Saturday, December 31, 2005

Bahagia Adalah Pilihan Hidup

Perasaan baru beberapa minggu lalu saya mengalami episode haru biru dalam kehidupan cinta. Kini, beberapa minggu ini saya memperoleh SMS berisikan kalimat “selamat pagi” di kala mentari terbit, dan “selamat malam, may have sweetest dream” di saat saya beranjak tidur.

Sukakah saya?

Tidak.

Tiba-tiba ada yang menyebut saya : dear, habibi, the sweetest one….

Sukakah saya?

Tidak.

Oke. Silahkan katakan saya tidak puas. Silahkan bertanya, “Maunya yang kayak apa sih?”

Tetapi saya tidak suka ditelepon ketika saya sakit. Karena saya sudah mengatakan saya barusan minum obat dan ingin beristirahat.

Saya merasa terganggu karena saya sudah mengatakan saya sibuk.

Saya tidak butuh lagi kata-kata membuai. Rayuan gombal. Saya lebih butuh sharing, saling berdiskusi dan berpendapat. Menceritakan keinginan pribadi, atau kehidupan sehari-hari yang kita alami dalam mengisi 24 jam kehidupan yang diberikan oleh-Nya. (Dimana setiap malam kuucapkan terima kasih kepada-Nya dan berharap Ia masih memberikan lagi 24 jam kehidupan kepada kita di hari esok).

Bahagia adalah pilihan hidup. Pilihan kita sendiri. Kita ciptakan sendiri. Dan… saya tidak merasa harus menunggu ada seseorang untuk membangkitkan rasa bahagia itu.

Thursday, December 08, 2005

A-HA

Sometimes world is the fast line!

A-HA merupakan grup band favorit saya. Disamping ‘menjejali’ kuping dengan lagu-lagu dari Duran-Duran, Alphaville, dan Spandau Ballet semasa tahun 80-an.

Grup musik asal Norwegia ini dibentuk tahun 1982. Anggotanya hanya tiga orang saja, Morten Harket (lead vocals), Pål 'Paul' Waaktaar-Savoy (gitar) dan Magne 'Mags' Furuholmen (keyboard, piano).

Tiga tahun kemudian, keluar album pertama mereka : “Hunting High and Low” (1985), dan berturut-turut selanjutnya "Scoundrel Days" (1986), "Stay On This Roads" (1988), “East Of The Sun, West Of The Moon" (1990), "Memorial Beach" (1993), “Minor Earth Major Sky" (2000), "Lifelines" (2002) dan "Analogue" (2005).

Sudah 20 tahun berlalu. Tentu saja si mata tajam Morten Harket yang kelahiran tahun 1959 sudah bukan lagi pria muda berambut jambul. Atau Pal yang imut-imut kini bergurat kerut di wajahnya. Mags? Duh, dulu tidak gua ‘lirik’.

Oke. Kembali ke maksud semula aku ingin menceritakan A-HA. “Hunting High and Low” (HH&L) adalah album pertama yang langsung meledak dan membuat mereka mendunia. Sometimes world is the fast line!

Salah satu lagunya, 'Take on Me' direkam dan diedarkan di bulan September 1985 memakan video klip setengah animasi berbiaya $(US)100.000 (dan memenangkan penghargaan). Dan, lagu ini menjadi nomor 1 di 9 negara, termasuk Amerika Serikat. Ada peraturan tidak tertulis industri musik bahwa grup asal Eropa ‘belum menaklukkan dunia’ bila belum menembus pasar Paman Sam.

Albumnya sendiri terjual hampir 8 juta copy. Masih ada tiga lagu lain dari album yang sama yang sukses di tangga 20 lagu teratas di seluruh dunia, yaitu 'The Sun Always Shines on T.V', 'Hunting High and Low' dan 'Train of Thought’.

Album HH&L adalah salah satu album yang menurut saya termasuk ‘tidak tergerus zaman.’ Everlasting dan tetap enak didengar. Hampir semua lagu di dalam album itu. Suara Morten dalam artikulasi British yang jelas, suara tinggi dan khas, disamping beat yang memang A-HA banget, sampai sekarang bikin saya melayang-layang.

Ada satu lagu yang sampai sekarang saya sukai dengan lirik yang touchy :

"And You Tell Me"

Please don't hurt me
I have told you
All my love is all I've got
And tomorrow is the day
When I for your sake
I'm coming back

And you tell me
That I don't love you

I'm trying hard to make you jealous
Trying harder to make you stay
Days are longer
Night are crazy
It's so strange when you're away

And you tell me
That I don't love you

Because I love you
I’ll show you
All the faces my love can have
So please
Let me come to you
And stay this time

And you tell me
That I don't love you
Oh you know
That it's just not true


Sampai saat ini saya masih menyimpan kasetnya. Masih mendengarkan lagunya seperti saat ini (ketika saya menulis artikel ini). Akan tetapi, kualitas suaranya memang sudah tidak jernih. Mungkin kaset saya ini sudah termakan zaman dan terlalu sering diputar, di fast forward & rewind :-)

Saya memang ada niat untuk mengumpulkan CD penyanyi/grup band yang menurut saya layak simpan sebagai collectible items. Mengenai daftar CD yang ingin saya kumpulkan mungkin bisa saya tulis lain waktu di blog ini.

