Monday, August 25, 2008

Ide Penulisan Iklan melalui Pertanyaan Esensial




Perhatikan gambar berikut ini. Mata (eye = jika diucapkan, lafal terdengar hampir sama dengan pengucapan ”I” dalam Bahasa Inggris), Lebah (bee = dalam pengucapannya terdengar hampir sama dengan ”B” dalam Bahasa Inggris), dan garis horisontal tersusun teratur membentuk huruf ”M” yang khas untuk logo IBM.

Yap! Logo tersebut memang untuk IBM. Saya suka ide permainan kata/sanjak; atau permainan ucapan (akibat penulisan dan lafal yang berbeda seperti dalam Bahasa Inggris). Karena terdengar lebih ’unik’, terkesan lebih komunikatif, santai, namun bisa pula berpikir sejenak lalu tersenyum.

Contohnya seperti dalam logo tersebut. Bukan logo kaku seolah merepresentasikan dunia korporasi yang birokratis, formil dengan mengatas namakan ’profesionalisme’.

Nah, baru tahu setelah baca buku ”Citizen Brand” yang ditulis oleh Marc GobĂ© bahwa logo tersebut hasil kreatifitas Paul Rand. Rand, pencipta ilustratif logo ABC, Westinghouse, UPS, dan logo IBM, yang juga dosen Yale University dan desainer grafis paling berpengaruh di abad ke-20. (Karya-karya Rand lainnya bisa dilihat dengan mengetikkan namanya sebagai kata kunci di Google. Haha.. memang ini masih tetep situs pencarian favorit..... dan termudah dalam ingatan saya, yang antara lain menghasilkan alamat www.logoblog.org).

Rand, mengutip dari buku Citizen Brand, mengatakan bahwa efektivitas logo berdasarkan 6 faktor penting, meliputi :
1. keunikan
2. visibilitas
3. kemampuan adaptasi
4. keterkenangan
5. universalitas
6. keabadian

Selain itu, menjawab tiga pertanyaan esensial :
1. siapa audiensinya?
2. bagaimana merek ini dipasarkan?
3. apa medianya?

Saya berpendapat, pertanyaan esensial itu pun cocok ketika kita membuat tulisan iklan (advertorial) di suatu media massa. Yang jika dijabarkan yaitu :
1. Fokus tulisan atau apa isu yang mau diangkat oleh pemasang iklan. Misalkan apakah topik yang mau diangkat itu menyangkut keunggulan produk, kegiatan kampanye perusahaan baik berkaitan bisnis maupun fungsi sosial (CSR), kemajuan yang dicapai berkaitan dengan ulang tahun korporasi dll.
2. Penggunaan kaidah tulisan non fiksi berupa data 5W + 1H
3. Siapa target pembaca (mengikuti segmen pembaca media pemasangan advertorial)

Berpegang dalam pertanyaan esensial untuk advertorial ini, dalam prakteknya penulis juga –mau tidak mau- harus memahami klien. Kita akan mengalami perbedaan gaya dengan konsep menulis berita yang independen. Wartawan hanya menyesuaikan dengan visi & misi media, gaya penulisan media, maupun segmen pembacanya.

Sementara karakter klien (pemasang iklan) bermacam-macam. Ada yang bertipe easy. Mereka tinggal membrief apa saja yang mereka mau dimuat (poin 1) dan selebihnya (di poin 2 dan 3) terserah pada penulis. Lalu setelah penulisan jadi, koreksi dan membaca ulang yang mereka lakukan, lebih kepada persoalan kebenaran atau kevalidan data dalam penulisan.

Ada pula yang bergaya toko serba ada. Istilah kerennya ’multiangle’. Alias semua musti masuk untuk dituliskan dalam 1 space yang mereka bayar. Misalkan komentar dari beberapa petinggi harus masuk semua. Atau meskipun tulisan menyangkut keunggulan A, si klien juga senang jika keunggulan lainnya B,C,...Z juga disinggung.

Sehingga, intinya penulis iklan yang kudu mampu menerjemahkan kemauan klien.

