Sunday, August 04, 2013

Konsekuensi Pekerja Kembali ke Bangku Kuliah

Lama tidak mengupdate blog. Kali ini alasannya karena banyak hal yang baru dalam kehidupan saya yang membuat saya melipir dari dunia per-bloggeran.

Sejak saya memutuskan kembali ke bangku perkuliahan, dengan mengambil studi pascasarjana (S2) memang hidup saya hanya terpusat pada dua hal: kantor vs kuliah. Apa rasanya kuliah sambil kerja?
Bukan hal mudah! Dari persoalan urusan finansial yang terkuras, waktu selama 24 jam yang terasa kurang, menyusutnya aktifitas hangout bersama teman-teman, hingga penyakit yang mampir akibat badan kelelahan dan stres.

Akhirnya saya menyimpulkan pembelajaran terbesar yang saya petik dari kuliah sambil bekerja yaitu: bagaimana saya harus berdamai dengan kenyataan bahwa menempuh studi sambil bekerja membuat saya menerima kenyataan tidak bisa mencapai peringkat terbaik.

Ini kawah candradimuka buat saya yang suka ambisius dan do everything perfectly. Saya harus belajar berdamai bahwa “terbaik tidak selalu 100% bagus” dan belajar sabar.

Ga bisa dipungkiri ketika mengeluarkan biaya cukup besar (saya membiayai sendiri kuliah S2 saya), ada perasaan tidak ingin sia-sia. Tolok ukur keberhasilan bangku formal adalah nilai Ujian Akhir Semester (UAS) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IP.K). Tapi pada akhirnya saya merasa prioritas utama adalah menciptakan win-win solution memiliki sikap profesional dalam menghadapi pekerjaan kantor sementara kuliah S2 bukan mengejar nilai, melainkan sebagai sarana pengayaan ilmu, membuka wawasan dan menciptakan sudut pandang berbeda.

Justru saat-saat kuliah menjadi oase saya dari kepenatan kantor. Karena pergi ke kampus untuk kuliah adalah kesempatan bertemu teman-teman dari berbagai latar belakang pekerjaan dan perusahaan. Jadi intinya S2 adalah membangun jejaring (networking) termasuk dengan para pengajar.

Dan ketika nama saya sudah tertera sebagai salah satu nama wisudawan untuk Semester Genap 2012/2013, saya bahagia telah merealisasikan salah satu impian saya: suatu hari kembali ke bangku kuliah dengan mengambil S2.

Sudah bisa menarik nafas lega bersyukur pada Allah SWT telah mengabulkan doa terbesarku yaitu: lulus tepat waktu selama empat semester.

Wednesday, April 17, 2013

Margareth Thatcher: In Memoriam dan Inspirasi bagi Wanita


Rubrik Internasional majalah Tempo edisi 15-21 April 2013, secara istimewa mengangkat tulisan yang terkait in memoriam Margareth Thatcher.  Diulas secara cover both sides, sehalaman untuk berita tentang sukacita masyarakat Inggris atas meninggalnya mantan perdana menteri wanita pertama sekaligus dengan periode jabatan terlama di Inggris (1979-1990).

Btw, bandingkan dengan masa jabatan Winston Churchill yang tidak menerus, tapi terjadi dalam dua periode berbeda (antara 1940-1945 dan 1951-1955).

Beberapa kebijakan Thatcher  tidak populis. Saya baru pahami sekarang, dan bisa dibaca pada artikel-artikel terkait.

Tapi 1,5 halaman artikel dari Bambang Harymurti tentang sisi humanis putri pemilik toko kelontong ini, plus satu halaman dalam rubrik Tempo Doeloe membuat saya merasa beliau adalah salah seorang tokoh wanita yang bisa menjadi inspirasi kita.

Ketika saya kecil, saya pernah membaca artikel biografi wanita yang terlahir dengan nama Margaret Hilda Roberts adalah sarjana TeknikKimia lulusan Universitas Oxford yang bergengsi. Tapi karirnya justru meroket sebagai politisi yang berada di bawah Partai Konservatif.  Poin yang diambil:  latar belakang pendidikan dan gelar sarjana bukan mutlak landasan meniti karir. Tapi seperti Maggie yang dikenal sebagai mahasiswi ulet dan rajin, dimanapun kamu berada lakukan dengan benar dan maksimal.  

