Semasa kecil saya masih ingat pernah membaca dongeng Gingerbread man, dimana suatu hari nenek tua sedang membuat roti jahe berbentuk manusia. ? Dongeng ini mengisahkan tentang suatu hari nenek tua membuat adonan roti jahe berbentuk manusia. Lengkap dengan blackcurrant sebagai mata dan menyusun cherry di bagian tengah tubuh sebagai kancing.
Ketika telah matang dan keluar dari oven, si roti jahe berubah menjadi hidup dan meloncat keluar dari jendela. Si roti jahe menolak untuk dimakan. Ia menantang nenek jika ingin memakannya maka harus mengejar dan berhasil menangkapnya terlebih dahulu.
Si manusia jahe membuat nenek, bahkan babi, sapi dan kuda yang ditemui di sepanjang lintasan pelariannya ikut mengejar karena tertarik mencicipinya. Namun akhirnya nasib si gingerbread man tetap berakhir ditelan menjadi santapan. Ia tertipu oleh rubah yang berjanji menyeberangkan dirinya melewati sungai. Ia malah menjadi pengisi perut si rubah.
Saya tidak tahu persis hikmah di balik cerita dongeng tersebut. Mungkin jangan nakal, atau memang sekadar cerita lucu-lucuan. Di sisi lain, cerita ini seolah menggambarkan betapa nikmatnya rasa gingerbread man. Bayangkan saja adonan kue beraroma jahe menguar sesaat setelah keluar dari oven. Hmmm.... pasti memang bikin perut menimbulkan orkestra.
Sesuai namanya, kue ini beraroma jahe dan berbentuk orang-orangan. Kudapan ini termasuk jajanan tradisional Eropa dan banyak dijual di toko-toko kue di Eropa, Amerika Serikat dan Kanada pada saat menjelang perayaan Natal. Bahkan sering menjadi hiasan pohon Natal.
Kadang roti jahe disebut juga ginger snap, berbentuk kue kering, berbentuk tipis dan renyah. Atau adapula yang mengolahnya menjadi bentuk rumah-rumahan di musim salju.
Istilah gingerbread berasal dari bahasa Latin, zingiber atau dalam bahasa Perancis kuno, gingebras, yang artinya membuat manisan jahe, yang dalam pengolahannya melibatkan madu dan rempah-rempah.
Bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat roti jahe adalah madu, gula pasir, telur, amoniak (ammoniac), susu segar, rempah-rempah dan tepung. Bahan lain berupa bubuk jahe (ginger powder) dan bubuk kayu manis (cinnamon powder), dan semua ini bisa dibeli di supermarket atau toko khusus menjual bahan-bahan kue.
Kesulitan yang harus dihadapi pada saat pembakaran. Temperatur pembakaran oven perlu disetel pada derajat tinggi atau hingga 200ÂșC. Jika temperatur kurang dan hangus sedikit saja, akibatnya roti bisa gampang pecah. Hasilnya, tercipta roti berwarna kecoklatan yang memberikan suasana warna kayu alami.
Roti jahe juga tahan lama. Bisa mencapai 1 bulan meski tidak dimasukkan kedalam kulkas. Amoniak berfungsi sebagai pengembang dan agar tahan lama. Selain itu, pastikan adonan dibakar sampai matang untuk mencegah agar kue tidak berjamur atau berubah rasa. Pastikan pula untuk menyimpannya di tempat yang kering.
(Gambar 1: Rumah roti jahe/gingerbread house - dokumen Shangri-La Hotel Jakarta)
(Gambar 2: gingerbread man)