(Gambar dikutip dari : www.logoblog.org)

Thursday, August 07, 2008

Berani Bermimpi Lagi



…………… As I make my way back to you
You gave me faith
And you gave me a world to believe in
You gave me a love to believe in
And feeling this love
I can rise up above
And be strong, and be whole once again ........


(A World to Believe In – Celine Dion)

Lagu ini terdapat di album Celine Dion “Taking Chances”. Sebelumnya, aku tidak terlalu peduli apa isi lagu-lagu di album ini. Saya membeli cakram padat itu karena iming-iming suatu bank penerbit kartu kredit. Jika saya membeli CD Taking Chances dengan kartu kredit bank tersebut, maka saya bisa mengambil CD Ultimate Santana secara gratis. Jadi, saya –sebenarnya- mengejar Santana :))

Semalam, sembari membaca buku yang baru kupinjam di perpustakaan, saya bongkar kumpulan CD saya, untuk menemaniku melahap barisan kata. Koleksi CD terus terang memang belakangan ini tidak banyak. Seiring kemudahan jalur pemutar musik mp3 dan iPod, ketimbang membawa diskman, koleksi CD ku kini terbatas pada yang benar-benar kukira bakal everlasting kusukai . Hmmm......... The Cardigans? Aghh malas konsentrasi membaca diiringi lagu yang upbeat. Lalu pilih Andrea Bocelli, kemudian pindah ke Celine Dion yang jarang kuputar.

Beranjak dari satu lagu ke lagu berikutnya, hingga tiba di Track 10, sontak saya terdiam mendengar lirik lagu di atas. Lirik sederhana. Namun entah mengapa, menggugah ingatan saya tentang seseorang.

Pernahkah kamu berada dalam posisi mengejar angin? Dan ketika kamu menangis, terpuruk, merasa galau, mendadak kamu mendapat rengkuhan hangat dari seseorang? Ketika kamu jatuh, lalu seseorang itu memegang tangan kamu?

Tidak dekat di mata, namun selalu membawa kamu pulang ke ’rumah’? Seseorang yang’sedikit’ kamu lupakan dengan alasan jarak maupun kesibukan?

Hanya saja, diriku senang ketika selalu ada tempat untuk bersandar. Ada dirinya yang mengusap bahumu, serta memastikan kamu adalah The Precious? Bahwa kamu terlalu berharga untuk dicampakkan, terlalu dungu untuk merasa rendah diri, terlalu berlebihan merasa tidak sempurna? Memang manusia tidak ada yang sempurna! Keindahan manusia adalah ketidaksempurnaan itu .......................

Agh, saya ingin membuang puing-puing sakit hati. Ingin mengikis rasa teraniaya, dan makhluk termalang sedunia.

Seperti dalam senandung Celine Dion, ”... Cause your love heals my souls. Once again. I can live I can dream. Once Again. ‘Cause you made me believe…..”

Dan malam ini saya ingin tidur bermimpikan sayap putih lembut memelukku hangat.....

(Gambar Dreamquest : dikutip dari www jasonchanart com)
(Gambar Angel : dikutip dari www squidoo com)

Kreatif Kalau Kepepet

Kurang dari seminggu sebelum konser di Jakarta, Alicia Keys menuntut seluruh pernak-pernik berbau rokok harus dihilangkan dari arena konser. ”Saya tidak mendorong anak-anak di dunia untuk merokok,” katanya.

Semua berawal dari langkah Komisi Nasional Perlindungan Anak bersama Campaign for Tobacco Free Kids mengirimkan surat kepada Keys, mempertanyakan komitmen penyanyi R&B asal AS itu untuk tidak ikut serta mempromosikan rokok, yang notabene menjadi sponsor utama pertunjukan Alicia Keys di Jakarta, awal Agustus lalu.

Seperti dikutip dari Majalah Tempo, Edisi 4-10 Agustus 2008, Amerika melarang perusahaan rokok menjadi sponsor acara musik dan olahraga sejak 1998. Tiga tahun berikutnya, perusahaan rokok membuat standar pemasaran internasional, yang antara lain, tak menggunakan selebritas untuk promosi, tidak mendorong anak muda merokok, dan tidak beriklan secara masif.

