Friday, May 30, 2008

Nonton Yuks!


Aku lelah menunggu
Segera kosongkan agendamu
Kita nonton indiana jones terbaru
Duduk manis sedot kopi susu
Popcorn lumat di mulut
Pilah pilih gantengnya Harrison Ford, Shia LaBeouf, atau
Kamu yang duduk sampingku.

Tentang Saya dan Kamu (Its Takes Two to Tango)

Katanya saya tidak mensyukuri sudah dapat barang bagus.
Karena saya perempuan, saya dicap berperilaku ‘bitchy.’
Karena saya perempuan, maka saya menghormati pasangan.
Saya tidak mengatakan alasan apa yang membuat saya berpaling ke lain hati.
Saya tidak menceritakan hal buruk penyebab diri ini mencari pelukan lain. Jika pelariannya tidak lebih baik, maka itu namanya ”pengalaman”.

Kata ibu, itu cermin diri saya yang tidak pernah puas.
Kata saya, itu contoh kebodohan kambing mengira rumput tetangga lebih indah walaupun ternyata fatamorgana. Atau ternyata penuh pestisida.

Pelukan lain itu hanya pelarian sesaat.
Rengkuhan lain ternyata masih sempat membuat ku terlintas berpikir, ”Tidak ada yang setulus kamu.” Meski saya kini benar-benar bakal tutup buku dan menghapus bayang kamu, dan....memang aku bisa berhenti menangis secara cepat. Yang tersisa hanya memori saat-saat bersama kamu, yang kadang melintas seperti film lama dan mulai terkikis. Termakan waktu.

Kata teman pria saya, ”Ketika kamu mengkhianati dan mendua, what you do is what you get!”

Kata sahabat perempuan saya, ”Dari dulu gua juga ga sreg dia sama kamu.”

”Dia yang mana?” balasku membatin.

Duh! Tapi Dia yang ini tentu Dia yang selalu tersimpan di saku hati. Bukan cerita Dia si selingkuh hati. Dia yang selalu kutangisi di saat pergi. Kata Dia, ”Hanya sementara.” Tapi firasatku selalu benar dan kali ini benar yang menyedihkan:(

Dia yang membuat saya tersenyum melihat bintang, dan bertanya, ” Apakah kamu sedang memikirkan saya? Apakah kamu tahu kalau kamu inspirasi mimpi indah saya?”

Kamu yang mengajarkan melukis Bintang Pari di langit.
”Kamu mantan anak Pramuka, ya?” ujarku seraya tertawa. Sembari memandang angkasa malam berpendar kejora.
”Anak XXXXXXX harus baca kompas dulu ya baru tahu letak utara, selatan, barat, timur?” tanyamu membalas ucapanku. Saat itu, aku baru menyadari kehadiran kamu diantara (teman pria) lainnya.

Dan kamu mendahului ku terbang melihat Monas. ”Monas kan simbol Jakarta!” ujarmu saat itu.

Dia pergi. Akhirnya tiba pula saatku berkemas. Kita lalu berada dalam wilayah peta berbeda. Kemudian, dia muncul untuk mengatakan, ”Kita sekarang satu kota.” Lalu, dia pergi lagi.

Dia yang membuat aku terhanyut mendengar lagu Home-nya Michael Buble (meski nama kota tempat tinggal kamu tidak disebut di dalam liriknya. Dan uups! Sejujurnya surat elektronik dari kamu sudah lama terhapus pula tidak seperti ucapan Buble….. And I’ve been keeping all the letters that I wrote to you..Each one a line or two…. ); Don't Sleep Away This Night- Daniel Sahuleka (sembari menyimak kalimat-kalimat.....Don't sleep away this night my baby… Please stay with me at least 'till dawn…. saya membayangkan Daniel Sahuleka tinggal di Belanda yang bertetangga negara dengan tempatmu berada kan?), atau ”Don’t Wanna Miss A Thing”-Aerosmith hingga ”It Might Be You” dari Stephen Bishop. Segala lirik yang membuatku merajut mimpi “Suatu Hari..”


Kita memang bukan satu paket berdua.
Kita memang bukan cangkang kerang yang menyatu.
Kita laut dan pasir yang bercumbu.
Yang berpisah dan kembali. (Berulang kali)

Kita memang terbiasa pergi membentang mimpi, lalu kembali bertemu di satu titik. Kita juga pernah berdansa di hari-hari bahagia.
Kita pernah menari di atas kesedihan.
Kita sering berpisah untuk saling membutuhkan.
Terima kasih engkau ada setiap saya menangis dan butuh pegangan.

