Rubrik Internasional majalah Tempo edisi 15-21 April 2013, secara
istimewa mengangkat tulisan yang terkait in
memoriam Margareth Thatcher. Diulas
secara cover both sides, sehalaman
untuk berita tentang sukacita masyarakat Inggris atas meninggalnya mantan
perdana menteri wanita pertama sekaligus dengan periode jabatan terlama di
Inggris (1979-1990).
Btw, bandingkan
dengan masa jabatan
Winston Churchill yang tidak menerus, tapi terjadi dalam
dua periode berbeda (antara 1940-1945 dan 1951-1955).
Beberapa kebijakan Thatcher tidak populis. Saya baru pahami sekarang, dan bisa
dibaca pada artikel-artikel terkait.
Tapi 1,5 halaman artikel dari Bambang Harymurti tentang sisi
humanis putri pemilik toko kelontong ini, plus satu halaman dalam rubrik Tempo
Doeloe membuat saya merasa beliau adalah salah seorang tokoh wanita yang bisa
menjadi inspirasi kita.
Ketika saya kecil, saya pernah membaca artikel biografi
wanita yang terlahir dengan nama Margaret Hilda Roberts adalah
sarjana TeknikKimia lulusan Universitas Oxford yang bergengsi. Tapi karirnya justru meroket sebagai
politisi yang berada di bawah Partai Konservatif. Poin yang diambil: latar belakang pendidikan dan gelar sarjana
bukan mutlak landasan meniti karir. Tapi seperti Maggie yang dikenal sebagai
mahasiswi ulet dan rajin, dimanapun kamu berada lakukan dengan benar dan maksimal.
Seperti dikutip dari Tempo pada halaman 18, “...Thatcher –menikah dengan Denis Thatcher-
selalu mempersiapkan diri dengan sungguh-sungguh untuk menghadapi suatu acara.
Karena itu, dia tak toleran kepada orang yang tak bersungguh-sungguh.”
Kemudian, dia memiliki “jimat” di dalam tas. Tapi bukan cincin
batu akik seperti yang kulihat di jari pejabat Indonesia. Bukan pula mantra melainkan
sebuah kutipan kata-kata pidato Presiden Amerika Serikat, Abraham Lincoln
berbunyi lebih kurang begini, “Anda tak dapat memperkuat si lemah dengan melemahkan si kuat, Anda tak
dapat menolong si miskin dengan menghancurkan si kaya, Anda tak dapat membantu orang
dengan cara mengerjakan sesuatu yang seharusnya dikerjakannya sendiri.”
Sepertinya dalam menjalankan karir, Margareth memiliki sosok
panutan atau sekarang ini sering kita dengar sebagai “mentor”. Mentor memang
sosok langsung yang masih hidup, dan bisa menjadi tempat kita berkonsultasi
atau bertanya layaknya seorang guru.
Tapi bisa juga menelisik ke profil dan biografi Steve Jobs, Leo Burnett, atau Sir Richard Branson dll.
Tegas? Yap. Margareth
yang berjuluk “Iron Lady” adalah sosok pemimpin yang tegas. That’s why
meninggalnya pada Senin 8 April 2013 tidak diratapi tangis seheboh kepergian
Lady Diana si wanita dengan senyum manis tersipu-sipu yang khas. Buktinya ada kemeriahan (dan bukan isak tangis) dalam suasana duka yang terjadi di Lapangan Trafalgar London, Manchester,
Newscastle, Liverpool, Bristol, Brixton, atau Derry dan Belfast di Irlandia.
Yah, menjadi pemimpin pasti menciptakan kebijakan. Dan apapun
keputusan atau kebijakan tidak bisa memuaskan semua pihak. Pasti ada yang suka/tidak. Ada yang jadi merasa
diuntungkan/dirugikan. Tapi dasarnya
keputusan Margareth Thatcher demi perbaikan ekonomi Inggris Raya saat itu
meskipun mengorbankan subsidi kegiatan kebudayaan demi menghemat anggaran,
kebijakan hibah bagi siswa perguruan tinggi menjadi pinjaman yang harus dicicil
setelah lulus, dan memangkas anggaran perguruan tinggi dan memindahkannya ke
program renovasi sekolah di daerah miskin.
Kebijakan Margareth Thatcher pernah menuai cacian. Makanya berita wafatnya wanita berzodiak Libra di usia 87 tahun ini disambut kemeriahan di kawasan Brixton, selatan London. Insiden di daerah kantung buruh pernah terjadi pada April 1981 dan September 1985, setelah Thatcher memberangus serikat pekerja, melakukan deregulasi sektor keuangan, dan melakukan privatisasi perusahaan negara.
Dan akhirnya pro atau cons, like atau dislike, Margareth
Thatcher dikebumikan pada Rabu 17 April 2013 dengan pemakaman
khusus satu level di bawah upacara kenegaraan dan dilengkapi penghormatan
militer penuh, serta dihadiri oleh Ratu Elizabeth II dan suami, Duke of
Edinburgh. Mengutip tulisan Tempo, inilah pertama kalinya Ratu hadir di
pemakaman warga biasa setelah mantan perdana menteri Winston Churchill pada
1965.
Ada lagi yang lain? Ah, saya sudah ngantuk.. Saya hanya bisa
menutup artikel ini dengan mengucapkan: Selamat Jalan Baroness Margareth Thatcher.
(Gambar dikutip dari:
www.number10.gov.uk dan www.taylormarsh.com)