan. Rekan dari bagian Teknologi perusahaan. Mereka yang nanti melakukan verifikasi. Jadi, tak mungkin saya memasukkan password yang sama dengan alamat e-mail pribadi kepada dia. Ini sama halnya dengan rela orang lain memiliki kunci untuk membuka peti dimana surat cinta kita tersimpan.

Alamat kedua, adalah alamat e-mail pribadi, nah ini account kita miliki di website Yahoo, Gmail, MSN, dan sebagainya. Ini sih bisa mengeksplorasi kreativitas dan asalkan gampang diingat.

Alamat e-mail pribadi ini biasanya digunakan untuk membuka akses kita menuju website jejaring sosial, seperti Facebook, Friendster, Multiply, dan sebagainya. Termasuk pula situs blogspot, milis/komunitas satu hobi, atau website kebutuhan khusus. Seperti penghitung trafik pengunjung blog, imageshack, dan portal koran e-paper.

Nah, kembali ke urusan isi form cuti. Langkah pertama saya coba mengisi dengan User ID dan Password yang sama dengan alamat e-mail kantor. Tidak berhasil.

Coba sekali lagi dengan modifikasi nama di internal outlook dan password e-mail saya masuk kantor. Lho? Kok nama Retno yang berbeda.... syukur baginya karena password ini cuma membuka jalan untuk rekap data cuti. Coba kalau urusan gaji, bonus, dsb?

Ohya, kami punya portal pembelian barang. Milik internal ditujukan bagi karyawan jika ingin membeli barang secara potong gaji. Saya coba masukkan, ternyata salah pula.

Huh! Yah, cara tercepat adalah me-reset. Mengganti nama di User ID sekaligus password. Saya telepon bagian Teknologi, dan ternyata karena urusannya untuk ’cuti’, saya harus mengontak HRD atau di tempat kami disebut Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM).

Mbak dari bagian PSDM sempat bertanya, ”Pernah diganti nama dan passwordnya?”

Saya bingung. Kayaknya pernah, sekitar Maret lalu ketika saya mengisi form cuti. Dan otak ini blank... Haha.. salah satu kebiasaan jelek ketika membuat nama dan password semangat sekali membuatnya unik dan (terkesan) rahasia. Padahal, pasti mengisi nama dan password yang itu-itu saja.

Asal tahu, memang kebijakan mengisi formulir pengajuan cuti secara online baru berlaku Oktober tahun lalu, atau tepat sesudah saya menghabiskan cuti tahunan.

Dibantu bagian PSDM, saya berhasil membuat nama ID baru sekaligus password yang standar-standar saja. Akhirnya selesai pula pengajuan aplikasi cuti saya.

Lalu mata tertumbuk pada link Rekrutmen, iseng kuarahkan kursor ke Internal Rekrutmen... tekan.. dan .. kembali lagi terpampang Log-in permintaan User ID dan Password muncul.... Huh! Harus mengajukan lagi pertanyaan ke bagian PSDM, ini berurusan sama departemen mana. Lain kali saja. Mungkin ini upaya meminimalkan kutu loncat antar departemen ya? Walaupun tidak resign, tapi perpindahan satu orang tenaga kerja ke departemen lain, tentu akan meninggalkan posisi kosong di departemen lama.

Pengalaman yang saya peroleh, ada dua hal. Pertama, gunakan satu nama dan password sama untuk keperluan internal. Atau kedua, catat semua User ID dan password di satu kertas khusus. Mungkin kamu punya password andalan, tapi kadang meleset pula. Jangan anggap satu alamat e-mail dan password kantor seperti memiliki kunci ke semua pintu di satu gedung. Apalagi jika untuk urusan kantor saja kamu memiliki link yang beragam.