Nah, ada yang bisa bantu saya untuk mencari CD “Hunting High and Low” ?

Tuesday, December 06, 2005

Bagaimana Menemukan Kebahagiaan?

(Tulisan ini kiriman teman. Saya tidak tahu dia mengutipnya dari mana. Tapi yang jelas, menurutku menarik sebagai perenungan.)

Konon pada suatu waktu, Tuhan memanggil tiga malaikatnya. Sambil memperlihatkan sesuatu, Tuhan berkata, "Ini namanya Kebahagiaan. Ini sangat bernilai sekali. Ini dicari dan diperlukan oleh manusia. Simpanlah di suatu tempat supaya manusia sendiri yang menemukannya. Jangan ditempat yang terlalu mudah sebab nanti kebahagiaan ini disia-siakan. Tetapi jangan pula di tempat yang terlalu susah sehingga tidak bisa ditemukan oleh manusia. Dan yang penting, letakkan kebahagiaan itu di tempat yang bersih".

Setelah mendapat perintah tersebut, turunlah ketiga malaikat itu langsung ke bumi untuk meletakkan kebahagiaan tersebut. Tetapi dimana meletakkannya? Malaikat pertama mengusulkan, "Letakan dipuncak gunung yang tinggi". Tetapi para malaikat yang lain kurang
setuju. Lalu malaikat kedua berkata, "Latakkan di dasar samudera". Usul itupun kurang disepakati.

Akhirnya malaikat ketiga membisikkan usulnya. Ketiga malaikat langsung sepakat. Malam itu juga ketika semua orang sedang tidur, ketiga malaikat itu meletakkan kebahagiaan di tempat yang dibisikkan tadi.

Sejak hari itu kebahagiaan untuk manusia tersimpan rapi di tempat itu. Rupanya tempat itu cukup susah ditemukan. Dari hari ke hari,tahun ke tahun, kita terus mencari kebahagiaan. Kita semua ingin menemukan kebahagiaan.

Kita ingin merasa bahagia. Tapi dimana mencarinya?

Ada yang mencari kebahagiaan sambil berwisata ke gunung, ada yang mencari di pantai, Ada yang mencari ditempat yang sunyi, ada yang mencari ditempat yang ramai. Kita mencari rasa bahagia di sana-sini: di pertokoan, di restoran, ditempat ibadah, di kolam renang, di
lapangan olah raga, di bioskop, di layar televisi, di kantor, dan lainnya. Ada pula yang mencari kebahagiaan dengan kerja keras, sebaliknya ada pula yang bermalas-malasan. Ada yang ingin merasa bahagia dengan mencari pacar, ada yang mencari gelar, ada yang
menciptakan lagu, ada yang mengarang buku, dll.

Pokoknya semua orang ingin menemukan kebahagiaan. Pernikahan misalnya, selalu dihubungkan dengan kebahagiaan. Orang seakan-akan beranggapan bahwa jika belum menikah berarti belum bahagia. Padahal semua orang juga tahu bahwa menikah tidaklah identik dengan bahagia.

Juga kekayaan sering dihubungkan dengan kebahagiaan. Alangkah bahagianya kalu aku punya ini atau itu, pikir kita. Tetapi kemudian ketika kita sudah memilikinya, kita tahu bahwa benda tersebut tidak memberi kebahagiaan.

Kita ingin menemukan kebahagiaan. Kebahagiaan itu diletakkan oleh tiga malaikat secara rapi. Dimana mereka meletakkannya? Bukan dipuncak gunung seperti diusulkan oleh malaikat pertama. Bukan didasar samudera seperti usulan malaikat kedua. Melainkan di tempat
yang dibisikkan oleh malaikat ketiga.

Dimanakah tempatnya???

dimanakah para malaikat menyimpan kebahagiaan itu?
DI HATI YANG BERSIH...

Sunday, December 04, 2005

Perenungan

Pernah mendengar kalimat kurang lebih seperti ini, “Yang terbaik menurut kita, belum tentu yang terbaik menurut Tuhan” ?

Saya termasuk yang pernah. Dan, sejujurnya, sampai saat ini masih susah untuk menerimanya. Walaupun dalam pengalaman hidup (ku) sepertinya memang mengabsolutkan pernyataan tersebut.