Ini kondisi yang berbeda dengan Indonesia. Meskipun ada koridor Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 81 Tahun 1999 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Dalam PP tersebut juga mencantumkan aturan materi iklan.

Di sini, ada dualisme dalam memandang rokok. Industri rokok sebagai salah satu pemberi pemasukan besar bagi negara melalui cukai, dan membuka lapangan kerja cukup besar. Di pasar modal, saham-saham perusahaan rokok termasuk yang blue chips.

Di sisi lain, sisi kesehatan menjadikan produk berbahan baku tembakau ini juga digebuk, serta diikat kebebasannya dalam beriklan.

Namun, justru di tengah ketatnya tata cara mengiklankan diri, rokok merupakan salah satu dari sekian produk dengan iklan yang paling inovatif. Tim marketing atau perusahaan periklanan mereka menjadi putar otak dengan sejumlah larangan pemerintah.

Saya acungkan jempol untuk kreator A-Mild. Saya kagum dengan gaya Bentoel mengangkat ke-Indonesiaan, mengingatkan kita akan negeri yang elok, yang sama rasanya ketika melihat salah satu iklan rokok Marlboro membuatku ingin pergi ke Grand Canyon. Atau gelitik aura mistis para peri (ibunda Pertiwi?)dari negeri dongeng-nya Gudang Garam.

Etika Pariwara Indonesia menyebutkan dalam iklannya : Tidak menampilkan produk rokok, atribut rokok maupun perlengkapan merokok, atau memperagakan dalam bentuk gambar, tulisan atau gabungan keduanya, rokok atau orang sedang merokok, atau mengarah pada orang yang sedang merokok. Selain itu, penayangan di televisi hanya boleh disiarkan malam hari. Mulai dari 21.30 hingga 05.00 waktu setempat.

Industri rokok termasuk paling wahid dalam aktivitas below the line dengan mensponsori pertunjukan musik, olahraga, hingga beasiswa.

Ini mungkin salah satu bukti nyata bahwa kreativitas dan inovasi justru muncul akibat sejumlah pembatasan. Mungkin analogi serupa ketika mepet deadline (tenggat waktu) membuat ide paling oke muncul?!

Duh.. kalau yang terakhir ini jangan dibiasakan deh :D

Wednesday, August 06, 2008

Bunuh Diri & Saat dariNya

Sore hari, tiba-tiba masuk SMS dari kamu.
Saya jadi ingin membagi cerita kebahagiaan denganmu.
Namun, tulisan di layar LCD berdimensi tak lebih lebar dari panjang jempol jariku, membuat saya menunda membicarakan soal rasa senangku.

Rasanya, bukan saat yang tepat menceritakan tentang angan yang membuncah di saat orang lain sedang merasa kehilangan. Kamu baru pulang melayat teman, seorang aktivis, sekaligus mantan rekan kerja yang meninggal dunia. Maaf... aku sendiri lupa apakah sudah menekan keypad menyatakan turut berduka cita. Tapi yang jelas aku menunda ceritaku. Entah mengapa, persoalan ’kematian’ menimbulkan inspirasi yang ingin kutuang dalam puisiku.

Padahal sebelumnya saya sempat membahas tentang ”bunuh diri” dalam chatting bersama Merry dan Ajeng di pagi hari. Ini bukan persoalan depresi. Lebih kepada kita mengakhiri sendiri ujung usia kita, dengan meminjam istilah ”lengser keprabon madeg pandita”. Men-cut off umur di saat kita pada titik puncak keindahan diri, masih merasa cantik/ganteng, badan masih langsing belum mekar gara-gara melahirkan, belum punya beban.

Akan tetapi pelaku bunuh diri tentu kalah nyali dengan rekan almarhum - teman dari teman saya tsbt - yang berjuang melawan kanker sambil teguh berjuang mempertahankan idealismenya...

