Saturday, January 03, 2009

Bunga Mekar dan Pudding Coklat (Part 1)

Awal tahun ini, saya boleh berbangga hati punya keberhasilan kecil di bidang yang identik perempuan : merawat bunga dan masak.

Ada teras kecil di depan kamar tidur saya. Dan hore! Tanaman yang diletakkan dalam pot-pot mungil sepanjang dinding teras itu, berbunga menjelang tutup tahun 2008.

Selama beberapa tahun belakangan, kamar tidurku menjadi ’hak milik’ keponakan. Mereka tidur dan bermain di kamar saya. Sekitar tiga bulan lalu (Agustus), kamar itu kembali menjadi proprietary pribadi saya. Nah, supaya tidak lengang sama sekali, maka di semacam bak sepanjang dinding teras diletakkan pot bunga.

Tidak sulit mencari tanaman yang bakal mengisi teras. Ibuku yang hobi membudidayakan dan memperbanyak tanaman, malah dengan senang hati membagi beberapa koleksinya. Berarti ada tempat untuk meletakkan pot anggrek, Sri Rejeki, dan tanaman sejenis Sansevieria.

Yang berbunga adalah Sri Rejeki. Ohya, secara pribadi saya sebut bunga lily. Ini berdasarkan ingatan ketika belajar Biologi di sekolah menengah dulu, sepertinya bentuk bunga Lily toh begitu. Namun Mama saya menyebutnya sebagai Sri Rejeki. Mungkin itu sebutan khas untuk bunga itu dari suatu daerah yang kadang berbeda dengan nama resminya dalam bahasa latin. Entahlah.. yang jelas, saya suka bentuk bunga itu.

Seandainya memiliki rumah pribadi dengan sepetak halaman hijau, saya bakal mencoba menyiangi bunga anyelir, mawar (...eh, ga agh! Saya ga suka bunga cantik tapi menusuk...), geranium dan aneka bunga warna-warni. Berhubung masih tinggal di rumah orangtua dan sebagai bagian dari latihan kemampuan, merawat tanaman yang sudah semi jadi di dalam teras kamar, boleh juga!

Saat pertama kali masuk ke dalam teras kamarku, tanaman-tanaman di dalam pot sama sekali belum berbunga. Malah hampir semaput. Daun-daun tampak layu dan mengering. Bahkan, Mama saya sempat ultimatum kalau tanamannya mati.... Sempat sebel juga kenapa Mamaku kok terdengar lebih mencintai tanamannya... Seandainya mati, kan masih banyak tuh di halaman rumah.... hehe sori, Mam! Ga betul-betul marah sama Mamaku kok.

Tapi sempat ketar-ketir juga, seandainya layu, berarti saya tidak berhasil merawat makhluk hidup. Ini berbeda dengan konsep memelihara hewan virtual dalam Tamagochi. Ohya, saya punya cerita sendiri. Waktu kuliah saya memelihara dinosaurus via Tamagochi, entah tren atau karena bentuknya yang menyerupai bandulan dalam warna favoritku kuning menyala, tapi yang jelas ke kampus dan sampai daerah pemetaan lapangan saya bawa perangkat itu. Ada saat telur menetas, memberi Dino makan, susu dsb, jangan sampai kelupaan, karena selayaknya makhluk hidup, Dino bisa mati kelaparan.

Karena kesibukan pemetaan dan tugas sepulang dari lapangan, saya lupa melakukan rutinitas Dino. Lalu Dino pun mati. Saya bisa tekan tombol ’Start Up’ dan memulai merawat yang baru. Akhirnya, saya malah menggampangkan. Tekan start up di pagi hari, dan melihatnya ’mati’ di malam hari diantara lembaran kertas peta, buku lapangan, dan pensil warna. Teman satu pemetaan bingung. Jika semula saya kayak ’ibu-ibu panik’ jika belum melakukan satu step, maka belakangan saya malah doyan membiarkan si Dino mati.

Tapi kali ini berbeda. Mencoba mewujudkan niat awal meng-asrikan suasana kamar tidur, mengukur kemampuan bercocok tanam, menjaga kepercayaan ibunda untuk merawatnya, atau karena seperti kata Mama-ku, ”bunga Sri Rejeki bentuk rejeki si pemilik tanaman hehe... Saya pun mencoba tak lupa menyirami tanaman tiap pagi. Membuang gulma pengganggu dari tanah tempat menanam, dan mencoba menerapkan teori yang pernah kubaca : ajak ngobrol tanaman (btw, saya tidak ingat apakah saya membisikkan kepada mereka agar mau berbunga, supaya saya tidak dimarahi Mama). Tapi semampuku saja, dalam arti jika saya kebetulan pulang ke Bogor.

Ternyata... bunga tersebut mau ’bersahabat’denganku. Syukur pula bunga itu tumbuh di Kota Bogor yang curah hujannya tinggi, sehingga cukup membantu dalam hal kecukupan air.

Ada yang berbunga di teras yang kufungsikan sebagai taman mungil. Kalau membuka jendela di pagi hari, rasanya nikmat menyaksikan kehijauan asri di sebuah petak kecil.

No comments: