Friday, October 31, 2008

Dompetku Tertinggal

Setelah menikmati cuti 4 hari, masuk kerja kembali di hari Jumat ini. Berangkat jalan kaki dari kos di pagi hari, sudah kembali menjumpai kemacetan di jalan depan kantorku.

Tapi yang aku sukai dari kemacetan ini, berarti aku gampang menyeberang. Maklumlah, dari lintasan perjalanan dari kos menuju kantor, tidak ada jembatan penyeberangan. Zebra cross memang ada, tapi coba saya tanya kepada pembaca, rasanya jarang atau nyaris tidak ada pengendara roda empat, apalagi sepeda motor, di Jakarta yang mau berbaik hati menghentikan laju kendaraannya untuk memberi pejalan kaki kesempatan menyeberang.

Mereka mau berhenti karena lampu merah. Bahkan, kadang meski lampu merah menyala sebagai tanda berhenti, masih diterabas juga kan?! Apalagi, jembatan penyeberangan kadang bersaing pula dengan sepeda motor. Mereka juga menjadi 'penyeberang', atau jembatan penyeberangan di kota Jakarta malah beralih fungsi menjadi lokasi jualan pedagang kaki lima.

Agh, oke hari ini aku sangat senang..senang... sekali karena masih segar setelah beberapa hari berlibur meski cuma kuhabiskan dengan nonton film dan tidur. Datang ke kantor, cek e-mail kantor & pribadi yang menumpuk, diskusi pekerjaan bersama rekan kantor tentang proyek mendatang, hingga sampailah waktu makan siang.

Cek saku tas tempat dompet biasa disimpan... haduh! kok ga ada??? :((

hua! bener dompetku ketinggalan di kos!!

Mungkin karena aku berangkat dari kos yang jaraknya cuma jalan kaki sekitar 10 menit. Tidak mengeluarkan dompet, dan kebetulan tadi pagi memang ganti tas. Mengganti tas di detik2 terakhir sebelum berangkat, ternyata beresiko ada barang yang kelupaan, ya?!

Yang jelas, kelupaan ini membuat saya memang harus balik ke kos untuk mengambil dompet. Sebetulnya setelah jam kantor, mau lanjut menghadiri undangan acara Halal Bihalal klien di Jakarta Barat. Berarti ada untung, yaitu sekalian ganti baju untuk menjadi partygoer..haha..

Tapi yang jadi masalah saat jam makan siang gini, siapa yang mau berbaik hati memberikan utang ya??

Jadi ingat juga pernah beberapa kali ke kantor, lupa bawa handphone. Waktu itu, saya merasa ada pembenaran pada hari kerja tsbt tidak terganggu kring bunyi ponsel atau tanda pesan pendek SMS masuk. "Kalau memang perlu, kan bisa menelepon ke nomor kantor?" kataku membatin.

Namun ternyata ketika kembali ke kos, saya menemukan berderet miscall dan SMS di ponsel. Termasuk juga yang lumayan mendesak untuk dijawab. Agh.. memang kita sekarang tidak bisa menjauh dari perangkat teknologi dan kemajuan zaman ya?

Seandainya ga bawa dompet bisa diakalin dengan membeli makanan melalui barter barang. Misalkan seporsi gado-gado setara dengan tumpukan surat kabar selama seminggu penuh? Atau ponsel CDMA ku ditahan dulu di restoran padang atau Popeyes yang kebetulan dekat dengan kantor?

2 comments:

Restituta Arjanti said...

jadi ini alasan eno telpon gue jumat kemarin, tanya tentang majalah & koran bekas? astaga, buat dituker gado-gado? hahahaha....

Aura-Azzura said...

hush! perlu klarifikasi nih :
aku memang mengumpulkan bahan bacaan, khususnya buku & majalah bekas buat disumbangkan ke panti asuhan.
Kalo untuk gado-gado, yah, modal mata memelas dan senyum untuk dikasi pinjaman sama temen hehe.. (bukan kasih senyum dan mata memelas ke abang gado-gado lho..)