Kata kamu, saya mata air tak mampu kau bendung.
Kata saya, kamu si angkuh terlalu pongah sebagai pria.
Kata kamu, saya si pribadi bimbang bikin bingung.
Kata saya, kamu harusnya menjadi pawang bagi si tak tetap hati.

Kali ini kamu pergi.
Kali ini pintu kembali telah tersegel.
Seluruh darahku membeku, dan –aneh- saya cepat melupakan kamu.

(*)Tapi semalam kubermimpi menjadi Estella bergaun hitam,
Mengajakmu berdansa mengikuti Besame Mucho
Menari di Paradiso Perduto
Demi kenangan dan penasaran

’Krak..’
Suatu suara memecah keceriaan kita
”Bunyi apa itu?” tanya kamu
”Hati ku patah......” jawabku

Pagi ini aku terbangun
Menangis....


(*) terinspirasi dari film Great Expectations (1998)


P.S. 1 : Masihkah kamu berkunjung ke blog ku? Terima kasih untuk pesan pendeknya. Wish U all the best. Tunggu sampai saya sanggup menyapa kamu :)
P.S. 2 : Saya menuliskan ini dan ..... Uff, lega!


(Gambar dikutip dari film "Great Expectations")

Jenuh

Anggap saja cerita kita,
‘One night stand’ sembilan bulan,
Saat degup ku terpacu antara dia dan kamu,
bahagiaku untuk kamu si lelaki hutan
dan janji ’tuk pria jangka panjangku

Maaf! ini bukan keindahan perbedaan dalam kebersamaan
”Dosa kepada pasangan masing-masing,” kata kamu
Agh! pasti kita tak ingat itu!
Pasti waktu itu kamu penasaran padaku kan?
Kamu panas dingin bertemu diriku yang cerdas
Kamu tersihir ciumanku
”Barang Bagus” atau ”Barang Baru”, entah apa namanya
Yang penting kita lanjutkan sebagai ’The One’

Kini sembilan bulan berlalu
Janin kita siap lahir
Mari kita namakan dia ”J.E.N.U.H”

Satu Sama

Hai kamu lelaki hidung belang
Mari menyusu di buaian buaya betina

Tanpa mukicari, tanpa teman curhat
Rahasiamu aman di tangan pemain solo
Aku si buaya darat berkelamin betina

Kamu mau kulayani gaya apa?
Rindu merayu, gadis manis nan patuh, atau putri baik hati,
Ratu es versus seksi menggoda, manja versus jinak laknat
Saya angkat kaki setelah sama-sama puas

Kamu suka, saya ada,
Kamu mau sama saya,
Jangan minta lebih,
Syaratnya : Ikuti aturanku.

BLT



Apa yang kau banggakan, tuan?
Ketika rakyat mengantri dan menangis

Apa yang kau sumbangkan
demi .....yang kata Tan Malaka, demi tumpah darah
Ketika kami lecet kaki mengukur jalan
Ya! memang kami berdarah

Apa yang kau ajarkan,
Ketika kami jadi pengemis
Dulu IMF kini BLT
Tuan jadi raja kecil kaum paria

(Keterangan gambar : dokumen Tempo – Warga Miskin Antre Dana BLT Tahap IV di Wangon, Banyumas – Oleh : Arie Basuki (TEMPO)).

Thursday, May 29, 2008

"Berlebihan" atau "Tidak di Saat yang Tepat"? (Promosi Tung Desem)

Motivator Tung Desem Waringin mau tebar duit Rp 100 juta di Parkir Timur Senayan tgl 1 Juni nanti. Menurut berita yang saya baca di website Detik ini, hal tersebut dilakukan terkait peluncuran buku terbarunya.

Yah! Orang ini memang terkenal dengan trik marketing yang bombastis dalam mempromosikan bukunya. Sebelumnya, waktu mempromosikan buku ”Financial Revolution”, Tung naik kuda menyusuri jalan Sudirman. Memancing perhatian masyarakat melalui hal spektakuler sepertinya menjadi triknya. Saya yang mengulas rencana promosi bukunya, secarat tidak langsung juga menjadi media promosional bagi motivator berusia 42 tahun itu.