Seperti dikutip dari Tempo pada halaman 18, “...Thatcher –menikah dengan Denis Thatcher- selalu mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi suatu acara. Karena itu, dia tak toleran kepada orang yang tak bersungguh-sungguh.”

Kemudian, dia memiliki “jimat” di dalam tas. Tapi bukan cincin batu akik seperti yang kulihat di jari pejabat Indonesia. Bukan pula mantra melainkan sebuah kutipan kata-kata pidato Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln berbunyi lebih kurang begini, “Anda tak dapat memperkuat si  lemah dengan melemahkan si kuat, Anda tak dapat menolong si miskin dengan menghancurkan si kaya, Anda tak dapat membantu orang dengan cara mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakannya sendiri.”

Sepertinya dalam menjalankan karir, Margareth memiliki sosok panutan atau sekarang ini sering kita dengar sebagai “mentor”. Mentor memang sosok langsung yang masih hidup, dan bisa menjadi tempat kita berkonsultasi atau bertanya layaknya  seorang guru. Tapi bisa juga menelisik ke profil dan biografi Steve Jobs, Leo Burnett,  atau Sir Richard Branson dll.

Tegas? Yap.  Margareth yang berjuluk “Iron Lady” adalah sosok pemimpin yang tegas. That’s why
meninggalnya pada Senin 8 April 2013 tidak diratapi tangis seheboh kepergian Lady Diana si wanita dengan senyum manis tersipu-sipu yang khas. Buktinya ada kemeriahan (dan bukan isak tangis) dalam suasana duka yang terjadi di Lapangan Trafalgar London, Manchester, Newscastle, Liverpool, Bristol, Brixton, atau Derry dan Belfast di Irlandia.

Yah, menjadi pemimpin pasti menciptakan kebijakan. Dan apapun keputusan atau kebijakan tidak bisa memuaskan semua pihak.  Pasti ada yang suka/tidak.  Ada yang jadi merasa diuntungkan/dirugikan.  Tapi dasarnya keputusan Margareth Thatcher demi perbaikan ekonomi Inggris Raya saat itu meskipun mengorbankan subsidi kegiatan kebudayaan demi menghemat anggaran, kebijakan hibah bagi siswa perguruan tinggi menjadi pinjaman yang harus dicicil setelah lulus, dan memangkas anggaran perguruan tinggi dan memindahkannya ke program renovasi sekolah di daerah miskin.  

Kebijakan Margareth Thatcher pernah menuai cacian. Makanya berita wafatnya wanita berzodiak Libra di usia 87 tahun ini disambut kemeriahan di kawasan Brixton, selatan London. Insiden di daerah kantung buruh pernah terjadi pada April 1981 dan September 1985, setelah Thatcher memberangus serikat pekerja, melakukan deregulasi sektor keuangan, dan melakukan privatisasi perusahaan negara. 

Dan akhirnya pro atau cons, like atau dislike, Margareth Thatcher dikebumikan pada Rabu 17 April 2013 dengan pemakaman khusus satu level di bawah upacara kenegaraan dan dilengkapi penghormatan militer penuh, serta dihadiri oleh Ratu Elizabeth II dan suami, Duke of Edinburgh. Mengutip tulisan Tempo, inilah pertama kalinya Ratu hadir di pemakaman warga biasa setelah mantan perdana menteri Winston Churchill pada 1965.

Ada lagi yang lain? Ah, saya sudah ngantuk.. Saya hanya bisa menutup artikel ini dengan mengucapkan: Selamat Jalan Baroness Margareth Thatcher. 


(Gambar dikutip dari: www.number10.gov.uk dan www.taylormarsh.com)

Sunday, March 17, 2013

LOVE Bracelet : Pengalaman Perdana Belanja di Toko Online

Saya langsung jatuh cinta pandangan pertama ketika memandang gambar gelang berbentuk huruf LOVE di toko online Blibli.com.

