Wednesday, December 12, 2007
Perpustakaan Pribadi
Setiap pulang ke rumah Bogor, saya sering merasa bersalah terhadap tumpukan buku-bukuku. Mereka tersebar, ada di lemari, ditumpangkan di lemari buku Papa, atau tersimpan dalam kardus-kardus bekas.
I’m a bookaholic. Pecinta baca buku, termasuk (membeli dan) mengkoleksinya. Mulai dari komik dan serial bergambar, novel, hingga text book zaman kuliah. Termasuk juga sayang membuang majalah-majalah. Bahkan, beberapa company profile ada yang saya simpan. Cetakannya yang luks dengan sejumlah foto pendukung yang eye catching, membuat saya rela menyimpannya. Sepertinya, saya memang jatuh hati setengah mati dengan hasil karya berkat ciptaan Johannes Gutenberg ini.
Keinginan saya suatu hari memiliki perpustakaan pribadi untuk buku-bukuku. Suatu tempat yang layak untuk koleksi buku, termasuk CD dan album perangko (iya! Saya masih bisa menyatakan diri sebagai kolektor perangko dan kartu pos yang kukumpulkan sejak zaman SD)...Toh saya mengeluarkan sejumlah uang untuk membelinya.
Pernah pula Saya berandai-andai memiliki Taman Bacaan, lengkap dengan sofa berbantal empuk untuk membuat betah para tamu menikmati bacaan. Tapi, berarti hal itu high maintenance dan butuh modal bukan?
Gambar biblo :
http://www.istockphoto.com
http://www.elpais.com
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comment:
Eno, beberapa teman dan aku sendiri juga punya ide serupa: punya perpustakaan peribadi. Mungkin karena kita sama-sama hobi baca ya? Hmm di rumahku yang abru direnovasi aku siapkan rak khusus yang nempel di dinding buat koleksi buku-bukuku yanng pasti sangat merepotkan kalau pindahan nanti. Hiks.
Aku suka bilang ke Libby: "Lib, buku-buku Mama itu warisan berharga buat kamu. Mama ngga bisa mewariskan harta benda mewah seperti mobil atau emas berlian, tapi buku justru jauh lebih berharga dibanding itu semua."
Duh jadi sentimentil!
Post a Comment