Tuesday, September 19, 2006

Oh Idea, Where aRe YoU?

Oh Idea, Where aRe YoU

Idea = inspirasi = ide =…


Seorang teman pernah mengatakan dia tidak bisa membayangkan bekerja berdasarkan inspirasi seperti profesi saya yang tukang nulis.


Dan saya pun tidak bisa membayangkan diri saya seperti dia yang (dalam bayangan saya) menekuni komputer, kode angka, program dsb.


Mendengar kata ‘fisika’ seperti jurusan dia kuliah dulu saja, sudah membuat diri saya terlempar pada ingatan pelajaran fisika SMA saya yang banyakan nilai merah.


Meski di SMA dulu saya memilih bidang ilmu pasti, tetapi saya bego fisika. Sumpah! Saya cuma senang disuruh ngitung2 kayak pelajaran Aritmatika dan Aljabar tanpa mengerti gunanya hitungan ini untuk apa….. Belajar kimia pun tertatih-tatih. Dan waktu milih A2 (ilmu biologi) karena pemikiran saya paling tidak dengan masuk jurusan eksakta saya masih bisa tes di itb untuk masuk jurusan seni rupa. [Dan saya pun akhirnya tidak pernah ikut tes disana :p]


Tetapi memang belakangan ini saya merasa otak telah dalam kondisi ‘terperas-peras’ untuk menghasilkan advertorial.


Dari mana ide saya muncul? Dari mana saja termasuk ketika saya bengong. Betul! Dengerin lagu, sambil mengkhayal tiba-tiba cling…timbul inspirasi tulisan. Sedang mandi, tiba-tiba saya punya arah penulisan artikel pendukung minuman isotonik.


Atau dengan menghisap sebatang rokok ketika otak lagi buntu. Tapi, ini tidak sehat bukan? Jangan membiarkan si tembakau membakar paru-paru demi tulisan.


Ide bisa muncul melalui baca buku, majalah, nonton film, atau diskusi sama teman. Membaca buku dan majalah selain tambah ilmu juga bisa menjadi sarana menjelajahi kosa kata.


Jika di kantor saya belum menemukan inspirasi padahal hampir deadline, maka saya akan memandangi poster Zidane yang saya tempel di dinding kubikel. Browsing di Internet dan ngintip blog temen. Atau mulai bongkar-bongkar dan membaca majalah (pantas saja meja kantor saya tidak pernah rapi). Kalau meja atau tempat kerja saya berantakan, itu tandanya saya mulai bekerja


Fotografer saya membuat saya tahu kalau sedang berpikir tanpa sadar saya akan mengerutkan dahi dan tatapan mata saya bengong-bengong kosong. Ketahuan otak saya melayang tidak menyimak omongan orang :>>


Bahkan, saat menjelang tidur, inspirasi juga bisa muncul. Cara terbaik adalah begitu ada ide di otak, segera tuliskan. Paling efektif adalah menuliskannya di kertas. Makanya sampai saat ini saya suka menyimpan sebuah agenda di tas. Berhubung saya masih naik turun kendaraan umum, notebook (baca : buku notes) adalah cara efektif dan tidak mencolok seperti PDA atau communicator. Dua benda terakhir ini pernah saya tenteng, dan sst bener gua tetep masih lebih doyan cara konvensional nan tradisional:D


Tetapi bukan berarti gua anti teknologi kok. Karena cara lain menyimpan ide yang melintas di otak, adalah memasukkannya ke dalam draft SMS ponsel.


Dan terakhir, ‘practice make it better’. Banyak menulis atau jika ide belum muncul, tuliskan apa saja yang ada di otak atau bahan penulisan yang kamu punya. And let it flow…..:)

Monday, September 18, 2006

18 September 2006

Bogor, 18 September 2006

Berharap seseorang malam ini menyadari bahwa dirinya membuat saya merasa nyaman.

Membuat saya bisa kembali merasakan arti rindu dan penantian.

Membuat saya ingin berlindung dan menghembuskan cinta di dirinya.




Thursday, September 07, 2006

I Don’t Want to Miss A Thing

I Don’t Want to Miss A Thing

Saya suka banget denger suara Steven Tyler di lagu “I Don’t Want to Miss A Thing”. Lepas dari memang penggemar Aerosmith, Suara Tyler sangat, ughh, cadas! Tapi menyanyikan lagu berlirik menyentuh. Gahar namun menyuarakan cinta. Jadi terasa sangat jujur;)

Rasanya saya memang terbawa dalam khayalan berharap ada seorang lelaki yang akan membisikkan kata-kata ini jika bersama saya : “I could stay awake just to hear you breathing/ watch you smile while you’re sleeping/ while you’re far away in your dreaming/I could spend my life in this sweet surrender/…..”

Melontarkan mimpi romantisme bahwa memang ada seorang pria yang memandangi wajahku sembari membayangkan diriku adalah bidadari. Meski saat itu saya tanpa polesan make up yang mendongkrak rasa percaya diri dan perasaan cantik saya. Menelusuri wajah saya yang (sayangnya) tidak mewarisi muka oval dan hidung mancung ibu saya, ditambah lagi tulang pipi saya yang tinggi sangat khas Batak..mm..

Lying close to you, feeling your heart beating/ And I’m wondering what your dreaming/Wondering if it’s me you’re seeing/ Then I kiss your eyes/ And thank God we are together, …..”

