Tuesday, February 22, 2011

Kantuk

: deadline malam


Hanya suara jangkrik
Kelam malam
Bunyi ketak-ketik
Menari bersama kedip mata


Bau bantal menebar
Di lantai, di jendela, di meja
Hujan rintik menderas
Ketuk pintu lelap
Kepala tunduk kantuk merunduk

Friday, February 11, 2011

Weekend Tanpa Mall

Sebagai anak Bogor, jarang banget saya ke Kebun Raya Bogor (KRB). Hanya foto-foto lama menjadi bukti saya pernah ke sana dengan menggambarkan keceriaan piknik keluarga –sebuah kegiatan yang utama dilakukan pengunjung- dimana saya masih berusia pra-sekolah.  

Nah, akhirnya pada suatu akhir pekan di Februari, saya jalan-jalan ke KRB dengan temanku, Ajeng. Bukan agenda terencana, sifatnya dadakan, malah teman yang berinisiatif mengajak kami ke KRB justru tidak ikut bersama kami.

Meskipun hanya seputaran cepat, tapi saya menemukan kondisi asyik menghabiskan akhir pekan. Saya menemukan atmosfer yang berbeda dengan refreshing ke mall.

Di mall, pemandangan saya tetap dinding-dinding kokoh, kemudian lalu lalang manusia yang kadang malah memusingkan dan membuat hati mendumel. Ada yg jalannya lambat tapi ‘menguasai’ jalan karena segerombolan. Ibu-ibu mendorong stroller bayi tapi mata nyalang mengamati etalase kios, tua muda berjalan berlawanan arah tapi mata bukan tertuju ke kaki melangkah melainkan sibuk menatap layar ponsel.

Jalan-jalan ke KRB menyegarkan mata dengan dominasi warna alam. Hamparan rumput hijau, pohon-pohon dan bunga mekar membuat saya kembali coba-coba memotret (untung ga jadi artis Bollywood lari-larian di taman dan jumpalitan…).. dan ini yang termasuk penting: biaya yang dihabiskan ke KRB jauh lebih kecil ketimbang pergi ke mall!

Biaya yang saya habiskan ke KRB meliputi biaya transportasi, karcis masuk, cemilan selama didalam (beli sebelum masuk ke kebun raya…tapi ingat! Jangan buang sampah sembarangan, bawa kantung plastik untuk menyimpan sampah hingga menemukan tempat pembuangan), dan oleh-oleh kue di Suryakancana untuk orang di rumah.

Menghabiskan akhir pekan di kebun raya, membuat saya kembali ingat resolusi yang pernah kubuat dulu. Menetapkan resolusi berakhir pekan tanpa ke mall. Lokasi jalan-jalan bisa dialihkan ke kebun raya, taman, museum, menjelajah tempat menarik di Jakarta dan Bogor. Minimal kegiatan semacam perlu diagendakan 1x sebulan.

(foto: Eno Siregar) 

Cintai Profesimu

Tidak ada lagi kaus merah tertoreh nama Torres diatas nomor punggung “9”. Penyerang timnas Spanyol pada Piala Dunia tahun lalu, Fernando Torres tak lagi di Liverpool.

Torres memutuskan hengkang ke klub lain yang juga masuk dalam liga Inggris, Chelsea, dengan bandrol 50 juta pound di akhir bursa transfer Januari lalu sekaligus memecahkan rekor nilai transfer tertinggi.



Dari Anfield, angkat kopor ke Stamford Bridge. Ganti kaus merah menjadi biru.  Jika perpindahan ini terjadi di partai politik, orang pasti akan melecehkan idealisme sang kutu loncat. Meskipun si pelaku mengatakan di tempat baru dia menemukan kecocokan pemikiran, atau lingkungan yang lebih memberikan kesempatan dirinya berkembang.

Torres pun pasti dicibir oleh fans Liverpool. Tapi apa mau dikata, life must goes on, Torres mencintai kehidupannya sebagai penggocek kulit bundar. Ia pasti mencintai tempat dia bekerja (baca: klub), tapi dia lebih mencintai profesinya. Jika atmosfer baru lebih menjanjikan, mengapa tidak?