Tuesday, July 20, 2010

Eclipse dan Saya






Ketika di bioskop sedang memutar Despicable Me atau Inception yang gres, saya justru baru punya waktu luang menonton Eclipse.

Ini merupakan film ketiga yang diangkat dari tetralogi novel karya Stephanie Meyers , yang terdiri dari : Twilight, New Moon, Eclipse, dan Breaking Down.

Pertama saya jelaskan bahwa saya sama sekali belum pernah membaca buku novel tersebut. Lalu saya pun tak pernah menonton film sejak dari Twilight maupun New Moon.

Menonton film Eclipse ini sekadar ingin tahu, seperti apa sih cerita yang dihebohkan itu. Lalu ketika saya menyaksikan film ini, yampun!!! maaf, saya mengantuk hingga tertidur di pojok dinding ruang bioskop bersama pashmina bagai selimut menghangatkan tubuh di ruangan yang berpendingin.

Yaa.. tapi memang inilah khayalan remaja abege. Bella Swan berwajah melankolis dan nyaris menunjukkan raut serupa selama berpuluh-puluh menit durasi film, diperebutkan oleh dua pria dengan keunikan masing-masing. Si Edward Cullen dari klan penghisap darah, versus Jacob yang merupakan keturunan serigala jadi-jadian.

Stephanie Meyers memang secara piawai memainkan konflik dalam cerita novelnya, dimulai dari kepindahan Bella ke kota kecil lalu berkenalan dan jatuh cinta kepada Edward nan pucat, berwajah misterius mengundang siapapun wanita normal ingin menaklukkan hatinya.  Lalu ketika ‘jadian’ dan menerima diri masing-masing apa adanya, muncullah konflik orang ketiga yaitu Jacob yang tak kalah ganteng plus doyan bertelanjang dada berperut bak papan cuci menonjolkan 6-packsnya.

Omygod! Kok rezeki Bella digandrungi pria ‘tidak normal’ ya? Untung di buku ketiga bunda Mayers tak menambah rumit jalinan asmara dengan menceritakan Bella yang bingung diantara dua pilihan pria remaja, tiba-tiba jatuh cinta dan memilih pria yang jauh lebih tua tapi ternyata Highlander, ksatria hidup abadi tak mati-mati.

Tokoh vampir/penghisap darah, werewolf/serigala jadi-jadian sudah menjadi pakem cerita horor klasik barat, hanya terjadi perbedaan saja dalam ramuan skenario. Misalkan jika di film Underworld diceritakan bahwa bangsawan vampir memang sengaja memelihara serigala jadi-jadian sebagai budaknya. Sedangkan di film Eclipse diceritakan bahwa serigala garis keturunan Jacob berasal dari bangsa Indian.

Kemudian muncullah Victoria menuntut balas akan kematian pacarnya, James yang mati dibunuh Edward. Victoria mengerahkan prajurit –para vampir baru- untuk mengejar Bella. Tujuannya, agar Edward merasakan sakitnya jika kekasih hati meninggal dunia.

Nilai plus dari cerita ini adalah Edward dan Bella mempertahankan keperawanan dan menanti ‘hal itu’ hingga resmi menikah. Sebuah cara sosialisasi yang bagus bagi remaja ketika bahaya kanker serviks, hamil tak siap, penyakit kelamin atau HIV/AIDS menjadi isu sentral di masa kini.

Lalu nilai apa lagi yang saya peroleh? Saya menyimpulkan yang mainstream atau tengah popular belum tentu cocok bagi diri ini. Sebagai Eno Siregar si penikmat (kegiatan nonton) film memang saya mengupdate diri dengan sebuah cerita yang tengah menjadi trending topics. Akan tetapi saya pribadi sudah membuktikan tak semua yang tren cocok bagi si Eno Siregar. 

2 comments:

Restituta Arjanti said...

makanya baca novelnya, no. gue punya lengkap tuh :)) tp, memang film ini gak sebagus bukunya.

eh, eh, dr sekian banyak vampir besutan hollywood, menurut gue rob pattinson bukan yg paling seksi. brad pitt still the sexiest & the coolest :p

Aura-Azzura said...

@Restituta Arjanti:
Ahh Ajeng..aku kan paling malas disuruh baca buku kalau filmnya udah dirilis.

Terus tetep aja aku udah punya cap terhadap cerita ini.

Jeng, aku malah belum pernah nonton Interview vith the Vampire yg ada Brad Pitt...tapi tetap deh yg klasik dan paling bagus adalah "Bram Stoker's Dracula" yg dibuat tahun 1992.