Kasus bunuh diri –dalam pendapatku – jadi seperti seseorang yang takut menghadapi masa depan. Bayangkan ketika seseorang melontarkan ucapan, ”Ya ampun... bodoh betul mengakhiri hidup saat masih belia,” sembari memandang tubuh kaku yang mati bunuh diri.

Bunuh diri adalah langkah bodoh ketika dunia masih menawarkan banyak hal yang belum kita reguk dalam keindahan hidup ini! Dari super remeh, super bodoh maupun na’if, atau mewujudkan impian yang bagi sebagian orang terlihat sepele atau standar. Misalkan belum mendaki Gunung Bromo meski banyak orang menyatakan Bali lebih romantis sebagai tempat berbulan madu.

Belum menikmati diving di Bunaken versus berbikini super mini di pantai, menjejak Kashmir, dan belum beribadah Umroh.

Belum pula membuat ibu tersenyum bahagia karena diri ini tertib menjalankan ibadah agama.

Belum mencoba duduk di belakang kemudi mini cooper tua dan melaju di Jakarta raya. Atau belum menemukan ciuman yang membuat diri melayang di udara seperti ditulis dalam roman picisan; belum merasakan janin tumbuh berkembang dalam rahim hingga melahirkannya; belum menyaksikan anak-anak yang ceria bermain sembari memelukku seraya berkata ”Bunda” ; dan belum melihat siapa Presiden RI di 2009, dsb.... dst.

Jadi.. biarkan Ia yang memutuskan kapan kita kembali. Kita hanya manusia yang berusaha mengisi waktu di dunia ini dengan hal-hal berguna.

Mungkin aku hanya mampu ikut menyatakan sedih melalui kata-kata sederhana di bawah ini.

***

Kehilangan

Banyak cerita kita bagi
Dari ranting jatuh hingga langit runtuh
Tentang cara mengisi waktu sampai ujung umur
Lalu kita pun diam termangu,
”Kita belum bicara sehidup berdua,”
Entah siapa yang nyaring berlagu
Ideologi memberangus hati bertaut


***

Ketika Saatnya Tiba

Kata kamu : tak ada kata ”Siap”
Hidup hanya mengumpulkan bekal dan menabur remah
Seperti Hansel menebar roti menjejak arah
Lalu burung-burung bersorak menemukan kudapan

Atau kau menjadi Gretel mengunyah gubuk coklat
Dan bertemu penyihir kelaparan

Semua ada sebab dan akibat
Sekali mengudar benang umur tiada mampu digulung kembali
Semua berujung di rumah tempat bersarang

Malaikat pun mengintip dari belakang .....


PS : turut berduka cita, Lelaki Agustus-ku.......

Jakarta 6 Agustus 2008

Monday, August 04, 2008

Missing Link (?)

Aneh!
Selalu ada kamu di sudut lengangku.
Apakah kamu lengkung rinduku di kaki pelangi,
saat ku mencari ujung lazuardi?


Jakarta, 4 Agst' 08

Friday, August 01, 2008

The Dark Knight




Batman is back!Jagoan kelam ini favoritku dari zaman kecil dulu.
Kenapa?
Dalam benak diriku yang masih anak kecil – pada waktu itu- dia keren dengan topeng dan jubah hitamnya. Dia juga punya banyak peralatan untuk melawan musuh-musuhnya.

Jika saya deskripsikan sekarang, Batman a.k.a Bruce Wayne paling humanis. Dia manusia biasa yang ingin membumi hanguskan kejahatan. Ia bukan manusia yang mampu mengeluarkan jaring laba-laba seperti Spiderman. Bukan pula si Superman (aghh! Dari dulu aku ga kuattt lihat jambul Mr. Clark Kent/Kal-El).

Batman sudah sering difilmkan di layar lebar. Tentu yang paling kuingat di era 90-an dengan aktor bergonta-ganti berperan sebagai Bruce Wayne. Mulai dari Michael Keaton. Ia membuat penasaran jika melihat sosoknya berbalut jubah kelelawar. Akan tetapi, imaji jadi rontok ketika melihat sosok dia dlm balutan Bruce Wayne... Maka sosok Val Kilmer paling guanteng untuk menjadi Batman. Makanya Batman Forever jadi film favorit saya.