I believe in LOVE.

I’m surrounded with many people who LOVE and care with me.

I LOVE my (daily) life.

Right now I’m fallin in LOVE.

But I don’t need to wait someone I LOVE to buy me that bracelet (but I show to my universe: via pic profile & twitter, the bracelet I like it most) .

So, sebagai orang yang baru pertama kali berbelanja online (karena pengalaman berbelanja dengan melihat gambar di pic profile BBM atau FB jualan saudara/teman tidak termasuk) pertama-tama saya harus mendaftar sebagai member, kemudian masih diikuti beberapa langkah.

Ternyata pihak toko online memberikan estimasi tanggal barang sampai ke alamat pemesan. Dan, voila!, ternyata pesanan tersebut nyampai satu hari sebelum perkiraan tanggal kiriman.

Buka amplop coklat pembungkus .. Jreng..jreng... sebuah kotak berbentuk bujur sangkar dan berpita emas menohok mata saya. Cantik! Saya pribadi tidak menyangka kotak pembungkusnya akan berbentuk demikian, karena asumsi saya adalah sebuah kotak berlabel nama produsen. Jadi, kalau demikian adanya, next time lini "Bag & Accesories" toko online ini bisa menjadi tempat andalan saya dalam membeli kado dan langsung mengirimkannya ke penerima hadiah.

Kemudian, buka kotaknya dan menemukan gelang dibungkus plastik transparan. Ohoho... langsung dong saya copot label, jepret-jepret dan pakai.

Officialy I announce that: March is LOVE..LOVE.. LOVE... dan yeah ini soundtrack lagu bulan Maret ini (Jennifer Hudson – All Dressed in Love). Video lirik yang saya unggah di bawah ini:

Tuesday, March 12, 2013

PING!




Sebagai pengguna BlackBerry Messenger (BBM) pasti tahu fitur : PING!.

Ini hampir sama dengan BUZZ! di fitur Yahoo Messenger.

Jika ini dikirimkan, sebagai tanda Anda perlu membalas cepat pesan yang dikirim, bisa juga sebagai panggilan Woy!

Bagi saya pribadi, paling malas menerima hal ini dan malah membuat saya merasa diintimidasi dengan getarannya di BB.

Dan beberapa waktu lalu seorang atasan yang jebolan luar negeri dan lama bekerja di perusahaan IT di Amerika Serikat (latar belakang ini menjadi dasar keyakinan saya untuk mempercayai omongannya yang didasari latar belakang muasal teknologi tsbt diciptakan), dalam suatu pertemuan menjelaskan PING itu sebagai pertanda BBM/e-mail ingin cepat dibalas.

Secara pribadi menurut dia, hal ini terasa tidak sopan, seolah pengirim pesan mengataka, “Hey, where are you? Cepetan dong.”

He doesn't like being PING! *menambah jumlah hater ping ping-an nih...*

So, semakin jelas bahwa cara yang “lebih tradisional” lebih baik. Kirim saja pesan di BBM, ketika dia tidak membalas bisa jadi karena tidak berada di dekat gadget. Atau bisa jadi kondisi sinyal operator yang kacrut. Lebih baik menunggu atau kirim dalam berbagai media, misalkan selain meninggalkan pesan di BBM, kirimkan juga pesan pendek SMS, atau ... coba telpon saja langsung :-)

Sunday, February 17, 2013

Hey, Independent Ladies....

Scene pembuka film layar lebar “Sex and the City 2” hingga detik ini masih terasa hip dalam bayangan saya. Carrie Bradshaw dalam bentuk narasi berkilas balik saat menginjakkan kaki di New York, bertemu dengan tiga perempuan lain yang akhirnya menjadi sahabat sejati: Samantha Jones, Charlotte York dan Miranda Hobbes.

