Monday, March 10, 2008

Jangan Terlalu Tenggelam dalam Data

Menulis membutuhkan data. Namun ada problem lain muncul saat kita menyimpan data tertentu terlalu lama. Apakah itu?

Salah satu unsur dalam tulisan adalah data. Meskipun kita menulis fiksi, tetap saja ada hal-hal yang tidak bisa ngibul dan musti fakta. Misalkan saja jika membuat cerita berlatar belakang sejarah.

Akan tetapi, kesibukan mencari data penunjang, bisa saja membuat kita justru lupa untuk mulai menulis ide kita.

Belum lama ini saya membaca buku "Berani Berekspresi" karya Susan Shaughnessy, yang diterbitkan oleh Penerbit MLC (2004). Buku berisi berbagai renungan penulis yang selesai dalam satu halaman, sehingga setiap halaman berisi kutipan berbeda, yang diperkirakan dapat memotivasi niat menulis dari pembacanya.

Satu hal yang mengena ada pada halaman 107. Kata-katanya saya kutip lebih kurang seperti ini : … Riset adalah sebuah godaan. Hanya sedikit yang bisa ditulis tanpa riset; akan tetapi, riset bisa menghambat tulisan. Ia bisa menyerap habis waktu menulis hari ini. .. Kita harus menerapkan batas, dan mulai menulis dengan data yang ada.

"Aku akan mengakui bahwa waktu untuk menulis sudah tiba. Aku akan menerima keterbatasan risetku, dan menulis apa yang kubisa dengan bahan-bahan yang sudah kumiliki."

Pada intinya, Ibu Susan menyentil saya bahwa, "Jangan tenggelam dalam pengumpulan data".

Kadang kita merasa data yang kita kumpulkan belum cukup, dan menjadi merasa bersalah karena "tidak cukup tahu". Kadang kita sudah memiliki ide dalam membuat tulisan. Namun, sering pula kita beralasan artikel yang rencananya kita buat masih memerlukan informasi lagi. Masih perlu browsing internet, bongkar-bongkar buku yang di simpan entah dimana (alias lupa taruh) atau alasan lainnya.

Namun 1 hari hanya terdiri dari 24 jam yang terbagi lagi ke dalam waktu untuk bekerja, urusan keluarga, sosialisasi, makan, dan tidur. Jam yang kita luangkan untuk menulis dalam sehari, terbatas.

Gara-gara kita merasa data yang sudah dikumpulkan belum memadai, kita biarkan data tersebut menjadi kumpulan coretan di dalam notes. Tidak diolah. Dan, notes kemudian menjadi tumpukan pemenuh laci meja. Pada akhirnya, kita lupa. Kalaupun ingat, kita sudah malas untuk menulis ide yang dahulu terbersit di dalam kepala.

Kerangka
Dalam berbagai buku-buku komunikasi tentang panduan menulis, kita sering diingatkan untuk membuat kerangka tulisan (outline), yaitu garis-garis besar untuk membuat struktur tulisan. Kerangka tulisan memberi gambaran tulisan kita agar fokus, singkat, jelas dan padat. Berdasarkan outline yang kita buat tersebut, akan menuntun kita membuat satu bentuk tulisan.

Baik, silahkan buat outline terlebih dahulu berdasarkan data yang ada. Setelah itu? Ibarat puzzle, cari data yang kurang untuk melengkapi tulisan. Jangan lupa tentukan deadline. Yaitu, tenggat waktu tulisan tersebut harus selesai. Dengan demikian, kita telah mampu merencanakan, melaksanakan dan menyelesaikan suatu proyek tulisan.

Jika dalam pencarian data yang kurang, kita menemukan hal-hal lain yang sepertinya belum sesuai fokus outline kita, silahkan simpan juga. Siapa tahu data tersebut dapat dikembangkan di kemudian hari. Dalam bentuk tulisan dengan angle berbeda, atau dengan informasi lebih baru.

(Tulisan ini pernah diposting di www.netsains.com dengan judul "Kiat Menulis: Jangan Terlalu Tenggelam dalam Data" by Dewi Retno in Category : Communication on 2007-08-30 atau klik judul diatas).