Namun, trik di atas apakah tidak berlebihan? Maksudku, di tengah sebagian besar masyarakat tengah ’berteriak’ akibat kenaikan harga BBM, diikuti sejumlah kenaikan bahan pokok (malah, sudah jauh hari harga-harga barang kebutuhan sudah naik duluan), transportasi, gas habis, dsb?

Bahkan, baca Koran Tempo hari ini (Kamis, 29/5) tarif jalan tol Jakarta-Cikampek yang naik, saya perkirakan bakal berimplikasi terhadap kenaikan komoditas dan produk tertentu. Bukankah jalur tol tersebut adalah rute ’gemuk’ dan strategis? Jalur sepanjang 72 kilometer sebagai akses Pantai Utara Jawa (Pantura), menghubungkan Jakarta Timur, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang dan Purwakarta. Berapa banyak truk yang bolak balik mengangkut komoditas, bahan baku atau produk hasil jadi dari pabrik-pabrik di luar Jakarta? Sudah harga bensin melonjak, komponen harga transportasi (tarif tol) ikut loncat. Dari dulu pengelola jalan tol selalu berdalih demi meningkatkan pelayanan.

Ya ampun! Saya membayangkan Parkir Timur Senayan pada Ahad nanti bakal dipadati orang-orang seperti antri sembako. Ada yang pingsan, kecapean, atau berakhir rusuh. Memang dalam berita di website tidak dijelaskan, apakah uang dalam bentuk lembaran. Atau kalau dalam bentuk recehan, hehe.. siap-siap bawa baskom dan helm supaya kepala ga benjut kena sambit!

Silahkan saja cara berpromosi demikian dilakukan. Hanya saja, momennya sekarang ini kurang tepat. Di tengah orang sedang mengantri menjadi ’rakyat miskin’ dan mencairkan bantuan tunai langsung.

Akan tetapi, kalau gua ga ada kerjaan, daripada bengong di kos, mungkin acara tersebut bisa diagendakan dalam kegiatanku di hari libur. Sambil bawa body protector, sepatu kets, dan tas besar, supaya gesit di antara keramaian.

Wednesday, May 28, 2008

Mei

Biasanya saya suka Mei.
Mei adalah musim semi bagiku.
Ia membuatku tersenyum dengan mata berbinar.

Mei pernah kelabu. Pernah berdarah.
Tidak menyenangkan bagi semua orang.
Tapi saya masih suka dengan Mei.

Hanya ada Mei sebagai titik awal.
Semua dimulai dari Mei.

Aku benci Mei kali ini.
ketika kenyataan tak sesuai rencana.
ketika rencana tak terealisasi.
Ketika langkah tersendat.

Lost-orientation? Bloody moody?
”Dimana Mei-ku yang indah?”

Monday, May 26, 2008

Mending Abaikan dan Delete

Orang (ngaku) sibuk tapi kok masih bisa meluangkan waktu untuk mengetuk-ketuk jari di keyboard untuk tulisan semacam ini :

Thx uda mampir diWeb saya,saya juga bukan sdg berbasa-basi,skrng coba kamu bayangkan,kalo dalam 1hari ini sj,saya dikirimi E-mail ucapan say halo+dll+dst sebnyk 46Mper's,padahal mrk masuknya keFolder Group diMp'qu,nha kalo 1Mper's aja membawa 3user yg reverse ngikutin keContact'qu,berapa bnyk sy hrs nulis berX2 ke'mrk,dikarenakan sy ngeMPi tidak pake komputer,tapi pake Hp,yg sistem ketiknya satu2 ala SmS,jd klo ngga pake sistem 'Copy n Paste',apa nggak KRAM jempol sy?bisa dimengerti?btw thx d maen k Web aku


Ini sih memang bukan postingan seseorang di Guestbook milikku. Tapi, saya atau Anda mungkin pernah menemukan tulisan semodel ini? Soal keluhan cape membaca guestbook, mengomentari postingan di milis yang menurutnya tidak berguna, liat postingan di milis, dsb. Yah! Tapi inilah resiko ’bersosialisasi’ di dunia maya.

Daripada buang energi untuk mengetik hal2 di atas, lebih baik : ga usah ditulis. Abaikan dan Delete. Daripada buang waktu (buat si pembuat tulisan), bikin sakit hati yang membaca, dan menambah dosa hehehe....

