Thursday, November 17, 2005

Atas Nama Kerelaan (Atas Nama Cinta?)

Suatu sore di suatu tempat. Dua perempuan saling memandang. Satu pihak menjadi konsultan, pihak lain menjadi orang yang berkonsultasi.

“Tuhan baik kepada Mbak. Kalau Mbak dengan Mas, Mas main tangan yang dapat berakibat buruk pada Mbak,” kata konsultan yang berinisial L tersebut.

“Tapi saya ingin bersamanya!” cetus wanita yang berkonsultasi. Wanita yang menjadi orang yang berkonsultasi merasa dadanya sesak ketika L mengucapkan kata-kata tersebut sembari mengelus pipinya sendiri.

“Lebarkan sayap. Masih ada orang lain yang menyukai Mbak (dan tidak dengan cara Si Mas).”

Mata wanita yang berkonsultasi itu berkaca-kaca.

“Tapi kalau itu agar saya tersadar akan kesalahan saya?”

L menatap lurus ke mata A. A, wanita yang berkonsultasi itu, lalu berbicara. Namun lebih kepada dirinya sendiri.

“Tuhan, kalau saya rela diintimidasi, rela diremas jemarinya dengan keras seraya mendengar dia berbisik,’kamu jangan berbuat kayak begitu lagi ya,’ rela menjadi obyek posesif, apakah Mas boleh menjadi milik saya?”

“Tuhan, kalau saya rela diperiksa handphone pribadiku, dibaca sms, address book, dan segala yang ada didalamnya, apakah artinya Mas kubahagiakan?”

“Tuhan, kalau saya rela menangis di sudut kamar ketika yang lain sudah terlelap, apakah Mas boleh menjadi milikku selamanya?”

“Tuhan, kalau saya rela menunggunya disaat Mas sibuk bekerja, rela disentuh dengan cara yang sebenarnya tidak kusuka, rela mengikuti kemauannya, rela bersabar ketika Mas sedang bad mood, mengapa Mas tetap merasa kurang?”

“Tuhan, kalau saya rela berubah demi Mas, mengapa Mas tetap tidak terpuaskan?”


Tak ada jawaban. Tak ada keajaiban seperti di film atau dongeng.

Wanita berinisial A meraih handphonenya. Mengakses layanan horoskop.


ASTROLOGI HARI INI :

CINTA :
Kamu jgn selalu yg berkorban krn didlm suatu hubungan hrs ada keseimbangan, & kamu terlalu banyak memberi. Rubahlah sikap itu.


Tiba-tiba A ingat sosok lembut yang senantiasa ada untuk dirinya. Sosok setengah abad yang selalu memeluk dan membelainya saat ria, badai, menghampiri dirinya. Sosok yang tidak pernah pamrih meski pernah dibohongi, dibantah, ataupun dilawan. Sosok tersebut pernah mengatakan, “Kamu disayang seluruh keluarga. Ibu tidak mau justru orang lain menyakiti kamu.”

A memencet beberapa tombol angka di handphonenya.

“Bu, ini Ade. Kangen dan ingin pulang.”

Suara di ujung sana menyambut lembut. (pembicaraan pribadi). Dengan suara lirih, pelan, Ade menyambung ucapan, “.....mmm, Iya. ada yang mau Ade ceritakan.”


[PS : Ini cerita khayal – tapi mungkin ada yang pernah mengalami hal semacam ini? Wanita yang bukan penggemar disakiti, bukan sadomasokis, tapi rela berkorban atas nama cinta]

No comments: