Senin
pagi di pekan ketiga di 2015. Cuaca hari itu menyapa Jakarta dengan
derai hujan yang mungkin membuat sebagian orang masih terbayang
bergelung di kasur saat akhir pekan, sebagian lagi mempercepat
langkah bergegas beraktivitas sebelum hujan semakin besar, sementara
saya berada tidak diantara keduanya.
Pagi
ini saya telah duduk manis di meja kerja, sambil menatap layar
monitor. Kali ini pendingin udara cukup bersahabat dengan kulit yang
rentan dingin, sementara mata dan otak pun sudah siaga konsentrasi.
Biasanya saya senang menyimak suara hujan samar terdengar saat
butir-butir air menyentuh atap, daun jendela, atau menghantam
permukaan tanah. Tapi ini bukan yang saya nikmati pagi ini. Suasana
hati pun tidak semendung langit kelabu di pertengahan Januari ini.
Ada
sejumlah pekerjaan rencana kukerjakan saat ini, sembari menyumpal
telinga dengan alunan musik, dan sesekali membiarkan pikiran
menerawang tentang Dia. Ahay! Rasanya lama saya tidak menyebut
tentang seseorang yang kusematkan panggilan "Lelaki beraroma
kretek", "Pria Utara", atau apapun asalkan bukan
inisial. Karena abjad terasa tak spesial bagi seorang yang teramat
istimewa.
Kusebut saja "Dia" memang saat ini belum kutemukan julukan yang tepat.
Kulampirkan
kata “memang” karena sedang kusemat doa suatu hari menjadi Kejadian.
Dia
yang derai tawanya membuatku terpana di suatu sore jelang malam.
Dia
yang biasa menjadi terasa Tak Biasa.
Suatu
malam pasca pulang kerja di suatu tempat nongkrong chit chat tanpa
teman kopi.
Menjadi
tidak biasa karena tidak kupilih kopi. Dan diapun tidak memilih kopi,
melainkan air jeruk.
Ah!
sejak mula kami memintal cerita perkenalan dengan tidak biasa.
Selanjutnya juga ada percikan-percikan yang berbeda dari caranya dia
menemani diri ini dalam berkisah.
Aha!
Aku jadi ingin menjulukinya pria "Orange Juice". Seperti
nama minuman yang dia pilih, dan sedang kugandrungi kejutan-kejutan
bak “janji umumnya buah jeruk”.
Ternyata
yang tidak biasa itu bisa membawa bahagia. Seperti kilau bintang
berbinar di tengah gulita, indah dan berguna bukan?!
Sepertinya,
Dia mewakili sisi manusia baru dalam diri ini.
Ketika
saya saat ini menjadi Pecinta Pagi.
Ketika kawan menyebut aku "dewasa" di usia yang tak muda.
Ketika
bukan lagi meledak-ledak bak kompor bledug.
Ketika
saya yakin bukan si pasangan labil serta ego-sentris.
Ketika kompromi ternyata lebih menarik ketimbang hitam-putih.
Cerita
ini masih terlalu pagi untuk kuceritakan.
Tapi
pagi ini membuat saya ingin menulis blog dan mengupas kisah meskipun
hanya selembar tulisan dangkal :)
Pagi
ini kutandai sebagai suatu awal tahun baru yang masih penuh
pengharapan.