Mungkin kalian bertanya mengapa saya juga meluangkan waktu untuk mengomentari hal ini? Karena sehari ini saya sudah membaca lebih dari 2 hal-hal semacam ini. Tadi pagi, seorang rekan memposting mengapa buang waktu mengirim diskusi ga jelas (bagi dia – tapi mungkin bagi saya, dan rekan-rekan lain berguna). Siang tadi juga membaca komentar di atas di Guestbook rekan MP saya (yang kayaknya sore ini sudah teman saya buang dari list buku tamunya), dan saya temukan komentar pedas seseorang di situs kenalan saya. Lalu sebagai moderator suatu milis, saya juga menengahi suatu persoalan yang berlarut-larut dan melebar jadi debat sengit.

Thursday, May 22, 2008

Ke Rumah


Gubuk kecilku peneduh jiwa
Maukah kau menuntaskan lamun rinduku?
Setiap jengkalmu menjadi cerita ku selami
Dekap aku di setiap detak waktu
Si rapuh ini rindu tempat pulang


(gambar dikutip dari : www.mihummel.net)

Friday, May 09, 2008

Jumat Ini...

Kamu pernah bangun pagi dan merasa malas ke kantor?
Duh, saya mengalami rasa itu Jumat ini (9/5). Cara melawan malas : segera bangkit dari tempat tidur, mandi, cuci rambut dsb.

Ohya, di kantorku setiap Jumat seolah ada ’peraturan tidak tertulis’, penampilan karyawan di Divisi Iklan pada hari itu menjadi lebih casual dan tidak seformil hari biasanya. Jadinya, saya menikmati dandan di hari terakhir dalam 5 hari kerja.

Coba memulas eye shadow hitam ditambah eye liner…. Haha, saya selalu ingin mencoba gaya ‘smoke eyes’ tapi belum pernah sempat mengujinya. Menikmati tatanan rambut hasil keramas plus wangi tonik.

Baju yang asyik dikenakan? Jeans... off course! Dan kaus pas badan dengan detil batu-batu permata imitasi di kerah (sebenarnya kaus andalan kalau lagi bingung cari atasan cukup pantas untuk jalan keluar hehe... )Oh yes! Here come my Friday!

(Gambar dikutip dari : www.makeupstore.se)

Monday, May 05, 2008

FS bikin dag dig dug

Tadi via YM, temenku I'pey minta saya meng-klik : http://profiles.friendster.com/66668743.

"Kamu kenal kan, No?" kata temanku yang kukenal sewaktu skripsi dulu. Yah, kukira dia memberi link teman masa lalu alias jadul. Saya pun meng-klik... wuah!! asli kaget.

Lagian siapa sih bocah gila yang tega memposting foto neneknya untuk bikin jantung dag dig dug... X(

(semakin bertambah usia, hormon adrenalin dan urat nyali makin kendur ....)

Sunday, May 04, 2008

Rindu Makan Soto Betawi

Jumat malam, sepulang kerja, langsung pulang ke Bogor. Saatnya pulang kampung, rindu rumah, dan ingin memanjakan lidah dengan masakan mama. Hmm, nyokap ku memang jago masak :p~

Namun pulang ke Bogor, malah melanglang cari makanan di luar. Beberapa hari ini, saya ingin makan soto betawi, yang menurutku terenak itu ada di jalan Padang, dekat kantor lama saya. Kalau tidak salah namanya Soto Betawi Haji Husein (hehe.. bukan berpromosi sih). Sayangnya sih ga kesampaian. Pertimbangannya karena jarak tempat kerja sekarang ke Manggarai sudah jauh (males agh jauh-jauh jalan ke sana demi semangkuk soto ... ). Alasan malas lainnya adalah jam paling afdol untuk datang ke sana sekitar jam 11-an, saat orang belum ramai makan siang, dan tentu saja pilihan daging dan jeroan masih variatif.

Akhirnya, keinginan makan daging kaki empat (haha.. gw dah berjanji mengurangi mengunyah daging hewan berkaki empat seperti sapi atau kambing. Jadi, karena ’mengurangi’ dan bukan ’pantang’ maka boleh lah menikmati santapan berbahan daging merah itu sesekali....) kesampaian pada Sabtu siang di Bogor.

Di kawasan Air Mancur yang memang sebagai pusat jajanan di kota hujan, ada tempat yang namanya Mang Endang, yang terkenal karena sup buntutnya. Tapi bagi saya (yang memang tidak doyan makan sup buntut), yang enak itu soto dagingnya. Satu porsi berisi keratan daging sapi empuk tanpa lemak, serta berkuah santan diperkaya cacahan daun bawang dan sereh. Memang miskin sayur. Sedap dilahap bersama nasi putih yang ditaburi bawang goreng.. plus kecap manis.