Tulisan Dimulai dari Ide


Pernahkah kamu ‘mati ide’ dalam membuat tulisan? Saya sih pernah, bahkan sering. Makanya pekerjaan kantor berulangkali saya selesaikan menjelang tenggat (deadline). Atau ketika blog saya lama terbengkalai, tidak ada postingan baru gara-gara tidak punya ide.

Padahal, sebenarnya ’ide’ bisa diperoleh dari mana saja dan kapan saja. Ketika tengah menikmati siraman air di saat mandi, membaca buku, menonton televisi, mendengar berita di TV atau radio, bahkan saat terjebak dalam kemacetan.

Masalahnya, bagaimana agar ide tersebut tidak hilang begitu saja. Dan, akhirnya lupa akibat kesibukan pekerjaan, atau akhirnya topik itu tidak menarik lagi untuk diulas.

Oleh karenanya, supaya tidak lupa, segera catat ide yang terlintas di dalam benak kita, ke dalam block note. Selain notes atau block note, kita bisa simpan ide ke dalam menu pesan pendek/sms di handphone, communicator, dan folder khusus di dalam laptop.

Sebaiknya, memampatkan ide tsbt ke dalam sebuah judul. Mengapa ”Judul”? Karena judul itu menyederhanakan gagasan ke dalam bentuk yang singkat. Ide berupa judul paling tidak sudah menggambarkan pikiran kreatif kita.

Bisa pula saat itu kamu sudah menemukan judul dan beberapa data pendukung yang ingin kamu masukkan ke dalam tulisan.

Jangan lupa untuk mengolah ide menjadi satu tulisan utuh. Ketika kita bakal mengolah satu judul menjadi tulisan, jabarkan Judul itu ke dalam Outline (kerangka tulisan).

Outline atau kerangka tulisan membantu kita dalam menentukan bentuk/isi tulisan. Kerangka tulisan ini bisa berupa tulisan per paragraf/alinea.

Supaya ide tidak menguap karena ’basi’ atau kelamaan dan terlupakan, deadline menjadi cara terbaik untuk merealisasikan ide. Yah, kalau untuk advertorial atau pemuatan artikel yang memang tugas kantor saya sehari-hari, maka tulisan itu memiliki tenggat tayang yang sudah menjadi harga mati.

Nah, bagaimana kalau kita perlakukan pula tulisan di blog dengan tenggat publikasi atau deadline pula?!

Monday, March 03, 2008

Mencintai (Sebuah Awal)

“Ajarkan aku mencintaimu,” bisikku
Menemaniku tergagap berbisik,
”Jadilah bintang, cahaya terang, di telaga tenang”

Jariku masih gemetar
Bergetar menyibak helai rambutmu
Menelusuri lekuk bidang dan membaui aromamu

Buat aku percaya
Saat kita bertukar degup dan kecup

Diskusi Istri ke Suami (Kenaikan Harga)

Bang,
Minyak goreng, cabe merah, rawit, bawang….
Semua naik!

Bang, pusing nih!
Sudah lama coret daging merah
Ayam tiren atau bukan, wallahuallam
Sayur, oncom, tahu
Yang penting 3 kali sehari

Minyak tanah ngantri,
El pi ji....makan duit
Kayu bakar nemu dimana?

Tapi........
Bang, kita masih saling cinta kan?
Maaf kalau pipiku kini kasar
Harga pembersih muka juga naik
:(

Kangen..(Ketik..Tidak..)

:Untuk di seberang


”Adakah kangen di sela kesibukanmu?”
Tak ada jawab
”Kamu tak mau menyakiti?”
Hanya diam

Rindu ini di ujung jari
Ketik...tidak.. ketik..tidak..tid...ket...

Kamu tak tahu
Hati pun butuh testimonial

Tunggu dan tunggu
Jari mengklik status
”I’m busy” dan .... pergi

(ketika perasaan terwakili via YM)

Dari Pikiran Kosong

Bedebah!
Baru hari keempat,
Saya sudah merindunya

Pikiran jahanam mana
Yang dulu membuang dirinya??

Penantian


Kami bertemu kembali semalam,
Menganyam benang putus di tepi danau,
Melebur dalam masa lalu.

Hari ini aku duduk termangu,
Menanti sembari memintal benang tak terajut
Hanya menanti dan termangu
Hujan deras pun meluapkan telaga.


Bogor, 10 Feb’08
(photo by Eno, Bali 7 Feb'08)