Idea = inspirasi = ide =…
Seorang teman pernah mengatakan dia tidak bisa membayangkan bekerja berdasarkan inspirasi seperti profesi saya yang tukang nulis.
Dan saya pun tidak bisa membayangkan diri saya seperti dia yang (dalam bayangan saya) menekuni komputer, kode angka, program dsb.
Mendengar kata ‘fisika’ seperti jurusan dia kuliah dulu saja, sudah membuat diri saya terlempar pada ingatan pelajaran fisika SMA saya yang banyakan nilai merah.
Meski di SMA dulu saya memilih bidang ilmu pasti, tetapi saya bego fisika. Sumpah! Saya cuma senang disuruh ngitung2 kayak pelajaran Aritmatika dan Aljabar tanpa mengerti gunanya hitungan ini untuk apa….. Belajar kimia pun tertatih-tatih. Dan waktu milih A2 (ilmu biologi) karena pemikiran saya paling tidak dengan masuk jurusan eksakta saya masih bisa tes di itb untuk masuk jurusan seni rupa. [Dan saya pun akhirnya tidak pernah ikut tes disana :p]
Tetapi memang belakangan ini saya merasa otak telah dalam kondisi ‘terperas-peras’ untuk menghasilkan advertorial.
Dari mana ide saya muncul? Dari mana saja termasuk ketika saya bengong. Betul! Dengerin lagu, sambil mengkhayal tiba-tiba cling…timbul inspirasi tulisan. Sedang mandi, tiba-tiba saya punya arah penulisan artikel pendukung minuman isotonik.
Atau dengan menghisap sebatang rokok ketika otak lagi buntu. Tapi, ini tidak sehat bukan? Jangan membiarkan si tembakau membakar paru-paru demi tulisan.
Ide bisa muncul melalui baca buku, majalah, nonton film, atau diskusi sama teman. Membaca buku dan majalah selain tambah ilmu juga bisa menjadi sarana menjelajahi kosa kata.
Jika di kantor saya belum menemukan inspirasi padahal hampir deadline, maka saya akan memandangi poster Zidane yang saya tempel di dinding kubikel. Browsing di Internet dan ngintip blog temen. Atau mulai bongkar-bongkar dan membaca majalah (pantas saja meja kantor saya tidak pernah rapi). Kalau meja atau tempat kerja saya berantakan, itu tandanya saya mulai bekerja
Fotografer saya membuat saya tahu kalau sedang berpikir tanpa sadar saya akan mengerutkan dahi dan tatapan mata saya bengong-bengong kosong. Ketahuan otak saya melayang tidak menyimak omongan orang :>>
Bahkan, saat menjelang tidur, inspirasi juga bisa muncul. Cara terbaik adalah begitu ada ide di otak, segera tuliskan. Paling efektif adalah menuliskannya di kertas. Makanya sampai saat ini saya suka menyimpan sebuah agenda di tas. Berhubung saya masih naik turun kendaraan umum, notebook (baca : buku notes) adalah cara efektif dan tidak mencolok seperti PDA atau communicator. Dua benda terakhir ini pernah saya tenteng, dan sst bener gua tetep masih lebih doyan cara konvensional nan tradisional:D
Tetapi bukan berarti gua anti teknologi kok. Karena cara lain menyimpan ide yang melintas di otak, adalah memasukkannya ke dalam draft SMS ponsel.
Dan terakhir, ‘practice make it better’. Banyak menulis atau jika ide belum muncul, tuliskan apa saja yang ada di otak atau bahan penulisan yang kamu punya. And let it flow…..:)