Hua .. kesampaian juga makan soto bersantan gurih. Pulang dari sana, nyambung ke supermarket belanja bersama keponakan. Keinginan lain, ingin menyantap chicken nugget. Agh, dasar kelamaan jadi anak kos-kosan, sepertinya lidah ini terbiasa makanan beli di luar... Agh, lupakanlah berapa besar asupan yang masuk berbanding lurus lenyeh-lenyeh di akhir pekan.Sepulang dari rumah, jangan lupa untuk kembali membakar kalori melalui olahraga :D



(Gambar ini bukan bentuk soto daging di Mang Endang ya....)

Mencintai atau Dicintai

Dari teman (postingan blog), saya mendapat pertanyaan mengetuk hati. Lebih baik ”mencintai” atau ”dicintai”? Hmff.. kurasa dua hal itu resiprokal. Timbal balik. Ga ada pilihan lebih baik atau lebih jelek.

Hanya saja, jika.. nah jika.. harus memilih salah satu -tentunya- lebih baik “dicintai”. Dan, saya tidak percaya tentang kalimat ’cinta tak harus memiliki’.

Mati Rasa
: Cerita standar dalam kehidupan manusia

Uff, memang bukan tabiatmu menjadi perasa
Perasa perasaan orang
Kamu ga tau kalau saya tersiksa?
Tersiksa karena kamu
Saya pun bukan manusia menunggu
Kurasa ’menunggu’ adalah pemujaan semu

Saat tangis dan degup terasa mengalun perih
Saat senyum berpadu lonjakan rasa
Ketika hati terpecah makin jauh

Mari berpacu dengan detak waktu
Semakin hari, semakin kamu lupa
Semakin hari, semakin lupa kamu
Semakin lama, semakin terhapus rona diri kamu


(gambar dikutip dari : www.art.com)

Bis Malam (Puisi Transport 1)

Tubuh makin terpojok
Kepalanya makin terkulai
Bahu diri disangka bantal
Tolak… tidak…
Tolak.. tidak…

Hmm ganteng sih,
Kalau nggak, wah! langsung jitak!
Tapi males deh... :p
Tetap saja ga kenal!

Badan ku merangsek ke muka
hirup udara segar di ruang terbatas
Sang pemuda cari sandaran baru, berbalik arah
Tetap pulas
”Ini contoh mekanisme reflek ya?”
Sebal juga karena tidur tak menular

Menatap jendela menampilkan kelam
Butiran air terjatuh dari langit
Tak ada suara, hanya hening terpecah alunan tidur dari belakang
Menebus cape, melepas beban 5 hari kerja
Atau cara menanti terbaik
Sebelum sampai terminal Baranangsiang.


lebak bulus-bogor
Jumat 2 Mei’08
(Gambar dikutip dari : www.fine-art.com)

Angkot (Puisi Transport 2)

Beberapa waktu lalu, saya menginap di rumah teman di daerah Ciputat. Minta bantuan dia yang lebih jago komputer untuk belajar program modifikasi gambar dan mengutak-atik blog.

Buat saya yang terbiasa jarak dekat –dari rumah kos dan kantor, pulang pergi cukup jalan kaki sekitar 10 menit- suatu pengalaman baru rute Lebak Bulus-Ciputat. Bergegas dalam gigi 3, bangun pagi sebelum mentari menyembul dari balik awan menuju kantor (terlambat sedikit, sudah kena macet), dan pulang ’menikmati’ lagi kehebohan mencari transportasi umum yang mengantarkan kita kembali ke rumah. Yah, beginilah kaum urban belantara metropolitan. Kawasan perumahan di sisi pinggir Jakarta, sementara denyut perekonomian (dan perkantoran) ada di tengah ibukota.

Saya merasakan jadi kaum urban dengan menyaksikan hal-hal baru. Pemandangan di angkot : orang tidur; kumpulan ibu-ibu yang punya energi untuk bergosip ria di dalam angkutan umum; wajah-wajah kelelahan; wanita pekerja di tengah keletihan masih harus memperhatikan posisi duduk supaya paha tak tersingkap dari balik rok span yang sudah minimalis; dering handphone dari berbagai sudut. Dan entah kenapa, bisa menimbulkan ide untuk mencoretkan puisi.