Suara Alicia Keys menyanyikan “New York - Empire State of Mind” menjadi balutan yang pas mengimbangi narasi Carrie tentang perjalanan hidup empat orang wanita menaklukkan kota besar. Mencari pekerjaan, menapaki karir, mengalami berbagai peristiwa termasuk kisah cinta.Hingga akhirnya Carrie, Samantha, Charlotte, dan Miranda tampil bersinar, tidak hanya glitters di balutan busana, tapi telah menjadi upper class dari big apple.

Yeah, memiliki pekerjaan, menghasilkan uang, dan memiliki independensi dalam berbagai hal bisa disamakan sebagai impian para career women di Jakarta. Namun ganti suasana Manhattan yang sangat kelas mewah dengan sebuah kawasan padat pemukiman di ibukota, pilihan transportasi umum adalah bis Patas, Transjakarta, mikrolet atau kereta api. Kami, para pekerja Jakarta, akan mengenakan masker wajah selama perjalanan kantor-rumah PP demi mengurangi sesak nafas yang timbul akibat udara Jakarta sudah bercampur debu knalpot dan bau tak sedap dari sampah atau imbas ketidak pedulian warga terhadap kebersihan kota.

Sepatu kami bukan Manolo Blahnik (meskipun saya yakin adapula wanita berkarir di segitiga bisnis yang mampu membeli dan mengenakannya) tapi sebuah flat shoes harga terjangkau yang nantinya kami ganti dengan sepatu lebih modis (biasanya sepatu lebih mahal ditaruh di kantor) jika tiba di kantor sekaligus selama bekerja. Karena sepatu tersebut biasanya mewakili desain lebih bagus, terbuat dari bahan cukup bermutu dan berhak tinggi. 

Film-film Hollywood mewakili mimpi kita tentang wanita mandiri, menikmati perjalanan Liz Gilbert di “Eat Pray Love” yang bisa pergi ke Roma, berpindah ke Calcutta, Bali demi mencari Tuhan berbalut “kedamaian diri”. Sementara bagaimana dia membiayai perjalanannya tentu akan berbeda dengan makna travelling bagi kami yang dimulai dari memantau website maskapai penerbangan low-cost carrier membuka pendaftaran promosi tiket murah.

Rrrr.... if I could be like Carrie Bradshaw someday, yang mengetik naskah tulisan dari sebuah meja yang berhadapan dengan jendela di apartemen yang sekaligus sanctuary pribadi. Apartemen yang dibeli dari penghasilan diri sendiri yang dilengkapi interior cantik. Ohya, tak lupa sebuah ruangan khusus untuk penyimpanan busana dan berbagai pernak perniknya. So, mau mencoba bayangkan who do you want to be as the independent lady? Kutip dari berbagai karakter di film sebagai inspirasi, tetap mengasah intelegensia dan mau membuka diri untuk berbagai perubahan. Ohya, last but not least, kita jangan lupa bersosialisasi karena kita tetap butuh sahabat untuk berbagi.

Saturday, January 26, 2013

Januari yang Sedih


(Sebuah Puisi Balasan)

~tentang RI, banjir Jakarta, dan impian urban~


Aku termangu di bawah langit Jakarta yang muram
Mencoba melukis awan dan mentari benderang
Walau sebenarnya kota ini semakin suram

Tapak kecipak kecipuk di air tergenang
Buyung bawa bola menendang badai 
Berbaur derai tawa Bunga terngiang-ngiang 
Hanya alunan semu memagut

Dari balik bingkai lensa mata, ada gadis menggenggam bintang
Memainkan pendar saat letih menoreh mimpi urban
Duduk manis di kereta besi bercerita tentang memelihara hidup bertaut 

Bibir kuncup mengatup berkisah tentang ada surat undangan pesta ulang tahun tak sampai dari gadis cilik penyuka lengkung pelangi

Gadis cilik yang tiada mungkin "suka sama suka" menambatkan maut

Di kota ini mimpi tentang membangun istana pasir melarut dalam gelombang tak surut

Namun mimpi ini Katulampa di Januari
ternyata Neptunus perlu mampir ke Jakarta, mengajak kita berdansa sambil berkisah
"terlalu banyak cerita ibukota untuk dicuci dalam lumpur"


*17 Januari 2013 – Jakarta-Bogor*