Tapi acungkan jempol untuk “The Dark Knight”. Serba gelap. Muram. Dan salut untuk (almarhum) Heath Ledger yang mampu menghidupkan peran Joker, musuh Batman, dengan sangat-sangat bagus!! Benar-benar Joker yang cerdas dan mampu memainkan ’kartu’ dengan tak disangka.

Satu nama lagi yang menghidupkan film ini adalah Aaron Eckhart. Lupakan sosok pria membumi di No Reservations. Eckhart berperan sebagai Harvey Dent, jaksa wilayah yang memandang hidup dalam hitam-putih. Saksikan Dent bermetamorfosa menjadi sosok jahat. (bagi penggemar berat Batman, terdengar familiarkah nama nya??)

Film yang sangat sayang jika dilewatkan. Unsur sadisme tidak separah misalkan Spiderman-3, tapi memang film ini untuk Dewasa karena alur cerita yg berat. Dalam arti, bukan film yang sekadar memindahkan jagoan komik ke pita seluloid.

Thanks jg untuk rekan-rekan ku yang mengajak ku menonton di saat aku lagi up and down. Terhibur banget....

Bukan Superhero



Aku angsa berkepak rapuh,
Bukan superhero,
Namun jangan beri batu terkutuk itu!
Aku berpantang batu kryptonite pembawa lara,
Bakalan buatku takluk,
Sayapku pun terbakar.


Jakarta, 14-1-2008
(Inspirasi yang mengalir saat mendengar lagu Superman - Five for Fighting)

Saat Memutuskan Berpisah



Saya bukan penonton setia tayangan Infotainment. Hanya menikmati tayangan tsbt ketika TV di kantor berada di saluran yang sedang menayangkan gosip selebritas terkini. Atau, mau tidak mau mata mata tertuju pada berita tsbt saat buka-buka website.

Tapi kasus rencana perceraian pasangan pemusik yang penuh dengan layangan tuduhan miring antar kubu, membuat saya bertanya, ”Kemana cinta itu berlalu?”

Kemana perasaan yang dulu bersemayam di hati, dan terwakili melalui syair lagunya yang romantis dan ’menyentuh’. Rasanya kisah cintanya dari awal bertemu hingga bisa menikah, menjadi kisah bisa dikategorikan sebagai perjuangan cinta karena telah melewati berbagai rintangan.

Saya tidak bisa membayangkan mengakhiri hubungan, dan mantan saya menyebarkan kejelekan saya kepada orang-orang. Rasanya ada kode etik tak tertulis, bahwa ketika relationship harus berakhir, kenang yang baik-baik saja. Ingat saat kamu menikmati masa berduaan bersamanya dan selalu tersenyum. Dan ketika orang bertanya kenapa kamu mengakhiri hubungan, kamu hanya berujar, ”Kami ternyata punya banyak perbedaan prinsip yang tak bisa disatukan.”

Perbedaan prinsip toh macam-macam. Mulai dari : beda agama, keuangan, cara pandang terhadap hal-hal prinsip, cara memaknai hubungan itu sendiri, atau masih banyak hal lain yang kadang buat orang lain terasa remeh. Tak perlu juga kamu detilkan prinsip itu seputar ‘dia pria yang ringan tangan’ atau ’dia sangat ringan mulut’ (kecuali memang ’prinsip’ itu berujung pada visum rumah sakit atau pengaduan kekerasan ke kepolisian).

Tapi semua itu tak perlu diumbar. Bukan hal yang perlu diutarakan. Meski silahkan meraba dari aura wajah, puisi atau tanda-tanda fisik yang meski ditutupi seolah tak bisa menipu orang lain, bahwa kita sedang berada dalaam fase kesedihan. Biar itu jadi rahasia pribadi!

Hanya saja, sebagai catatan : Masalah ’beda prinsip’ bisa saja kamu beberkan secara detil, pada orang yang dapat memahami hatimu di saat ’pasang’ dan ’surut’.


(Gambar dikutip dari : www.jasonchanpicture.com)