Angkot (Puisi Transport 2)

Terkantuk-kantuk,
Terantuk-antuk,
Badan bergoyang mengikuti irama roda empat,
Mata terpejam membayar sisa malam,
Berkejaran dengan mentari merayap,

Badan dan badan makin merapat,
Ruang pengap memanggang panas dan peluh,
Aroma parfum pun hancur,
Terlindas keringat mengucur.

Selamat pagi Jakarta!
Kusapa kamu dengan debu angkot.


(catatan : kenangan awal pekan berangkat naik angkot dari Ciputat ke Jakarta)

Saturday, May 03, 2008

Indonesia - Inggris, Please

Suatu klien, maskapai penerbangan asing minta Saya meng-Indonesiakan ”most frequent traveller” dan tidak merasa cocok dengan penerjemahan sebagai “pelanggan”.

Hmm.. suatu penerjemahan yang simpel dan sederhana, bukan?
Akan tetapi, klien tidak mau. Dan, namanya juga mengikuti apa kata klien, saya harus mencari padanan yang tepat. Selain menunjukkan diri cerdas mampu menjawab permintaan mereka. Tiba-tiba pusing. Ke dalam materi awal tulisan, Saya memang meletakkan bahasa Indonesia dan Inggris secara campur aduk jadi padu. Suatu maskapai penerbangan nasional saja menggunakan kata ”Frequent Flyer” dan tidak meng-Indonesia-kannya menjadi ”Konsumen Loyal” dan toh, kebanyakan dari kita secara sadar (atau tidak) sudah mengerti apa yang hendak disampaikan tulisan itu.

Ketika Saya dan kebanyakan manusia Indonesia terbiasa dengan media publikasi –seperti majalah lisensi asing dan tayangan televisi- atau lagu yang campur sari. Padu padankan bahasa ibu dengan asing. ”Liga Premiere”, ”Bonus : Free Magazine...”, ”Cara Pakai Mr. Happy (haha.. ini mungkin memang cocok untuk memperhalus bahasa yang jika di-Indonesia-kan jadi kena isu pornografi bagi masyarakat kita yang sering tabu membicarakan hal-hal begituan), ”Jadi Pacar Perfect”...dsb.

Tayangan infotainment pun menampilkan selebritas yang menyampaikan komentar dalam bahasa aduk-aduk.

Saya terpesona memandangi kecantikan seorang model peranakan Indonesia dan bule. Bahasa Indonesianya yang patah-patah pun Saya tak peduli (padahal dia mengais Rupiah di Indonesia hehe...).

Nah, permintaan klien asing ini untuk meng-Indonesiakan semua kata, justru membuat saya garuk kepala. Tersadar kalau si klien dari negeri tetangga saja justru mengingatkan, ”Gunakan Bahasa Indonesia yang Baku dan Benar” di majalah nasional.

Saya pun sore itu segera lari-lari ke perpustakaan kantor. Buka-buka kamus, cari-cari inspirasi di belantara media. Lidah tiba-tiba terasa asam, ingin memantik sebatang rokok tapi sudah berjanji tidak bakal ngebul. Akhirnya, saya pun menemukan ide. Dan maskapai penerbangan itu setuju dengan : ”most frequent traveller” dialih bahasakan menjadi ”pengguna loyal transportasi udara”.

Saya jadi tersadar diri ini –seperti kebanyakan orang Indonesia lainnya- sudah terbiasa menggunakan Indonesia Inggris secara gado-gado. Ketimbang cari padanan kata dalam bahasa nasional, kita lebih memilih memiringkan bahasa asing ke dalam tulisan. Dalam membuat tulisan terkait profesi jurnalis dan penulis, Saya juga biasa memiringkan kata-kata. ”Orang juga sudah mengerti maksudnya,” demikian pemikiran kita. Lebih gampang. Walaupun jadi lupa untuk memperkaya kosa kata :)

Friday, May 02, 2008

Selingkuh Mata

Agh kamu!
Yang membuatku bersemu pipi jingga
Saat mata kita tertumbuk
Dan diri terpekur

Kamu keajaiban terindah
Dalam sepelemparan jarak
Kutangkap kejora di bening matamu,
Kulumat sampai cair.

Saat kita berpandangan,
Tiba-tiba suara bariton itu memecah pikiran,
”Kamu kenapa?”
”Tidak...” dan ku pun berpaling,
Menatap telaga teduh di sampingku.