Indahnya kehidupan, bila dalam kenyataan ada seseorang bersyukur menemukan dan memiliki Saya;)

Aghh…. saat ini saya memang menikmati menjadi si platonis dan yakin dia tidak punya perasaan seperti saya.

Basa basi dan tegur sapa memang kerap dilakukan karena memang kami saling mengenal. Namun, jika dia punya perasaan sama seperti saya, maka dia pasti menunjukkannya. Memberikan perhatian lebih dan mengungkapkannya. Karena saya sudah terbiasa akan perhatian, dan butuh pernyataan. [Meski seorang teman berkata gaya seperti itu kelakuan anak SMP yang butuh ‘ditembak’ dulu. Biarin deh…toh memang dari dulu saya mengalami hal seperti itu.]


Dan saya dengarkan lagu itu sampai selesai : ... I Don’t Want to close my eyes/ I don’t want to fall asleep/ Cause I’d miss you babe/ And I don’t want to miss a thing!!!



Monday, September 04, 2006

Bukit Baros

Bukit Baros

Sejak bekerja, saya sudah tidak tertarik lagi yang namanya naik gunung, hiking atau camping. Sudah cukup semasa sekolah atau kuliah, untuk berlibur cari tantangan, cara gembel atau gaya pramuka. Liburan bukan bikin badan pegal. Makanya saya tidak bakal melirik liburan seperti ke kampong Badui, arung jeram atau rafting. Makasih deh….


Lebih baik saya walking menyusuri Orchard Road, Kuta, atau aneka pasar cenderamata karena radar belanja saya segera bekerja jika berada di tempat wisata.

Untuk keperluan dinas, rasanya sudah standar harus di hotel. Dari hotel bintang lima sekelas Nusa Dua atau paling tidak punya shower air panas, tv menyiarkan HBO, dan kolam renang. Minimal melati 3 seperti waktu saya ke Bontang, itu pun sudah ber-AC, dengan kamar luas dan cukup bersih.

Cuma satu yang ingin saya coba, naik gunung Bromo jika nanti honeymoon :-p

Makanya cukup kaget ketika saya harus merasakan lagi yang namanya tidur di tenda. Undangan suatu perusahaan elektronik memang sudah jelas mengatakan untuk ‘back to nature’ dengan susunan acara presentasi dan outbound. Tetapi ketika datang ke Bukit Baros, Sukabumi, yang acaranya berlangsung antara 2-3 September 2006, benar-benar mengagetkan ketika sadar bahwa memang kita disuruh tidur di tenda. Ada kapling tenda cewek, dan tenda cowok. Ada kamar mandi khusus wanita dan pria. Pokoknya mengingatkan saya dengan keadaan taman wiladatika Cibubur (aduh, bener ga gini tulisannya? Pokoknya tempat biasa kemping anak Pramuka itu lho..)

Jadi terbayang, kenapa tadi pagi saya tidak kesiangan bangun supaya ditinggal bis rombongan? Ditambah lagi, kunjungan bulanan saya masih berlangsung saat itu. Duh lengkap sudah penderitaan…..

Tetapi ternyata ke-bete-an itu terhapus dengan rekan-rekan yang asyik dan baik-baik. Saya dapat kenalan-kenalan cewek baru. Mbak Dita (thx u for being the Mam for all the girls in the camp..hehe), Yohana (aduh jeng, kamu super duper rame ya..), mbak Suli, Nadia, dan banyakan sudah saya kenal sebelumnya seperti Evi, Dwi, Ovi, Yuni, mbak Tati, mbak Ida. Meski jumlah peserta cewek kalah banyak dari pria, tetapi justru paling heboh….

Malam hari kondisi Sukabumi berubah menjadi dingin. Penerangan cuma bersumber dari lampu senter ditambah penerangan minyak tanah.

Aku sendiri kebagian tidur di tenda ujung bersama Metha dan Evi. Dan malamnya ketambahan satu orang lagi, Mbak Noor, dari perusahaan terkait. Cukup menimbulkan kehangatan di tenda kami yang lumayan lapang. Tidur menjadi ajang ‘kemulan’ di dalam sleeping bag masing-masing.

Paginya, saya disambut guyuran air yang segar dan dingin. Asli rugi kalau tidak mandi :D

Senam pagi, minum susu segar…dan dilanjutkan acara ‘penggojlokan’. Nah ini dia! Acara kelompok dengan mengikuti games-games membangun teamwork. Termasuk juga main paint ball, nyusur sungai, turuni lereng tebing, dan nyebrang sungai. Tetapi meski lusuh, kami semua tetap style jika difoto. Thanks untuk Pak Nanang fotografer Republika yang rajin foto-fotoin kita:-p

Minggu sore kami pulang ke Jakarta. Dari dalam bis saya menikmati pemandangan sawah nan hijau, atau singkapan-singkapan batuan yang terbentuk secara alami. Selanjutnya : tentu lebih baik tidur. Selain capek, ini cara terbaik daripada bete lihat kemacetan yang terjadi sepanjang jalur lampu merah perempatan Ciawi.

Hari Senin saya terbangun dengan badan pegal-pegal. Baru tersadar kalau bagian tubuh saya lebam-lebam biru (termasuk di pergelangan tangan gara-gara jadi sasaran tembak paint ball), merah-merah bekas gigitan serangga (ternyata lotion anti nyamuk tidak mempan) dan goresan luka. Kondisi badan saya seperti korban kekerasan domestik. Yap, ‘korban kekerasan’ Bukit Baros. Tetapi seru……