Merasa bahwa Dia “bercanda” dengan kehidupanku. Dan itu sering. Sepertinya apa yang kumau, tidak diridhoi. Langkah-langkah yang kurasa telah kupikirkan matang, ternyata tidak tuntas. Lebih sering gagal tidak sesuai kemauan.

Seperti hal terakhir ini. Temanku mengatakan saya kurang meng-Amini.
Ah, temanku itu memang sering menggunakan kalimat tersirat.

Apa salahnya kalau saya keukeuh? Memang saya suka ngotot. Kalau ingin sesuatu, dikejar! Tidak peduli saran dan pendapat orang bahwa tidak cocok, saya tetap konstan dengan ide, “Gua mau! Gua kudu dapat!” Bahkan meski logika pernah mengirimkan pikiran bahwa ‘itu tidak pantas’.

“Saya mau yang itu!”
Seperti anak kecil ingin pedang-pedangan yang ada di rak teratas toko mainan. Meski penjaga toko mengatakan mainan itu tidak pantas untuk anak manis seperti saya. Meski menurut Mama boneka beruang lebih menarik. Meski terlarang tapi saya akan panjat. Ada kepuasan tersendiri jika mendapat apa keinginan kita. Bukan begitu teman?

Temanku berkata kurang meng-Amini dalam arti aku tidak bersyukur dengan yang ada. Yang sudah ada, masih kurang. Kalau ada kesulitan, aku segera marah. Ohh, …apakah itu berarti aku kurang menerima?

Temanku berkata, Tuhan baik kepadaku. Berarti Ia bukan yang terbaik buatku. Berarti Ia tidak ingin aku terluka karena dia memang hadir hanya untuk menyakitiku.

Saya mulai menangis. Saya bukan anak yang cengeng. Tapi emosional. Kesedihan membuat airmataku mengalir, kematian membuat mataku berkaca-kaca, luapan kemarahan juga membuat bendungan di pelupuk mata jebol. Bila marah, saya lebih baik membalikkan badan dan pergi, ketimbang orang melihat lelehan bening mulai mengalir dari sudut indera penglihatanku ini.

"Saya mau."

"Kenapa?"

"Ya....karena saya suka."

Temanku kembali mengeluarkan sejumlah kata-kata tersirat.

Teman saya mengatakan bahwa diriku harus bisa. Saya berkata, “Ya! Saya mencoba untuk meresapi bahwa yang baik menurut.....”

“Menurut kita, belum tentu yang terbaik menurut Tuhan,” tukas temanku menyambung omonganku. Sambil menatapku tajam. Saya suka jengah dengan tatapannya. Sepertinya ia mampu menelanjangi diriku dengan bola matanya. Memang iya. Itu sebenarnya. Ia mampu menjabarkan keresahan hatiku meski aku susah menguraikannya karena benteng ego menahanku untuk mengakui. Tapi saya seperti addict untuk curhat dengannya.

“Sebelum torehan perasaan terlalu dalam, sebelum melangkah terlalu jauh, sebelum bibit disemai, lebih baik kita hentikan. Rela. Ini pembelajaran dalam hidup. “

Lintasan obrolan itu sudah terjadi dua minggu lalu. Dan, hari ini otak saya penuh dengan lintasan kata-kata yang terlontar saat itu. Berupaya mengingat dan mencerna kembali.

Bendungan ini kembali jebol. Lelehan bening mulai mengalir dari sudut mata. Segera saya beranjak mengambil sejadah, mukena dan berwudhu. Ah....ketika saya gundah, saya teringat denganNYA.

I have learnt my lesson well
But my soul still dwelling in nowhere
Don’t look back and never regret
There will be the day
Someday....

Dermaga

Aku si perahu kecil
Merindukan dermaga
Diriku sarat muatan bernama harapan, ambisi dan mimpi
Perahu saya sudah berkarat luka dan pengalaman

Aku si perahu kecil
Butuh dermaga
Tempat bersandar, beristirahat, sembunyi dari gelombang
Hangat pasirmu merengkuh,
Menggoda diriku untuk tinggal

Namun, maaf jika suatu hari
Si perahu kecil mengangkat sauh
Mengejar bintang utara

Dermaga, terima kasih untuk rengkuhan hangatmu,
Elusan riak ombak, malam-malam merajut mimpi
Ingat selalu bahwa perahu kecil ini pernah melabuh jangkar di dirimu

Ternyata si perahu kecil hanya butuh sandaran
Mentari dan angin lautan tetap menarik dirinya
Engkau bukan pelabuhan terakhir
Si perahu kecil masih (harus) mencari azzura land


[Si perahu kecil kembali berlayar dengan karat luka, pengalaman, dan tangis]