Saturday, May 03, 2014

See-Do-Get: Menjadi Manusia Produktif Luar Biasa


Hosh... hosh...
hosh...

Hihihi...itu suara nafas saya saat menaiki tangga darurat apartemen. Bukan! Bukan karena lift apartemen under maintenance (yang memang kadang terjadi) sehingga menapaki tangga hingga mencapai ke lantai unit kita berdomisili, terasa lebih cepat ketimbang menanti giliran menjadi pemakai lift.

Tapi awal pekan ini saya menjalani dua training dari Dunamis yang berjudul The 5 Choices to Extraordinary Productivity. Kalau aku coba berbagi kepada pembaca blogger tentang kesimpulan menarik yang saya dapatkan selama training adalah sebagai berikut: intinya kita musti mengetahui mana yang (paling) penting sehingga kita bisa menentukan prioritas. Mengutip Leigh Stevens, “Extraordinary productivity is not just about time management. It’s about managing your decisions, attention, and energy.”

Hoo okelah, selama ini saya mencoba membagi waktu untuk menjadi profesional dan personal. Punya agenda pribadi dan menyusun to-do-list. Tapi yang baru sadari dari hasil training itu, yang saya lakukan selama ini baru sekadar produktif setiap hari. ‘Hanya mengisi’ hidup 24 jam dan di malam hari saya sisipkan perbincangan bersama Tuhan saya mengatakan, “Thanks God untuk hari ini. Semoga saya bisa tidur dan besok masih kau beri aku kesempatan mengisi hari.” Filosofis? Yap! Tapi salah arah. hehe..karena yaaa itu tadi, belum mikir tentang goals atau tujuan jangka panjang.

Padahal kita harus sadar diri ini punya peran sebagai: Personal, Profesional, dan Social. Saya tiba-tiba jadi ‘ketampar’ teringat lagi berbagai hal yang terjadi dalam diri ini. Di sisi profesional saya cuma produktif secara daily task, di Personal pun saya jumpalitan antara menjadi anak yang baik apalagi menjadi yayang yang baik, sementara di sisi Sosial saya sering abai kepada teman-teman yang mengajak saya ketemuan di weekend dengan mengatakan “sibuk”. Damn! benar lho, saya saat itu bukan ‘sibuk’ dalam arti mengelak, tapi sibuk dalam arti sebenarnya.

Nah, saya kudu menentukan dulu peran yang ingin saya wujudkan sebagai seorang personal. Termasuk berjanji meminimalkan Sabtu menjadi Hari Apa Saja... termasuk menjadi Hari Menyelesaikan Kerja! Aih, saya jadi ingat suatu kejadian bersama seseorang sebut aja si Zorro. Malam minggu yang sebenarnya saat hangout santai, malahan Zorro duduk manis di apartemenku menonton MotoGP yang disiarkan di salah satu stasiun TV swasta, sambil makan McD hasil pesan antar. Sementara saya ngapain??? Saya duduk di meja makan yang beralih fungsi menjadi tempat saya mengetik paper ditemani setumpuk buku-buku kuliah. Hingga dia pulang setelah pertandingan kelar, saya masih duduk manis mengetik!

Sebuah konsekuensi menjadi pekerja yang kembali kuliah adalah  waktu memang bakal tersedot untuk menyelesaikan tugas kantor ditambah paper tugas dari dosen baik yang sifatnya individual maupun kelompok. Tapi kalau dipikir sekarang ini, jangan-jangan ada pola salah dalam diriku yang menjadikan Sabtu sebagai hari menyelesaikan pekerjaan tak terselesaikan selama weekday?

Karena memang pola ini berlanjut hingga kini. Jadi harusnya saya menjadikan hari Sabtu sebagai hari Personal atau Social, malah menjadi: let it flow babe, Saturday is the work day also!

Jadi, meskipun saat ini menjadi masa-masa mengejar karir, role Social dan Personal harus kita masukkan dalam prioritas hidup. Misalkan menjadi : Best Friend-nya lovely one; the good daughter; menerbitkan buku puisi, Ve Dhanito wanna be, hingga ingin jadi Runaway Darling..  

Dari memilih mana Peran yang ingin kita capai, baru kemudian kita turunkan menjadi apa saja kegiatan  yang ingin kita lakukan. Misalkan konsekuensi ingin menjadi menerbitkan buku puisi diikuti  kembali rajin ikut Sastra Reboan (nah!), kembali membuat coretan-coretan sajak, serta membangun diskusi silaturahmi bersama komunitas penyair.

Nah, terus apa urusannya cerita tentang naik tangga darurat apartemen dengan tips menjadi manusia luar biasa?

Begini, sejak sebulan lalu saya kembali berolahraga. Betul! Saya sudah lama tidak beraktivitas olah fisik secara rutin dengan alasan sibuk, tidak ada waktu, atau beralasan ada prioritas lain yang lebih penting. Tapi saya ingin badan bugar, dan menempatkan rajin berolahraga sebagai salah satu resolusi tahun 2014.  

Meskipun ngaret beberapa bulan memulai resolusi tahun baru tersebut, tapi saya bisa katakan sejak Maret lalu saya menyisipkan aktivitas olahraga dalam rutinitas mingguan. Meskipun 20 menit, tapi saya harus mengapresiasi diri ini...dan hasilnya sempat terasa juga ketika saya sempat jatuh sakit karena flu. Biasanya saya orang yang gampang ‘ketepaan’ orang sekitar saya yang lagi flu, atau cape sedikit kontak badan langsung nge-drop. Tapi rasanya butuh terpaan hampir sebulan dari kondisi rekan bersin dan hidung meler, deadline kerja, tugas luar kota hingga nongkrong di udara terbuka malam hari demi dapat hasil foto ciamik, yang akhirnya membuat badan ini ‘mengibarkan bendera putih’ alias jatuh sakit.

Lalu saya menyimpulkan bahwa olahraga memang bermanfaat buat diri saya. Dan hasil dari training ini saya menambahkan satu lagi yang harus saya tambahkan dalam menjaga kebugaran, yaitu memilih naik turun tangga ketimbang lift.

Ketika berangkat kerja sehari setelah training tersebut, di lampu merah saya berpapasan dengan mobil operasional Bintan Triathlon, rasanya semesta mendukung ucap membatin saya suatu ketika “Pingin ikut triathlon....tapi  mampu ga ya?? ”perlu dikejar! haha... Personal dream J